Saya pertama kali bertemu dengan Charles dan Linda Graham saat pasangan asal Amerika itu ikut serta dalam rombongan tur ke Eropa Barat yang saya pimpin, kira-kira 12 tahun yang lalu. Ketika itu mereka mengadakan perjalanan dalam rangka memperingati ulangtahun emas perkawinan mereka. Saya banyak berkomunikasi dengan mereka sebab mereka duduk di baris pertama pada bus yang kami kendarai sepanjang perjalanan, tepat di belakang bangku tempat duduk saya.
Selama 14 hari perjalanan mengunjungi 9 kota di 5 negara, pasangan yang sudah berusia lebih dari 70 tahun itu kerap menjadi perhatian saya. Bukan karena saya mengkhawatirkan kondisi fisik mereka yang mungkin kelelahan akibat perjalanan panjang, karena untuk ukuran kebanyakan orang seusianya, mereka tergolong cukup sehat dan lincah. Yang saya perhatikan justru bagaimana mereka tampak begitu menikmati setiap momen dalam perjalanan tersebut.
‘Pengamatan’ yang saya lakukan secara sembunyi-sembunyi terhadap mereka – entah dengan mencuri pandang melalui kaca spion bus yang kebetulan mengarah langsung pada mereka, atau memperhatikan bagaimana mereka berunding untuk menentukan mau pergi ke mana ketika acara bebas—membuat saya melihat ada sesuatu yang ‘berbeda’ diantara keduanya dibandingkan para peserta lain. Keduanya tampak sangat ceria, yang terpancar jelas dari raut wajah mereka yang sudah dipenuhi keriput.
Rasa penasaran saya atas pasangan Charles dan Linda belum sempat terjawab ketika perjalanan yang kami lakukan sudah harus berakhir. Seluruh rombongan berpisah untuk kembali ke tempat tinggal masing-masing, sementara saya melanjutkan hidup saya seperti biasa.
Setahun berikutnya, ketika ditugaskan untuk memimpin sebuah rombongan tur ke Eropa Timur, secara tak sengaja saya bertemu lagi dengan Charles dan Linda yang ternyata juga ikut serta dalam rombongan tur yang saya pimpin saat itu. Kali ini mereka melakukan perjalanan untuk merayakan ulangtahun perkawinan yang ke-51.
Lantaran sudah saling kenal sebelumnya, kami menjadi cepat akrab. Sebenarnya, saat itu saya hanyalah seorang tur leader pengganti lantaran tur leader yang seharusnya memimpin perjalanan tersebut mendadak jatuh sakit. Di awal perjalanan, saya berterus terang kepada para peserta tur bahwa saya kurang familiar dengan rute perjalanan kali ini.
Di luar dugaan, Charles secara diam-diam berbicara banyak tentang saya kepada para peserta tur lainnya berdasarkan pengalaman yang dialaminya saat ikut serta dalam rombongan tur yang saya pimpin setahun sebelumnya. Tentang bagaimana saya sudah menjadi tur leader yang menurut dia sangat baik dan caring serta berbagai hal-hal positif lainnya.
Berkat dia pulalah, sebagian besar peserta tur jadi memiliki penilaian positif terhadap saya. Konsekuensinya, saya jadi lebih tertantang untuk berbuat semaksimal mungkin, memberikan kualitas layanan yang terbaik dan memuaskan.
Pengalaman memimpin grup tur ke Eropa Timur saat itu adalah awal perjalanan karir saya sebagai seorang tur leader, namun justru di saat saya merasa banyak kemungkinan untuk melakukan kesalahan karena minimnya ‘jam terbang’ dan penguasaan medan, hampir seluruh peserta tur malah memberikan dukungan positif atas apa yang saya lakukan saat itu sehingga saya merasakan situasi yang nyaman sepanjang perjalanan tersebut. Dan semua itu disebabkan karena berbagai pernyataan positif yang disampaikan oleh Charles.
"Hidup ini terlalu singkat untuk dijalani, kalau bisa membuatnya lebih indah, kenapa harus dijalani dengan airmata. Kalau bisa memotivasi orang lain dengan pujian, mengapa kita harus menyampaikannya dengan celaan?" demikian kata Linda saat saya menyampaikan terimakasih atas ‘promosi’ yang dilakukan suaminya untuk saya.
Prinsip "Life is too short" yang dianut oleh Charles dan Linda itu membuat saya merenung tentang makna hidup yang sudah saya jalani saat ini. Usia pernikahan yang mereka jalani hingga sanggup mencapai angka di atas 50 tahun adalah suatu hal yang langka, dan menurut saya perjalanan hidup mengarungi kehidupan selama 70 tahun lebih bukanlah waktu yang singkat pula.
"Kita tidak pernah tahu kapan hidup ini bakal berakhir, kapan saat terakhir kita bakal bertemu dengan orang yang kita kasihi. Bisa saja besok saya atau kamu dipanggil Tuhan, dan alangkah menyesalnya kita ketika menyadari betapa banyak hal yang sebenarnya ingin kita capai, ternyata tidak pernah terwujudkan. Jika setiap saat kita berpikir bahwa hidup ini terlalu singkat untuk dijalani, maka kita akan termotivasi untuk memberikan makna terbaik pada hari-hari yang kita jalani saat ini," demikian ungkap Charles panjang lebar. "Dan jika pada kenyataannya kita diberi anugerah untuk menjalani hidup ini lebih lama, bukankah hari-hari yang sudah kita lalui bakal menjadi rangkaian kenangan nan indah? "
Selama kehidupan pernikahan kami, rasanya kami tidak sempat meributkan hal-hal kecil karena waktu kami telah tersita dengan pemikiran bagaimana mengisi hari-hari ‘pendek’ kami dengan sebaik mungkin."
Perkataan Charles dan Linda itu terus melekat di benak saya hingga kini. Prinsip hidup yang mereka anut telah berhasil mempengaruhi jalan pemikiran saya, sehingga sejak saat itu saya menjalani kehidupan dengan lebih bersemangat.
Ketika menikah beberapa tahun yang lalu, saya bersama istri juga telah bersepakat untuk menjalani kehidupan ini dengan prinsip ‘life is so short’. Setiap saat kami selalu berpikir bagaimana caranya agar mengisi hari-hari kami dengan sebaik mungkin. Peringatan hari ulang tahun saya dan istri, maupun ulangtahun pernikahan, kami menjadi ajang untuk introspeksi tentang hari-hari yang telah kami lewati bersama, sekaligus merencanakan apa yang akan kami lakukan untuk kurun waktu setahun ke depan.
Kami menjadi lebih ekspresif dalam mengungkapkan isi hati dan perasaan masing-masing dan tidak ragu-ragu untuk saling mempersembahkan yang terbaik dan berupaya untuk saling membahagiakan satu sama lain. Setiap kali ada konflik yang terjadi, kami berupaya untuk menyelesaikannya dengan sesegera mungkin.
Banyak orang yang mengatakan bahwa kehidupan rumah tangga yang kami jalani barulah ‘seumur jagung’, sehingga saat ini kami baru menikmati yang manis-manis saja. Memang benar, selama hampir dua tahun kehidupan pernikahan kami, hampir bisa dipastikan kami jarang bertengkar. Perselisihan memang ada, namun kami berdua senantiasa mengupayakannya agar persoalan yang kami hadapi tidak melebar dan meluas ke mana-mana. "If you can make it simple, why make it hard?", begitu kata Linda .
Apabila setiap saat kami mempertahankan prinsip yang sama dalam menjalani hidup ini, dan ketika nantinya kami dikaruniakan umur panjang untuk bisa merayakan ulangtahun pernikahan yang ke-10, 20, 30 atau bahkan yang ke-50 seperti Charles dan Linda , wow.... betapa bernilainya hari-hari yang telah kami jalani selama ini, dan betapa banyak kenangan indah yang telah terukir sepanjang kehidupan ini.
Dan kalaupun toh kami tidak dikaruniakan usia yang panjang, setidaknya kami berdua sudah pernah melewati hari-hari yang indah bersama-sama.
Beberapa bulan yang lalu, saya mendapat kiriman surat dari Linda (kami memang sering saling berkirim surat semenjak pertemuan kami di Eropa bertahun-tahun lalu). Di suratnya Linda menceritakan bahwa Charles telah meninggal dunia, beberapa saat setelah peringatan ulangtahun pernikahan mereka yang ke-62. Herannya, saya tidak menangkap kesan kesedihan di dalam suratnya tersebut.
Bahkan dia mengatakan bahwa mereka berdua sudah sejak lama bersiap menghadapi momen perpisahan yang tak mungkin terelakkan oleh manusia manapun di dunia ini. Linda mengungkapkan bagaimana beruntungnya mereka bisa melewati saat kebersamaan yang panjang, dan bersyukur atas begitu banyak peristiwa yang boleh mereka jalani berdua. Dan ketika memang ‘saat’ itu tiba, yang terungkap justru rasa syukur karena telah diberi banyak kesempatan untuk menjalani hari demi hari bersama dengan orang yang dicintainya.
When you think your life is so short and when you always keep trying to fill up your days with cheers and laughter; someday you’ll be amazed, how many great moments you’ve been through in your lifetime. Itulah kalimat penutup yang ditulis Linda Graham dalam surat terakhir yang dikirimkannya pada saya.
Kaki Yang Terlipat
….satu tulisan tentang kebudayaan Tionghoa Peranakan di Indonesia….
Golden Lilies (Seorang wanita cantik legendaris di masa Dinasti Qing)
Perhatikan kakinya! Lihat betapa kecil dan mungilnya sepasang kaki yang nampak dalam foto itu dibanding ukuran tubuhnya. Terlebih bentuk yang runcing ‘aneh’ tsb. Pernahkah anda melihat kaki yang demikian? Pernahkah anda mendapati kaki emak atau mak-co anda mempunyai kaki yang demikian semasa hidupnya? Beginilah bentuk kaki tsb sebenarnya….
Kaki Yang Terlipat
Ini bukan tipuan, hoax atau rekayasa foto, tapi ini benar-benar asli, walaupun bukan saya yang memotretnya, tapi foto ini asli. Kelihatan aneh? Jari-jari kaki terkecuali jempol kaki terlipat aneh ke arah telapak kaki, dan di tumit terdapat garis lekukan yang menyambung ke arah kaki.
Itulah bentuk dan ‘norma’ kecantikan wanita di masa Dinasti Qing (清朝)!
Tidak, anda tidak salah membacanya….itulah standar wanita cantik di masa itu. Dinasti Qing yang dimulai tahun 1644 dengan runtuhnya Ming Dynasty, didirikan oleh orang-orang Manchu dari clan Aisin Gioro. Dinasti Qing sekaligus menjadi dinasti penutup Negeri China , dinasti terakhir dan sekaligus dinasti yang paling berpengaruh dalam meletakkan dasar China Modern saat ini. Sebenarnya Dinasti Qing didirikan awalnya bernama Later Jin Dynasty (后金) atau dalam bahasa Manchu sendiri adalah Amaga Aisin Gurun di tahun 1616. Di tahun 1636 kemudian berganti nama menjadi Qing (清) yang berarti suci bersih.
Pelipatan kaki ini sebenarnya sudah jauh dimulai sebelum Dinasti Qing, dated back di abad 11. Dimulai dari kalangan The Have yang menunjukkan derajat dan tingkatannya yang lain dibandingkan dengan golongan bawah atau peasant. Perkembangannya tidak terlalu pesat, sampai dengan tahun 1644, di mana Dinasti Ming ambruk dan digantikan dengan Dinasti Qing, yang sekaligus merupakan dinasti terakhir China (filmnya Bertolucci, The Last Emperor).
Berkuasanya Dinasti Qing yang dikuasai oleh suku minoritas Manchu membawa reformasi besar-besaran di China yang sampai sekarang masih banyak warisan dari Dinasti Ching yang masih dipakai, termasuk banyak sekali pencapaian-pencapaian dalam penyatuan China. Provinsi Xinjiang dengan suku Hui’nya (mayoritas Muslim) ditaklukkan dan di’akuisisi di jaman Dinasti Qing (Film’nya 书剑恩仇录 “Su Jian En Chou Lu”/Pedang dan Kitab Suci) oleh Kaisar Kang Xi. Akar kata “Hui Jiao” (回教; Islam dalam bahasa Mandarin) diyakini berasal dari sini, karena suku Hui, dan jiao (baca ciau) yang berarti “ajaran”, secara bebas diterjemahkan sebagai “ajaran suku Hui”.
Ciri khas Dinasti Qing yang tidak bisa hilang dari ingatan semua orang adalah: kuncir kepala untuk cowok, dan kaki terlipat untuk cewek. Rasanya rata-rata anda pernah nonton Huang Fei Hong dibintangi oleh Jet Lee, nah…itu tuh kuncir’nya. Konon kuncir tersebut diharuskan dan diwajibkan oleh undang-undang oleh pemerintah waktu itu, semua cowok diwajibkan untuk mencukur rambut bagian depan, dan memanjangkan bagian belakang, untuk menghormati atribut suku Manchu dan sekaligus menghormati kuda, yang termasuk sangat dipuja oleh suku Manchu, karena mereka bangsa nomaden. Kuncir tersebut merupakan lambang kejantanan dan kegagahan seorang pria pada masa itu.
Sementara kaki terlipat merupakan simbol status sosial, kecantikan, keanggunan dan derajat seorang wanita. Makin kecil kaki, makin cantik. Pada masanya seorang wanita dengan kaki “utuh” dianggap barbar, biadab dan rendahan, contohnya kelas pekerja, buruh, pelayan, dayang di istana, petani. Bisa dibayangkan dengan kondisi kaki seperti itu, yang bisa dilakukan hanya duduk-duduk sepanjang hari, karena untuk jalan pun susah dan sangat menyakitkan.
Wanita-wanita Tua Kalangan Atas
Rich Lady With A Maid
Seorang anak perempuan, saat berumur 3 atau 4 tahun akan “dikerjain” oleh orang tuanya, jari-jari kaki, kecuali jempol kaki akan dilipat ke dalam dan arah telapak kaki dan diikat dengan kain kuat-kuat dengan beberapa kali bebatan. Memang, secara kasar dan kejam, 8 jari kaki dipatahkan. Semua ini dikerjakan tanpa bius atau anestesi. Si anak biasanya meraung-raung sangat kesakitan, dan menderita selama berminggu-minggu sampai kaki yang hancur tsb sembuh sendiri, tentunya dengan konstruksi tulang kaki yang sudah berubah dan rusak total. Biasanya si anak dirawat oleh perawat (embok emban) khusus yang merendam kaki-kakinya ke dalam rendaman obat tradisional. Selama proses penyembuhan, si anak hanya bisa digendong dan ditandu ke mana pun dia pergi.
Itu belum semua, setelah beberapa tahun penderitaan tahap dua dimulai, kaki-kaki tersebut akan dilipat tapi kali ini adalah “mempertemukan” bagian tumit dengan bagian depan, sehingga jarak antara jempol kaki dengan tumit sekecil mungkin. Ukuran “ideal” kaki wanita pada masa itu adalah 3 inci (oh geee….). Pembalutan dan pembebatan untuk menahan kaki tersebut dimulai lagi. Setelah 2 tahap tsb, si anak wanita akan mencapai masa pubertas dan dianggap sempurna serta diharapkan cepat dapat jodoh.
Kaki-kaki Yang Terlipat
Sepanjang hidupnya, wanita yang dilipat kakinya ini akan menderita dan kesakitan seumur hidup. Untuk menjaga supaya sepasang kaki tsb cukup kuat untuk aktivitas sehari-hari, biasanya dibebat dengan kain. Saat-saat relieve untuk mereka adalah di malam hari di mana bebatan kain dibuka dan sepasang kaki direndam dalam air hangat, itulah saat terbebasnya mereka dari siksaan untuk sementara, dan besoknya memulai saat-saat sakit itu lagi.
Makin kecil kaki makin indah menurut ukuran masa itu. Ungkapan yang digambarkan ketika itu adalah Dahan Willow Yang Melambai, untuk menggambarkan cara berjalan para wanita itu seperti dahan pohon willow yang ditiup angin melambai. Demikianlah ukuran cantik dan sexy di masa itu.
Konon sampai sekarang, masih ada di pedalaman China yang masih memraktekkan pelipatan kaki seperti itu, yang merupakan peninggalan keyakinan dari jaman Dinasti Qing. Benar atau tidaknya, terus terang saya tidak tahu.
Di Indonesia, mungkin sekarang ini masih ada beberapa wanita usia lanjut yang masih memiliki bentuk kaki yang demikian. Masa saya kecil, teman-teman angkatan saya masih ada cukup banyak yang mempunyai nenek dengan kaki yang terlipat.
Di Semarang, masyarakat kebanyakan menyebutnya dengan ‘emak kathok’ (literally: emak celana), yaitu nenek-nenek yang berpakaian seperti dalam foto pertama di atas. Kelompok nenek-nenek ini mengenakan celana panjang komprang dengan baju atas lengan panjang seperti dalam foto pertama di atas. Kelompok ini disebut juga dengan Tionghoa Totok, masih asli dari China , dan merupakan pendatang yang langsung dari China masuk ke Indonesia .
Sementara ada kelompok satu lagi yang biasa disebut ‘emak jarik’ (literally: emak berkebaya). Yaitu kelompok nenek-nenek dengan kaki yang tidak terlipat, kebanyakan sudah lahir dan besar di Indonesia , sebagian merupakan kawin campur dengan penduduk setempat, dan sudah merupakan beberapa generasi keluar dari China . Kelompok ini sering disebut dengan Tionghoa Peranakan atau Tionghoa Babah, sementara Bentuk pakaian yang demikian merupakan lintas budaya asimilasi antara budaya China dengan budaya setempat, dengan variasi baju kurung dan motif kebaya yang bercorak oriental. Di beberapa daerah di Indonesia , kelompok nenek-nenek ini disebut juga dengan ‘encim’.
Paparan ini nampak jelas di foto di bawah ini, Ny. Ang Sim Nio, contoh kebaya dan baju kurung serta berbagai motif batik oriental untuk kebaya dalam berpakaian sehari-hari. Di keterangan foto disebutkan bahwa di daerah Tangerang hanya tinggal 8 wanita lanjut usia yang mengenakan gaya berbusana seperti itu, sementara yang saya tahu, masih ribuan wanita berusia lanjut mengenakan gaya berbusana seperti itu di Jawa Tengah. Kebanyakan adalah di kota-kota pantai utara Jawa, dari Cirebon, Tegal, Pekalongan, Brebes, Semarang, Jepara, Welahan, Lasem, Kudus, dst sampai ke Surabaya, masih banyak sekali wanita usia lanjut berbusana demikian.
Ang Sim Nio & Kebaya Encim
Corak Batik Sarung Kebaya
Demikian sekelumit tulisan tentang standard kecantikan di masa Dinasti Qing dan sepenggal tentang budaya Tionghoa Peranakan di Indonesia.
Terima kasih sudah membaca.
Golden Lilies (Seorang wanita cantik legendaris di masa Dinasti Qing)
Perhatikan kakinya! Lihat betapa kecil dan mungilnya sepasang kaki yang nampak dalam foto itu dibanding ukuran tubuhnya. Terlebih bentuk yang runcing ‘aneh’ tsb. Pernahkah anda melihat kaki yang demikian? Pernahkah anda mendapati kaki emak atau mak-co anda mempunyai kaki yang demikian semasa hidupnya? Beginilah bentuk kaki tsb sebenarnya….
Kaki Yang Terlipat
Ini bukan tipuan, hoax atau rekayasa foto, tapi ini benar-benar asli, walaupun bukan saya yang memotretnya, tapi foto ini asli. Kelihatan aneh? Jari-jari kaki terkecuali jempol kaki terlipat aneh ke arah telapak kaki, dan di tumit terdapat garis lekukan yang menyambung ke arah kaki.
Itulah bentuk dan ‘norma’ kecantikan wanita di masa Dinasti Qing (清朝)!
Tidak, anda tidak salah membacanya….itulah standar wanita cantik di masa itu. Dinasti Qing yang dimulai tahun 1644 dengan runtuhnya Ming Dynasty, didirikan oleh orang-orang Manchu dari clan Aisin Gioro. Dinasti Qing sekaligus menjadi dinasti penutup Negeri China , dinasti terakhir dan sekaligus dinasti yang paling berpengaruh dalam meletakkan dasar China Modern saat ini. Sebenarnya Dinasti Qing didirikan awalnya bernama Later Jin Dynasty (后金) atau dalam bahasa Manchu sendiri adalah Amaga Aisin Gurun di tahun 1616. Di tahun 1636 kemudian berganti nama menjadi Qing (清) yang berarti suci bersih.
Pelipatan kaki ini sebenarnya sudah jauh dimulai sebelum Dinasti Qing, dated back di abad 11. Dimulai dari kalangan The Have yang menunjukkan derajat dan tingkatannya yang lain dibandingkan dengan golongan bawah atau peasant. Perkembangannya tidak terlalu pesat, sampai dengan tahun 1644, di mana Dinasti Ming ambruk dan digantikan dengan Dinasti Qing, yang sekaligus merupakan dinasti terakhir China (filmnya Bertolucci, The Last Emperor).
Berkuasanya Dinasti Qing yang dikuasai oleh suku minoritas Manchu membawa reformasi besar-besaran di China yang sampai sekarang masih banyak warisan dari Dinasti Ching yang masih dipakai, termasuk banyak sekali pencapaian-pencapaian dalam penyatuan China. Provinsi Xinjiang dengan suku Hui’nya (mayoritas Muslim) ditaklukkan dan di’akuisisi di jaman Dinasti Qing (Film’nya 书剑恩仇录 “Su Jian En Chou Lu”/Pedang dan Kitab Suci) oleh Kaisar Kang Xi. Akar kata “Hui Jiao” (回教; Islam dalam bahasa Mandarin) diyakini berasal dari sini, karena suku Hui, dan jiao (baca ciau) yang berarti “ajaran”, secara bebas diterjemahkan sebagai “ajaran suku Hui”.
Ciri khas Dinasti Qing yang tidak bisa hilang dari ingatan semua orang adalah: kuncir kepala untuk cowok, dan kaki terlipat untuk cewek. Rasanya rata-rata anda pernah nonton Huang Fei Hong dibintangi oleh Jet Lee, nah…itu tuh kuncir’nya. Konon kuncir tersebut diharuskan dan diwajibkan oleh undang-undang oleh pemerintah waktu itu, semua cowok diwajibkan untuk mencukur rambut bagian depan, dan memanjangkan bagian belakang, untuk menghormati atribut suku Manchu dan sekaligus menghormati kuda, yang termasuk sangat dipuja oleh suku Manchu, karena mereka bangsa nomaden. Kuncir tersebut merupakan lambang kejantanan dan kegagahan seorang pria pada masa itu.
Sementara kaki terlipat merupakan simbol status sosial, kecantikan, keanggunan dan derajat seorang wanita. Makin kecil kaki, makin cantik. Pada masanya seorang wanita dengan kaki “utuh” dianggap barbar, biadab dan rendahan, contohnya kelas pekerja, buruh, pelayan, dayang di istana, petani. Bisa dibayangkan dengan kondisi kaki seperti itu, yang bisa dilakukan hanya duduk-duduk sepanjang hari, karena untuk jalan pun susah dan sangat menyakitkan.
Wanita-wanita Tua Kalangan Atas
Rich Lady With A Maid
Seorang anak perempuan, saat berumur 3 atau 4 tahun akan “dikerjain” oleh orang tuanya, jari-jari kaki, kecuali jempol kaki akan dilipat ke dalam dan arah telapak kaki dan diikat dengan kain kuat-kuat dengan beberapa kali bebatan. Memang, secara kasar dan kejam, 8 jari kaki dipatahkan. Semua ini dikerjakan tanpa bius atau anestesi. Si anak biasanya meraung-raung sangat kesakitan, dan menderita selama berminggu-minggu sampai kaki yang hancur tsb sembuh sendiri, tentunya dengan konstruksi tulang kaki yang sudah berubah dan rusak total. Biasanya si anak dirawat oleh perawat (embok emban) khusus yang merendam kaki-kakinya ke dalam rendaman obat tradisional. Selama proses penyembuhan, si anak hanya bisa digendong dan ditandu ke mana pun dia pergi.
Itu belum semua, setelah beberapa tahun penderitaan tahap dua dimulai, kaki-kaki tersebut akan dilipat tapi kali ini adalah “mempertemukan” bagian tumit dengan bagian depan, sehingga jarak antara jempol kaki dengan tumit sekecil mungkin. Ukuran “ideal” kaki wanita pada masa itu adalah 3 inci (oh geee….). Pembalutan dan pembebatan untuk menahan kaki tersebut dimulai lagi. Setelah 2 tahap tsb, si anak wanita akan mencapai masa pubertas dan dianggap sempurna serta diharapkan cepat dapat jodoh.
Kaki-kaki Yang Terlipat
Sepanjang hidupnya, wanita yang dilipat kakinya ini akan menderita dan kesakitan seumur hidup. Untuk menjaga supaya sepasang kaki tsb cukup kuat untuk aktivitas sehari-hari, biasanya dibebat dengan kain. Saat-saat relieve untuk mereka adalah di malam hari di mana bebatan kain dibuka dan sepasang kaki direndam dalam air hangat, itulah saat terbebasnya mereka dari siksaan untuk sementara, dan besoknya memulai saat-saat sakit itu lagi.
Makin kecil kaki makin indah menurut ukuran masa itu. Ungkapan yang digambarkan ketika itu adalah Dahan Willow Yang Melambai, untuk menggambarkan cara berjalan para wanita itu seperti dahan pohon willow yang ditiup angin melambai. Demikianlah ukuran cantik dan sexy di masa itu.
Konon sampai sekarang, masih ada di pedalaman China yang masih memraktekkan pelipatan kaki seperti itu, yang merupakan peninggalan keyakinan dari jaman Dinasti Qing. Benar atau tidaknya, terus terang saya tidak tahu.
Di Indonesia, mungkin sekarang ini masih ada beberapa wanita usia lanjut yang masih memiliki bentuk kaki yang demikian. Masa saya kecil, teman-teman angkatan saya masih ada cukup banyak yang mempunyai nenek dengan kaki yang terlipat.
Di Semarang, masyarakat kebanyakan menyebutnya dengan ‘emak kathok’ (literally: emak celana), yaitu nenek-nenek yang berpakaian seperti dalam foto pertama di atas. Kelompok nenek-nenek ini mengenakan celana panjang komprang dengan baju atas lengan panjang seperti dalam foto pertama di atas. Kelompok ini disebut juga dengan Tionghoa Totok, masih asli dari China , dan merupakan pendatang yang langsung dari China masuk ke Indonesia .
Sementara ada kelompok satu lagi yang biasa disebut ‘emak jarik’ (literally: emak berkebaya). Yaitu kelompok nenek-nenek dengan kaki yang tidak terlipat, kebanyakan sudah lahir dan besar di Indonesia , sebagian merupakan kawin campur dengan penduduk setempat, dan sudah merupakan beberapa generasi keluar dari China . Kelompok ini sering disebut dengan Tionghoa Peranakan atau Tionghoa Babah, sementara Bentuk pakaian yang demikian merupakan lintas budaya asimilasi antara budaya China dengan budaya setempat, dengan variasi baju kurung dan motif kebaya yang bercorak oriental. Di beberapa daerah di Indonesia , kelompok nenek-nenek ini disebut juga dengan ‘encim’.
Paparan ini nampak jelas di foto di bawah ini, Ny. Ang Sim Nio, contoh kebaya dan baju kurung serta berbagai motif batik oriental untuk kebaya dalam berpakaian sehari-hari. Di keterangan foto disebutkan bahwa di daerah Tangerang hanya tinggal 8 wanita lanjut usia yang mengenakan gaya berbusana seperti itu, sementara yang saya tahu, masih ribuan wanita berusia lanjut mengenakan gaya berbusana seperti itu di Jawa Tengah. Kebanyakan adalah di kota-kota pantai utara Jawa, dari Cirebon, Tegal, Pekalongan, Brebes, Semarang, Jepara, Welahan, Lasem, Kudus, dst sampai ke Surabaya, masih banyak sekali wanita usia lanjut berbusana demikian.
Ang Sim Nio & Kebaya Encim
Corak Batik Sarung Kebaya
Demikian sekelumit tulisan tentang standard kecantikan di masa Dinasti Qing dan sepenggal tentang budaya Tionghoa Peranakan di Indonesia.
Terima kasih sudah membaca.
Keturunan Tionghoa - Jangan Meminta Tapi Berusaha
•KAMI datang dlm kemiskinan, anda sdh tiba sejak nenek moyang anda berada.
•KAMI duduk dibawah terik matahari menunggu dagangan kami, disaat anda meminta bagian anda untuk uang "keamanan"
•KAMI menghitung saving dan expense keluarga kami, disaat anda menghitung apa yg bisa anda belanjakan dengan uang anda.
•KAMI berusaha mencari apa yg bisa kami jadikan uang, ketika anda sdg berusaha mencari apa yg bs dijadikan barang.
•KAMI rela makan nasi 1 kali sehari demi masa dpn, disaat anda menuntut makan 3 kali sehari.
••....40 TAHUN BERLALU....••
(*) KAMI menikmati apa yg telah kami perjuangkan, disaat anda berkata "China sialan, nguasain negara gueee"
(*) KAMI menikmati liburan setiap tahun ke luar negeri,disaat anda ribut akan kenaikan harga sembako.
(*) KAMI bersyukur atas hasil kerja keras kami disaat anda sedang mengutuk negeri ini.
(*) KAMI bercerita ttg bagaimana indahnya hidup ini,ketika anda bercerita ttg pahitnya hidup saat ini.
(*) KAMI berpikir makan apa besok, ketika anda berpikir apa besok makan.
(*) SAAT kami menikmati puncak kesuksesan, anda menyalahkan kami atas kemiskinan keluarga anda.
(*) SAAT kami masuk ke pintu ruang pabrik kami, anda datang meminta bagian atas apa yg telah kami perjuangkan
(*) KAMI tahu kami hanya pendatang, tapi kami tahu bagaimana membuat kami menjadi lebih berarti di mata bangsa2 lain.
(*) KAMI tahu kami hanya numpang, tapi kami tahu bagaimana kami berjuang dlm kerasnya hidup menumpang.
(*) KAMI berusaha, uang bukan jatuh dr langit.
,,,Kini anda yg meratap mengapa negeri ini penuh dengan kami yg berada diatas...
(*) KAMI menjauhkan diri dari komunitas anda, krn kami takut anak2 kami memiliki mental seperti anda.
(*) KAMI bukan sombong, kami bukan membenci anda,
tp kami ingin hidup spt apa yg nenek moyang kami ajarkan,
!!!!!"JANGAN MEMINTA, TAPI BERUSAHA"!!! !
KAMI berkorban utk anak cucu kami, kami berjuang dr kemiskinan sampai kemakmuran,
KAMI tdk meminta dgn gratis, kami membayar apa yg harus kami bayar,
--•KAMI KETURUNAN TIONGHOA, KAMI ORANG INDONESIA•--
•KAMI duduk dibawah terik matahari menunggu dagangan kami, disaat anda meminta bagian anda untuk uang "keamanan"
•KAMI menghitung saving dan expense keluarga kami, disaat anda menghitung apa yg bisa anda belanjakan dengan uang anda.
•KAMI berusaha mencari apa yg bisa kami jadikan uang, ketika anda sdg berusaha mencari apa yg bs dijadikan barang.
•KAMI rela makan nasi 1 kali sehari demi masa dpn, disaat anda menuntut makan 3 kali sehari.
••....40 TAHUN BERLALU....••
(*) KAMI menikmati apa yg telah kami perjuangkan, disaat anda berkata "China sialan, nguasain negara gueee"
(*) KAMI menikmati liburan setiap tahun ke luar negeri,disaat anda ribut akan kenaikan harga sembako.
(*) KAMI bersyukur atas hasil kerja keras kami disaat anda sedang mengutuk negeri ini.
(*) KAMI bercerita ttg bagaimana indahnya hidup ini,ketika anda bercerita ttg pahitnya hidup saat ini.
(*) KAMI berpikir makan apa besok, ketika anda berpikir apa besok makan.
(*) SAAT kami menikmati puncak kesuksesan, anda menyalahkan kami atas kemiskinan keluarga anda.
(*) SAAT kami masuk ke pintu ruang pabrik kami, anda datang meminta bagian atas apa yg telah kami perjuangkan
(*) KAMI tahu kami hanya pendatang, tapi kami tahu bagaimana membuat kami menjadi lebih berarti di mata bangsa2 lain.
(*) KAMI tahu kami hanya numpang, tapi kami tahu bagaimana kami berjuang dlm kerasnya hidup menumpang.
(*) KAMI berusaha, uang bukan jatuh dr langit.
,,,Kini anda yg meratap mengapa negeri ini penuh dengan kami yg berada diatas...
(*) KAMI menjauhkan diri dari komunitas anda, krn kami takut anak2 kami memiliki mental seperti anda.
(*) KAMI bukan sombong, kami bukan membenci anda,
tp kami ingin hidup spt apa yg nenek moyang kami ajarkan,
!!!!!"JANGAN MEMINTA, TAPI BERUSAHA"!!! !
KAMI berkorban utk anak cucu kami, kami berjuang dr kemiskinan sampai kemakmuran,
KAMI tdk meminta dgn gratis, kami membayar apa yg harus kami bayar,
--•KAMI KETURUNAN TIONGHOA, KAMI ORANG INDONESIA•--
Asal Usul Nama Tempat di Jakarta
Glodok.
Menurut cerita, nama Glodok berasal dari kata grojok, yaitu suara kucuran air dari pancuran. Nama ini muncul karena pada jaman dulu di kawasan ini terdapat semacam waduk penampungan air dari kali Ciliwung. Kata grojok kemudian berubah karena penduduk di sana yang mayoritas keturunan Tionghoa menyebut grojok menjadi Glodok, menyesuaikan dengan lidahnya.
Kampung Ambon.
Berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, nama Kampung Ambon sudah ada sejak tahun 1619. Pada waktu itu JP Coen sebagai Gubernur Jenderal VOC menghadapi persaingan dagang dengan Inggris. Untuk memperkuat angkatan perang VOC, Coen pergi ke Ambon lalu merekrut masyarakat Ambon untuk dijadikan tentara. Pasukan dari Ambon yang dibawa Coen itu kemudian diberikan pemukiman di daerah Rawamangun, Jakarta Timur. Sejak itulah pemukiman tersebut dinamakan Kampung Ambon.
Sunda Kelapa.
Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah pelabuhan diteluk Jakarta. Nama kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam tulisan perjalanan Tome Pires pada tahun 1513 yang berjudul Suma Oriental. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa nama pelabuhan itu adalah Kelapa. Karena pada waktu itu wilayah ini berada di bawah kekuasaan kerajaan Sunda maka kemudian pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.
Pondok Gede.
Sekitar tahun 1775 daerah Pondok Gede merupakan lahan pertanian dan peternakan yang disebut onderneming. Di daerah pertanian dan peternakan milik tuan tanah bernama Johannes Hoojman yang kaya raya itu terdapat sebuah Landhuis, atau rumah besar tempat tinggal dan sekaligus tempat pengurus usaha pertanian dan peternakan. Karena besarnya bangunan Landhuis itu, masyarakat pribumi sering menyebutnya Pondok Gede.
Pasar Senen.
Pasar Senen pertama kali dibangun oleh Justinus Vinck. Orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan Vinckpasser( pasar Vinck). Tetapi karena hari pada awalnya Vinckpasser dibuka hanya pada hari Senin, maka pasar itu disebut juga Pasar Senen(disesuaikan dengan kebiasaan orang-orang yang lebih sering menyebut Senen ketimbang Senin). Namun seiring kemajuan dan pasar Senen semakin ramai, maka sejak tahun l766 pasar ini pun buka pada hari-hari lain.
Kwitang.
Nama Kwitang berasal dari Kwik Tang Kiam, seorang tuan tanah China yang kaya dan hampir semua tanah yang trdapat di daerah tersebut adalah miliknya. Saking luasnya tanah milik Kwik Tang Kiam, orang Betawi menyebut kampungnya si Kwi Tang. Mengenai mengapa banyak orang keturunan Arab tinggal di sana, ada cerita lain lagi. Kwik Tang memilki seorang anak tunggal yang suka berjudi dan mabuk. Setelah Kwik Tang Kiam meninggal dunia, anaknya yang suka berjudi dan mabuk itu, malah menjual semua tanah milik bapaknya kepada saudagar keturunan Arab. Sejak itulah banyak keturunan Arab yangtinggal di kampung Kwitang.
(Catatan Sumar: Dulu saya pernah baca bahwa nama Kwitang berasal dari "Kawitan" yaitu tempat pertama kali pasukan Mataram berkumpul waktu akan menyerang Batavia. Tetapi yang paling benar saya kira adalah keterangan di atas, yaitu nama Kwitang berasal dari nama Kwik Tang Kiam).
Pasar Rumput.
Pasar rumput adalah nama pasar yang berlokasi di Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan. (catatan Sumar: yang tepat adalah di Jakarta Pusat). Pasar ini sekarang telah menyatu dengan pasar Manggarai. Asal mula penyebutannya Pasar Rumput berasal dari adanya para pedagang yang menjual rumput di kawasan ini. Para pedagang rumput terpaksa berjualan di lokasi ini karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke permukiman elit Menteng. Saat itu penghuni daerah Menteng banyak yang memakai sado sebagai sarana angkutan. Seperti diketahuai, sado adalah kendaraan yang ditarik oleh beberapa ekor kuda, nah banyaknya sado yang keluar masuk lingkungan Menteng inilah yang menjadi incaran para penjual rumput. Walaupun para pedagang rumput sudah tidak dapat ditemukan lagi di pasar rumput, masyarakat Jakarta sangat akrab dengan sebutan nama Pasar Rumput.
(catatan Sumar: sado berasal dari kata Portugis "dos-a-dos" yang artinya punggung membelakangi punggung, karena di daerah-daerah, sado adalah sebuah kendaraan kecil sehingga penumpangnya harus duduk punggung membelakangi punggung berdesak-desakan) .
Senayan.
Senayan berasal dari kata Wangsanayan yang dapat berarti "tanah tempat tinggal atau tanah milik seseorang yang bernama "Wangsanaya. " Wangsanayan lambat laun berubah menjadi lebih singkat, yaitu Senayan. Wangsanayan adalah salah seorang berpangkat Letnan asal Bali. Belum ditemukan keterangan lebih lanjut dari tokok tersebut, demikian pula tentang sejarah yang berkaitan dengan kawasan yang sekarang dikenal dengan nama Senayan itu.
Menteng.
Semula daerah ini merupakan hutan dan banyak ditumbuhi pohon-pohon buah-buahan, terutama buah Menteng. Maka masyarakat menyebutnya daerah ini sebagai kampung Menteng. Pada tahun l912, pemerintah Belanda membeli tanah kawasan ini untuk dijadikan perumahan pegawai pemerintah Hindia Belanda. Sampai sekarang masih banyak rumah di daerah Menteng ini yang bergaya ala rumah Belanda. Ada juga yang mengkombinasinya dengan gaya rumah Jawa atau disebut juga dengan konsep Indis. (campuran gaya rumah Belanda dengan gaya rumah Jawa).
Menurut cerita, nama Glodok berasal dari kata grojok, yaitu suara kucuran air dari pancuran. Nama ini muncul karena pada jaman dulu di kawasan ini terdapat semacam waduk penampungan air dari kali Ciliwung. Kata grojok kemudian berubah karena penduduk di sana yang mayoritas keturunan Tionghoa menyebut grojok menjadi Glodok, menyesuaikan dengan lidahnya.
Kampung Ambon.
Berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, nama Kampung Ambon sudah ada sejak tahun 1619. Pada waktu itu JP Coen sebagai Gubernur Jenderal VOC menghadapi persaingan dagang dengan Inggris. Untuk memperkuat angkatan perang VOC, Coen pergi ke Ambon lalu merekrut masyarakat Ambon untuk dijadikan tentara. Pasukan dari Ambon yang dibawa Coen itu kemudian diberikan pemukiman di daerah Rawamangun, Jakarta Timur. Sejak itulah pemukiman tersebut dinamakan Kampung Ambon.
Sunda Kelapa.
Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah pelabuhan diteluk Jakarta. Nama kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam tulisan perjalanan Tome Pires pada tahun 1513 yang berjudul Suma Oriental. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa nama pelabuhan itu adalah Kelapa. Karena pada waktu itu wilayah ini berada di bawah kekuasaan kerajaan Sunda maka kemudian pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.
Pondok Gede.
Sekitar tahun 1775 daerah Pondok Gede merupakan lahan pertanian dan peternakan yang disebut onderneming. Di daerah pertanian dan peternakan milik tuan tanah bernama Johannes Hoojman yang kaya raya itu terdapat sebuah Landhuis, atau rumah besar tempat tinggal dan sekaligus tempat pengurus usaha pertanian dan peternakan. Karena besarnya bangunan Landhuis itu, masyarakat pribumi sering menyebutnya Pondok Gede.
Pasar Senen.
Pasar Senen pertama kali dibangun oleh Justinus Vinck. Orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan Vinckpasser( pasar Vinck). Tetapi karena hari pada awalnya Vinckpasser dibuka hanya pada hari Senin, maka pasar itu disebut juga Pasar Senen(disesuaikan dengan kebiasaan orang-orang yang lebih sering menyebut Senen ketimbang Senin). Namun seiring kemajuan dan pasar Senen semakin ramai, maka sejak tahun l766 pasar ini pun buka pada hari-hari lain.
Kwitang.
Nama Kwitang berasal dari Kwik Tang Kiam, seorang tuan tanah China yang kaya dan hampir semua tanah yang trdapat di daerah tersebut adalah miliknya. Saking luasnya tanah milik Kwik Tang Kiam, orang Betawi menyebut kampungnya si Kwi Tang. Mengenai mengapa banyak orang keturunan Arab tinggal di sana, ada cerita lain lagi. Kwik Tang memilki seorang anak tunggal yang suka berjudi dan mabuk. Setelah Kwik Tang Kiam meninggal dunia, anaknya yang suka berjudi dan mabuk itu, malah menjual semua tanah milik bapaknya kepada saudagar keturunan Arab. Sejak itulah banyak keturunan Arab yangtinggal di kampung Kwitang.
(Catatan Sumar: Dulu saya pernah baca bahwa nama Kwitang berasal dari "Kawitan" yaitu tempat pertama kali pasukan Mataram berkumpul waktu akan menyerang Batavia. Tetapi yang paling benar saya kira adalah keterangan di atas, yaitu nama Kwitang berasal dari nama Kwik Tang Kiam).
Pasar Rumput.
Pasar rumput adalah nama pasar yang berlokasi di Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan. (catatan Sumar: yang tepat adalah di Jakarta Pusat). Pasar ini sekarang telah menyatu dengan pasar Manggarai. Asal mula penyebutannya Pasar Rumput berasal dari adanya para pedagang yang menjual rumput di kawasan ini. Para pedagang rumput terpaksa berjualan di lokasi ini karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke permukiman elit Menteng. Saat itu penghuni daerah Menteng banyak yang memakai sado sebagai sarana angkutan. Seperti diketahuai, sado adalah kendaraan yang ditarik oleh beberapa ekor kuda, nah banyaknya sado yang keluar masuk lingkungan Menteng inilah yang menjadi incaran para penjual rumput. Walaupun para pedagang rumput sudah tidak dapat ditemukan lagi di pasar rumput, masyarakat Jakarta sangat akrab dengan sebutan nama Pasar Rumput.
(catatan Sumar: sado berasal dari kata Portugis "dos-a-dos" yang artinya punggung membelakangi punggung, karena di daerah-daerah, sado adalah sebuah kendaraan kecil sehingga penumpangnya harus duduk punggung membelakangi punggung berdesak-desakan) .
Senayan.
Senayan berasal dari kata Wangsanayan yang dapat berarti "tanah tempat tinggal atau tanah milik seseorang yang bernama "Wangsanaya. " Wangsanayan lambat laun berubah menjadi lebih singkat, yaitu Senayan. Wangsanayan adalah salah seorang berpangkat Letnan asal Bali. Belum ditemukan keterangan lebih lanjut dari tokok tersebut, demikian pula tentang sejarah yang berkaitan dengan kawasan yang sekarang dikenal dengan nama Senayan itu.
Menteng.
Semula daerah ini merupakan hutan dan banyak ditumbuhi pohon-pohon buah-buahan, terutama buah Menteng. Maka masyarakat menyebutnya daerah ini sebagai kampung Menteng. Pada tahun l912, pemerintah Belanda membeli tanah kawasan ini untuk dijadikan perumahan pegawai pemerintah Hindia Belanda. Sampai sekarang masih banyak rumah di daerah Menteng ini yang bergaya ala rumah Belanda. Ada juga yang mengkombinasinya dengan gaya rumah Jawa atau disebut juga dengan konsep Indis. (campuran gaya rumah Belanda dengan gaya rumah Jawa).
Dan Yang Inipun Akan Berlalu
THIS TOO SHALL PASS
Catatan untuk seorang sahabat
Kami sama sekali tidak berencana bertemu, bahkan mobilkupun hampir turun ke parkiran basement apartemen ketika tiba2 HP-ku bunyi. Jam di mobil sudah menunjukkan angka 19:54 saat itu.
I like surprise!! And I get it tonite .. Seorang sahabat dari jauh menelpon beritahu bahwa dia sedang ada di daerah rumahku. Lama tak bertemu .. Kami lalu janjian bertemu di sebuah restoran tak jauh dari apartemenku, lepas kangen.
Di restoran itu kami bercerita panjang dari hulu ke hilir, diselingi tawa seru tanpa peduli orang2 di meja lain.
Sahabatku pesan beberapa jenis sayuran, plus makanan malam kesukaanku, bubur. Sayangnya, kali ini bubur polos. Ah .. Dia sahabatku, apapun enak bila makan bersamanya. Sambil makan kami ngobrol tentang keluarga, karier, bisnis. Sumpit di tangan ikut menunjuk-nunjuk, konon tidak sopan .. Tapi siapa peduli, yang penting adalah keakraban di hati .. Bukan mempersoalkan hal-hal kecil apalagi formalitas begini. Dan masih seperti dulu, kami berusaha saling mengatur siapa menghabiskan sayur apa, siapa menghabiskan bubur dan ayam.
Hahaha .. Dasar kami berdua sama2 dominan, sama2 biasa mau mimpin, tapi juga, sama2 seru 'melayani' .. Dulu kami pernah berargumentasi, siapa yg lebih dominan di antara kami (karena kami sama2 tidak mau dituduh dominan padahal sering ribut gak mau kalah). Akhirnya kami muncul pada satu kesimpulan, ' who serve will lead' .. Nah, semenjak itu kami sering saling 'serving' alias saling membantu ...
'This too shall pass', celutuknya tiba2 di tengah makan 'supper' itu.
'Hahh?', ada yang gak nyambung, saya bertanya gak ngerti maksudnya.
Lalu dia bercerita tentang kisah perjalanan seorang sufi, yg berkelana dan singgah di suatu kota, menginap di rumah seorang saudagar kaya. Saudagar ini yg selalu mengucapkan 'This too shall pass', dan dalam cerita itu memang kemudian terjadi .. Saudagar tersebut awalnya sangat kaya, lalu jatuh miskin karena bencana alam, lalu kembali kaya raya karena warisan. Intinya adalah bagaimana saudagar tersebut tetap tabah dan enjoy saja menjalani 'up and down' lika-liku hidupnya, tidak tersirat keluhan apalagi kesedihan apapun di sana.
Hmm .. 'This too shall pass' .. Betul juga!! Berapa kali kami berargumentasi, berapa kali kami saling memaklumi, toh semuanya pasti akan berlalu .. Apa yg perlu dipertahankan?
Kalimat inipun menjadi lelucon bagi kami berdua setiap kali menyinggung kisah hidup yg kurang menyenangkan, lalu tertawa lagi .. Entah menertawakan hidup atau menertawakan 'contekan' kalimat tadi. Kami bahas bagaimana dulu kami sama2 mulai bisnis ini di kota yang berbeda, saling bandingkan berapa income pada bulan yg sama .. bagaimana kemudian kita saling diskusi via udara maupun dunia maya, lalu muncul argumentasi .. Tidak jarang saling marah by email .. Pernah kami berdua sama berada dalam posisi terburuk 2 tahun lalu, tidak ada income dan tabungan habis .. Berdua hanya ngobrol via udara saling menghibur ..toh berlalu juga .. Pernah juga saling gak mau ngalah tentang leadership, ribut sampai suara tinggi rendah, itupun kemudian sama2 kami maklumi, wong lagi sama2 mumet .. sama2 jadi sarana pelampiasan lha ... Kami bahkan pernah salah persepsi dan ngambek gak saling komunikasi .. Hahaha .. This too shall pass. Dan memang sudah berlalu, kalau tidak .. Malam itu kami tidak makan bubur bersama toh?
Malam makin larut, kami berdua sudah kekenyangan, sendok menyendokpun terjadi .. Maksa suruh ngabisin!! Well, this too shall pass .. Tapi, apa iya perut yg sudah kekenyangan bisa terus dijejali karena 'this too shall pass'?
Pasca pertemuan malam itu, saya terus merenungi 'This too shall pass' .. Sebenarnya, ada suatu makna yg sangat dalam di baliknya .. Tapi lagi-lagi, kalimat 'this too shall pass' membuatku malas memikirkannya .. Toh akan berlalu juga.
Nah lho!! Kalau semua menjadi 'this too shall pass', kita ini menjadi lebih produktif atau malah kontra-produktif?
Ah .. Egp, gitu saja kok repot. When you get serious you get stupid!!
But for sure, 'This too shall pass' tidak berlaku untuk semua hal .. Karena selalu ada sesuatu yg sangat berarti untuk dipertahankan, sesuatu yang sangat berharga untuk diperjuangkan ..
Siapkan diri untuk sesuatu yg sangat berarti.
Catatan untuk seorang sahabat
Kami sama sekali tidak berencana bertemu, bahkan mobilkupun hampir turun ke parkiran basement apartemen ketika tiba2 HP-ku bunyi. Jam di mobil sudah menunjukkan angka 19:54 saat itu.
I like surprise!! And I get it tonite .. Seorang sahabat dari jauh menelpon beritahu bahwa dia sedang ada di daerah rumahku. Lama tak bertemu .. Kami lalu janjian bertemu di sebuah restoran tak jauh dari apartemenku, lepas kangen.
Di restoran itu kami bercerita panjang dari hulu ke hilir, diselingi tawa seru tanpa peduli orang2 di meja lain.
Sahabatku pesan beberapa jenis sayuran, plus makanan malam kesukaanku, bubur. Sayangnya, kali ini bubur polos. Ah .. Dia sahabatku, apapun enak bila makan bersamanya. Sambil makan kami ngobrol tentang keluarga, karier, bisnis. Sumpit di tangan ikut menunjuk-nunjuk, konon tidak sopan .. Tapi siapa peduli, yang penting adalah keakraban di hati .. Bukan mempersoalkan hal-hal kecil apalagi formalitas begini. Dan masih seperti dulu, kami berusaha saling mengatur siapa menghabiskan sayur apa, siapa menghabiskan bubur dan ayam.
Hahaha .. Dasar kami berdua sama2 dominan, sama2 biasa mau mimpin, tapi juga, sama2 seru 'melayani' .. Dulu kami pernah berargumentasi, siapa yg lebih dominan di antara kami (karena kami sama2 tidak mau dituduh dominan padahal sering ribut gak mau kalah). Akhirnya kami muncul pada satu kesimpulan, ' who serve will lead' .. Nah, semenjak itu kami sering saling 'serving' alias saling membantu ...
'This too shall pass', celutuknya tiba2 di tengah makan 'supper' itu.
'Hahh?', ada yang gak nyambung, saya bertanya gak ngerti maksudnya.
Lalu dia bercerita tentang kisah perjalanan seorang sufi, yg berkelana dan singgah di suatu kota, menginap di rumah seorang saudagar kaya. Saudagar ini yg selalu mengucapkan 'This too shall pass', dan dalam cerita itu memang kemudian terjadi .. Saudagar tersebut awalnya sangat kaya, lalu jatuh miskin karena bencana alam, lalu kembali kaya raya karena warisan. Intinya adalah bagaimana saudagar tersebut tetap tabah dan enjoy saja menjalani 'up and down' lika-liku hidupnya, tidak tersirat keluhan apalagi kesedihan apapun di sana.
Hmm .. 'This too shall pass' .. Betul juga!! Berapa kali kami berargumentasi, berapa kali kami saling memaklumi, toh semuanya pasti akan berlalu .. Apa yg perlu dipertahankan?
Kalimat inipun menjadi lelucon bagi kami berdua setiap kali menyinggung kisah hidup yg kurang menyenangkan, lalu tertawa lagi .. Entah menertawakan hidup atau menertawakan 'contekan' kalimat tadi. Kami bahas bagaimana dulu kami sama2 mulai bisnis ini di kota yang berbeda, saling bandingkan berapa income pada bulan yg sama .. bagaimana kemudian kita saling diskusi via udara maupun dunia maya, lalu muncul argumentasi .. Tidak jarang saling marah by email .. Pernah kami berdua sama berada dalam posisi terburuk 2 tahun lalu, tidak ada income dan tabungan habis .. Berdua hanya ngobrol via udara saling menghibur ..toh berlalu juga .. Pernah juga saling gak mau ngalah tentang leadership, ribut sampai suara tinggi rendah, itupun kemudian sama2 kami maklumi, wong lagi sama2 mumet .. sama2 jadi sarana pelampiasan lha ... Kami bahkan pernah salah persepsi dan ngambek gak saling komunikasi .. Hahaha .. This too shall pass. Dan memang sudah berlalu, kalau tidak .. Malam itu kami tidak makan bubur bersama toh?
Malam makin larut, kami berdua sudah kekenyangan, sendok menyendokpun terjadi .. Maksa suruh ngabisin!! Well, this too shall pass .. Tapi, apa iya perut yg sudah kekenyangan bisa terus dijejali karena 'this too shall pass'?
Pasca pertemuan malam itu, saya terus merenungi 'This too shall pass' .. Sebenarnya, ada suatu makna yg sangat dalam di baliknya .. Tapi lagi-lagi, kalimat 'this too shall pass' membuatku malas memikirkannya .. Toh akan berlalu juga.
Nah lho!! Kalau semua menjadi 'this too shall pass', kita ini menjadi lebih produktif atau malah kontra-produktif?
Ah .. Egp, gitu saja kok repot. When you get serious you get stupid!!
But for sure, 'This too shall pass' tidak berlaku untuk semua hal .. Karena selalu ada sesuatu yg sangat berarti untuk dipertahankan, sesuatu yang sangat berharga untuk diperjuangkan ..
Siapkan diri untuk sesuatu yg sangat berarti.
Asal Muasal "BAKPAO"
(saduran bebas dari "Zhuge Liang Si Penemu Bakpao", The Epoch Times)
Alkisah pada zaman Tiga Negara, SamKok (dialek Hokkian) atau SanGuo (三国), Negara Pusat yang biasa dikenal dengan nama Tiongkok atau ZhongGuo (中国) terpecah menjadi 3 (tiga) negara; masing-masing yaitu: Shu-Han (蜀汉), Wei (魏), dan Wu (吴). Negara Shu-Han dipimpin oleh Lauw Pie atau Liu Bei (刘备), yang sebenarnya masih merupakan 'paman-raja' dari raja boneka dinasti Han yang dikendalikan oleh Cao Cao (曹操) sang Perdana Menteri yang 'durna', dan sepeninggalnya anaknya Cao Bei mengambil alih takhta dan mendirikan dinasti Wei.
LiuBei terkenal dengan sumpah sehidup-sematinya di kebon-persik, ketika mengangkat persaudaraan dengan Kwan Ie (GuanYu 关羽) sebagai saudara ke-2 dan Thio Hwie (ZhangFei 张飞) sebagai saudara ke-3; untuk menegakkan kembali dinasti Han (汉) yang sedang diambang kehancuran. Namun dalam kekacauan negara saat itu yang penuh intrik, sangat mustahil untuk mewujudkannya. Beruntung Lauw Pie dapat menarik seorang ahli strategi yang ulung, Tjukat Liang atau Zhuge Liang (诸葛亮), setelah dengan tidak kenal lelah melakukan pendekatan dengannya. Sehingga akhirnya mimpinya terwujud sebagian, yaitu dengan berdirinya negeri Shu-Han. Sepeninggalnya, negeri ini diperintah oleh anaknya, LiuChan, yang ternyata bodoh dan hanya berfoya-foya sepanjang hari, sehingga terkadang menyia-nyiakan nasehat dari Zhuge Liang sebagai walinya. Pada fihak lain, Zhuge Liang adalah loyalis tulen, tetap setia mengabdi negara sebagai Perdana Menteri, sekalipun sudah menerima amanat dari LiuBei (sebelum tarikan nafasnya yang terakhir) bahwa dia dapat mengambil alih kerajaan bilamana ternyata LiuChan tidak cakap.
Sebagai strateginya untuk mempersatukan Tiongkok kembali, dengan menundukkan 2 (dua) negara lainnya, Zhuge Liang mengirimkan ekspedisi ke NanMan (南蛮) dahulu, untuk mematahkan perlawanan suku yang bermukim di sebelah selatan negerinya, kira-kira adalah wilayah IndoChina sekarang. Setelah mengalami kemenangan yang gemilang dan hendak kembali ke utara, mereka terhambat oleh aliran sungai LuShui (泸水, sungai yang melintasi Tibet, Sichuan dan Yunnan) yang sangat bergelora tiada henti ketika itu. Penduduk lokal menyarankan untuk mengorbankan kepala manusia ke dalam sungai itu, untuk menenangkan arwah ratusan ribu pasukan Man (suku primitif di wilayah selatan yang baru ditaklukkan) yang mati kebakaran akibat peperangan tersebut.
Zhuge Liang, sebagai seorang yang bijaksana, tidak sampai hati untuk mengorbankan orang tidak berdosa. Setelah merenung sejenak, dia mendapatkan gagasan untuk mengatasi hal tersebut. Para prajurit diperintahkannya untuk mencincang daging sapi dan kambing (mungkin juga babi), lalu diremas dan dibumbui, dan dibungkus dengan adonan tepung, sehingga berbentuk seperti bentuk kepala manusia. Kemudian kepala manusia tiruan itu ditim, dan disebut sebagai ManShou (蛮首), yang artinya kepala orang biadab/primitif di daerah selatan. Ternyata setelah dicemplungkan ke dalam sungai LuShui, segera alirannya menjadi tenang kembali, sehingga pasukan Shu-Han berhasil menyeberanginya dengan selamat.
Kue ManShou (蛮首)merupakan cikal-bakal dari kue ManTou (馒头) yang dikenal sekarang. Aksara 'shou' (首), merupakan sinonim dari 'tou' (头), bermakna 'kepala'. Di Indonesia (印度尼西亚) kue ini lebih dikenal dengan sebutan 'bakpao' (roubao 肉包), dan isinya tidak melulu daging (babi), tetapi juga berisi kacang-hjau, kacang-merah, parutan kelapa dengan gula-jawa, cokelat dan sebagainya. Yang jelas tidak banyak yang tahu, bahwa ternyata kue bakpao tersebut adalah ciptaan dari seorang bijaksana yang mahir berbagai keilmuan; antara lain adalah: strategi kemiliteran, administrasi pemerintahan, ilmu falak (perbintangan) , ahli tehnik (engineering, kerna pernah menciptakan berbagai senjata dan alat transportasi berupa kuda dan lembu dari kayu yang dapat berjalan sendiri secara mekanis, dan hanya dapat dikendalikan oleh fihaknya saja).
Seandainya saja Indonesia memiliki seorang pemimpin yang se-kaliber Zhuge Liang, tentu negeri kita dapat segera mengejar ketertinggalan dari para tetangganya; Malaysia pun akan berfikir berulang-kali sebelum melakukan provokasi kepada negeri ini, dan juga mungkin tidak akan berani merampok karya kebudayaan Indonesia dan mengakuinya sebagai patent negerinya. Sayang selama hampir 5 (lima) tahun ini, Indonesia hanya diperintah oleh orang se-kaliber LiuChan.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta,
(Semoga semua mahluk hidup berbahagia)
Alkisah pada zaman Tiga Negara, SamKok (dialek Hokkian) atau SanGuo (三国), Negara Pusat yang biasa dikenal dengan nama Tiongkok atau ZhongGuo (中国) terpecah menjadi 3 (tiga) negara; masing-masing yaitu: Shu-Han (蜀汉), Wei (魏), dan Wu (吴). Negara Shu-Han dipimpin oleh Lauw Pie atau Liu Bei (刘备), yang sebenarnya masih merupakan 'paman-raja' dari raja boneka dinasti Han yang dikendalikan oleh Cao Cao (曹操) sang Perdana Menteri yang 'durna', dan sepeninggalnya anaknya Cao Bei mengambil alih takhta dan mendirikan dinasti Wei.
LiuBei terkenal dengan sumpah sehidup-sematinya di kebon-persik, ketika mengangkat persaudaraan dengan Kwan Ie (GuanYu 关羽) sebagai saudara ke-2 dan Thio Hwie (ZhangFei 张飞) sebagai saudara ke-3; untuk menegakkan kembali dinasti Han (汉) yang sedang diambang kehancuran. Namun dalam kekacauan negara saat itu yang penuh intrik, sangat mustahil untuk mewujudkannya. Beruntung Lauw Pie dapat menarik seorang ahli strategi yang ulung, Tjukat Liang atau Zhuge Liang (诸葛亮), setelah dengan tidak kenal lelah melakukan pendekatan dengannya. Sehingga akhirnya mimpinya terwujud sebagian, yaitu dengan berdirinya negeri Shu-Han. Sepeninggalnya, negeri ini diperintah oleh anaknya, LiuChan, yang ternyata bodoh dan hanya berfoya-foya sepanjang hari, sehingga terkadang menyia-nyiakan nasehat dari Zhuge Liang sebagai walinya. Pada fihak lain, Zhuge Liang adalah loyalis tulen, tetap setia mengabdi negara sebagai Perdana Menteri, sekalipun sudah menerima amanat dari LiuBei (sebelum tarikan nafasnya yang terakhir) bahwa dia dapat mengambil alih kerajaan bilamana ternyata LiuChan tidak cakap.
Sebagai strateginya untuk mempersatukan Tiongkok kembali, dengan menundukkan 2 (dua) negara lainnya, Zhuge Liang mengirimkan ekspedisi ke NanMan (南蛮) dahulu, untuk mematahkan perlawanan suku yang bermukim di sebelah selatan negerinya, kira-kira adalah wilayah IndoChina sekarang. Setelah mengalami kemenangan yang gemilang dan hendak kembali ke utara, mereka terhambat oleh aliran sungai LuShui (泸水, sungai yang melintasi Tibet, Sichuan dan Yunnan) yang sangat bergelora tiada henti ketika itu. Penduduk lokal menyarankan untuk mengorbankan kepala manusia ke dalam sungai itu, untuk menenangkan arwah ratusan ribu pasukan Man (suku primitif di wilayah selatan yang baru ditaklukkan) yang mati kebakaran akibat peperangan tersebut.
Zhuge Liang, sebagai seorang yang bijaksana, tidak sampai hati untuk mengorbankan orang tidak berdosa. Setelah merenung sejenak, dia mendapatkan gagasan untuk mengatasi hal tersebut. Para prajurit diperintahkannya untuk mencincang daging sapi dan kambing (mungkin juga babi), lalu diremas dan dibumbui, dan dibungkus dengan adonan tepung, sehingga berbentuk seperti bentuk kepala manusia. Kemudian kepala manusia tiruan itu ditim, dan disebut sebagai ManShou (蛮首), yang artinya kepala orang biadab/primitif di daerah selatan. Ternyata setelah dicemplungkan ke dalam sungai LuShui, segera alirannya menjadi tenang kembali, sehingga pasukan Shu-Han berhasil menyeberanginya dengan selamat.
Kue ManShou (蛮首)merupakan cikal-bakal dari kue ManTou (馒头) yang dikenal sekarang. Aksara 'shou' (首), merupakan sinonim dari 'tou' (头), bermakna 'kepala'. Di Indonesia (印度尼西亚) kue ini lebih dikenal dengan sebutan 'bakpao' (roubao 肉包), dan isinya tidak melulu daging (babi), tetapi juga berisi kacang-hjau, kacang-merah, parutan kelapa dengan gula-jawa, cokelat dan sebagainya. Yang jelas tidak banyak yang tahu, bahwa ternyata kue bakpao tersebut adalah ciptaan dari seorang bijaksana yang mahir berbagai keilmuan; antara lain adalah: strategi kemiliteran, administrasi pemerintahan, ilmu falak (perbintangan) , ahli tehnik (engineering, kerna pernah menciptakan berbagai senjata dan alat transportasi berupa kuda dan lembu dari kayu yang dapat berjalan sendiri secara mekanis, dan hanya dapat dikendalikan oleh fihaknya saja).
Seandainya saja Indonesia memiliki seorang pemimpin yang se-kaliber Zhuge Liang, tentu negeri kita dapat segera mengejar ketertinggalan dari para tetangganya; Malaysia pun akan berfikir berulang-kali sebelum melakukan provokasi kepada negeri ini, dan juga mungkin tidak akan berani merampok karya kebudayaan Indonesia dan mengakuinya sebagai patent negerinya. Sayang selama hampir 5 (lima) tahun ini, Indonesia hanya diperintah oleh orang se-kaliber LiuChan.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta,
(Semoga semua mahluk hidup berbahagia)
Tuhan Sedang Berada Di Jendela Dan Melihat Semuanya
The Devil & The Duck
There was a little boy visiting his grandparents on their farm.
(ada seorang anak laki2 mengunjungi kakek nenek nya di pertaniannya)
He was given a slingshot to play with out in the woods..
(dia diberikan senapan u/bermain diluar dengan kayu2)
He practiced in the woods; but he could never hit the target.
(dia berlatih menggunakan kayu, tapi dia engga bisa mengenai sasaran)
Getting a little discouraged, he headed back for dinner.
(dia putus asa, dan dia berbalik untuk makan malem)
As he was walking back he saw Grandma's pet duck.
(sewaktu dia sedang berjalan kebelakang, dia m eli hat bebek p eli haraan nenek)
Just out of impulse, he let the slingshot fly, hit the duck square in the head and killed it. He was shocked and grieved!
(secara reflek, dia menggunakan katapel tsb dan memukul bebek tepat di kepala dan mati. dia sangat kaget dan tercengang)
In a panic, he hid the dead duck in the wood pile; only to see his
Sister watching! Sally had seen it all, but she said nothing.
(didlm kepanikan, dia menyembunyikan bangkai bebek di lubang kayu dan saudara perempuannya m eli hatnya! Sally m eli hat semuanya, tapi dia tdk mengatakan apa2..)
After lunch the next day Grandma said, 'Sally, let's wash the dishes'
(setelah mkn siang, esoknya nenek berkata, Sally,tolong cucikan piring)
But Sally said, 'Grandma, Johnny told me he wanted to help in the kitchen.'
(tapi Sally berkata, nenek, jonny bilang dia ingin membantu di dapur)
Then she whispered to him, "Remember the duck?'
(kemudian dia berbisik kepadanya, inget bebek itu?)
So Johnny did the dishes.
(jadi, jonny yang mencuci piring)
Later that day, Grandpa asked if the children wanted to go fishing and Grandma said, 'I'm sorry but I need Sally to help make supper.'
(hari berikutnya, kakek menyuruh apakah kalian mau m ema ncing, dan nenek berkata, wah sayang sekali tapi Sally hrs membantuku membuat sarapan malam)
Sally just smiled and said, 'well that's all right because Johnny told me he wanted to help?
(Sally hanya tersenyum, hm...tidak apa2 karena Jonny bilang akan membantu nenek)
She whispered again, 'Remember the duck?' So Sally went fishing and Johnny stayed to help.
(dia berbisik kembali, Inget bebek itu?? jadi Sally pergi m ema ncing dan Johnny tinggal untuk membantu nenek)
After several days of Johnny doing both his chores and Sally's; he
Finally couldn't stand it any longer.
(setelah bbrp hari Johny dikerjain Sally, akhirnya engga tahan lagi)
He came to Grandma and confessed that he had killed the duck.
(dia datang kepada nenek dan mengaku bhw dia telah membunuh bebek nya)
Grandma knelt down, gave him a hug and said, 'Sweetheart, I know. You see, I was standing at the window and I saw the whole thing, but because I love you, I forgave you. I was just wondering how long you would let Sally make a slave of you.'
(nenek berlutut, dan memeluknya dan berkata, SAYANG, NENEK TAHU, KAMU TAHU, NENEK SEDANG BERDIRI DEKAT JENDELA DAN NENEK MELIHAT SEMUANYA, TAPI KARENA NENEK MENGASIHI KAMU, NENEK MEMAAFKAN KAMU. NENEK BERHARAP BERAPA LAMA KAMU AKAN MEMBIARKAN SALLY MEMPERBUDAK KAMU)
Thought for the day and every day thereafter:
Whatever is in your past, whatever you have done....? And the devil keeps throwing it up in your face (lying, cheating, debt, fear, bad habits, hatred, anger, bitterness, etc.)...whatever it is....You need to know that:
God was standing at the window and He saw the whole thing..
(apapun yg terjadi di masa lalu, apapun yg kamu lakukan..iblis memperlihatkan kembali kepada kita, kebohongan, ketakutan, hutang, amarah, kepahitan, kebiasaan buruk dll..) apapun itu...KAMU PERLU TAHU BAHWA..
TUHAN SEDANG BERADA DI JENDELA DAN DIA MELIHAT SEMUANYA...)
He has seen your whole life... He wants you to know that He loves you and that you are forgiven. He's just wondering how long you will let the devil make a slave of you.
(DIA sedang m eli hat semua hidup kamu. DIA ingin kamu menget ahui bhw IA mengasihimu dan kamu telah diampuni. DIA hanya berharap berapa lama kamu akan membiarkan iblis memperbudak kamu)
The great thing about God is that when you ask for forgiveness;
(Hal yang terbesar tentang TUHAN adalah ketika kamu meminta pengampunan)
He not only forgives you, but He forgets.
Dia tdk hanya mengampuni kamu, tapi dia melupakan..
It is by God's grace and mercy that we are saved.
Go ahead and make the difference in someone's life today.
Share this with a friend and always remember:
God is at the window!
When Jesus died on the cross; he was thinking of you!
(ketika Yesus mati di kayu salib, dia memikirkan kamu)
If you are one of the 93 % who will stand up for him
(jika kamu adalah salah satu dari 93% yang berdiri untuk DIA...)
Forward this with the title, 'I'm in the 93%'.
(kirimkan ema il ini dgn judul Im the 93%)
Would you b eli eve 7% of people won't forward?
(akankah kamu percaya 7% dari orang2 tsb tidak akan mengirimkannya?)
There was a little boy visiting his grandparents on their farm.
(ada seorang anak laki2 mengunjungi kakek nenek nya di pertaniannya)
He was given a slingshot to play with out in the woods..
(dia diberikan senapan u/bermain diluar dengan kayu2)
He practiced in the woods; but he could never hit the target.
(dia berlatih menggunakan kayu, tapi dia engga bisa mengenai sasaran)
Getting a little discouraged, he headed back for dinner.
(dia putus asa, dan dia berbalik untuk makan malem)
As he was walking back he saw Grandma's pet duck.
(sewaktu dia sedang berjalan kebelakang, dia m eli hat bebek p eli haraan nenek)
Just out of impulse, he let the slingshot fly, hit the duck square in the head and killed it. He was shocked and grieved!
(secara reflek, dia menggunakan katapel tsb dan memukul bebek tepat di kepala dan mati. dia sangat kaget dan tercengang)
In a panic, he hid the dead duck in the wood pile; only to see his
Sister watching! Sally had seen it all, but she said nothing.
(didlm kepanikan, dia menyembunyikan bangkai bebek di lubang kayu dan saudara perempuannya m eli hatnya! Sally m eli hat semuanya, tapi dia tdk mengatakan apa2..)
After lunch the next day Grandma said, 'Sally, let's wash the dishes'
(setelah mkn siang, esoknya nenek berkata, Sally,tolong cucikan piring)
But Sally said, 'Grandma, Johnny told me he wanted to help in the kitchen.'
(tapi Sally berkata, nenek, jonny bilang dia ingin membantu di dapur)
Then she whispered to him, "Remember the duck?'
(kemudian dia berbisik kepadanya, inget bebek itu?)
So Johnny did the dishes.
(jadi, jonny yang mencuci piring)
Later that day, Grandpa asked if the children wanted to go fishing and Grandma said, 'I'm sorry but I need Sally to help make supper.'
(hari berikutnya, kakek menyuruh apakah kalian mau m ema ncing, dan nenek berkata, wah sayang sekali tapi Sally hrs membantuku membuat sarapan malam)
Sally just smiled and said, 'well that's all right because Johnny told me he wanted to help?
(Sally hanya tersenyum, hm...tidak apa2 karena Jonny bilang akan membantu nenek)
She whispered again, 'Remember the duck?' So Sally went fishing and Johnny stayed to help.
(dia berbisik kembali, Inget bebek itu?? jadi Sally pergi m ema ncing dan Johnny tinggal untuk membantu nenek)
After several days of Johnny doing both his chores and Sally's; he
Finally couldn't stand it any longer.
(setelah bbrp hari Johny dikerjain Sally, akhirnya engga tahan lagi)
He came to Grandma and confessed that he had killed the duck.
(dia datang kepada nenek dan mengaku bhw dia telah membunuh bebek nya)
Grandma knelt down, gave him a hug and said, 'Sweetheart, I know. You see, I was standing at the window and I saw the whole thing, but because I love you, I forgave you. I was just wondering how long you would let Sally make a slave of you.'
(nenek berlutut, dan memeluknya dan berkata, SAYANG, NENEK TAHU, KAMU TAHU, NENEK SEDANG BERDIRI DEKAT JENDELA DAN NENEK MELIHAT SEMUANYA, TAPI KARENA NENEK MENGASIHI KAMU, NENEK MEMAAFKAN KAMU. NENEK BERHARAP BERAPA LAMA KAMU AKAN MEMBIARKAN SALLY MEMPERBUDAK KAMU)
Thought for the day and every day thereafter:
Whatever is in your past, whatever you have done....? And the devil keeps throwing it up in your face (lying, cheating, debt, fear, bad habits, hatred, anger, bitterness, etc.)...whatever it is....You need to know that:
God was standing at the window and He saw the whole thing..
(apapun yg terjadi di masa lalu, apapun yg kamu lakukan..iblis memperlihatkan kembali kepada kita, kebohongan, ketakutan, hutang, amarah, kepahitan, kebiasaan buruk dll..) apapun itu...KAMU PERLU TAHU BAHWA..
TUHAN SEDANG BERADA DI JENDELA DAN DIA MELIHAT SEMUANYA...)
He has seen your whole life... He wants you to know that He loves you and that you are forgiven. He's just wondering how long you will let the devil make a slave of you.
(DIA sedang m eli hat semua hidup kamu. DIA ingin kamu menget ahui bhw IA mengasihimu dan kamu telah diampuni. DIA hanya berharap berapa lama kamu akan membiarkan iblis memperbudak kamu)
The great thing about God is that when you ask for forgiveness;
(Hal yang terbesar tentang TUHAN adalah ketika kamu meminta pengampunan)
He not only forgives you, but He forgets.
Dia tdk hanya mengampuni kamu, tapi dia melupakan..
It is by God's grace and mercy that we are saved.
Go ahead and make the difference in someone's life today.
Share this with a friend and always remember:
God is at the window!
When Jesus died on the cross; he was thinking of you!
(ketika Yesus mati di kayu salib, dia memikirkan kamu)
If you are one of the 93 % who will stand up for him
(jika kamu adalah salah satu dari 93% yang berdiri untuk DIA...)
Forward this with the title, 'I'm in the 93%'.
(kirimkan ema il ini dgn judul Im the 93%)
Would you b eli eve 7% of people won't forward?
(akankah kamu percaya 7% dari orang2 tsb tidak akan mengirimkannya?)
Kafir Yang Paling Di cari Di seluruh Dunia
Al Qaeda Mengumumkan Pendeta Koptik Zakaria Botros Sebagai “Kafir Yang Paling Dicari Di Seluruh Dunia
Al-Qaeda juga menawarkan upah USD $60 juta bagi kepala Botros. Silakan pula baca Musuh Islam Nomer Satu. Al-Qaeda mengarahkan serangan pada penginjil Arab yang beroperasi di AS karena dia telah menyebarkan Injil kepada Muslim.
Oleh Joel C. Rosenberg untuk Flashtraffic, 9 September 2008.
Anda mungkin belum pernah mendengar Pendeta Zakaria Botros, tapi penting untuk mengetahui tokoh ini. Dia adalah penginjil Arab Amerika yang paling efektif, terkenal, konstroversial di dunia Muslim. Dia bagaikan Rush Limbaugh bagi para Revivalis. Khotbahnya lucu, cerdas, meyakinkan, dan provokatif. Musuh-musuhnya tidak hanya ingin membungkamnya, tapi membunuhnya sekalian.
Minggu lalu aku dapat kehormatan mewawancarai Botros melalui telpon dari tempat tinggalnya yang tersembunyi di AS. Dia mengatakan padaku bahwa dia baru saja tahu website Al Qaeda memasang fotonya dan menyebutnya sebagai Kafir yang “paling dicari” di seluruh dunia. Mereka juga sudah memasang harga bayaran bagi kepalanya. Christian Broadcasting Network melaporkan bahwa harga kepalanya adalah $60 juta. Botros tidak tahu berapa tepatnya. Tapi bandingkan saja dengan kepala Osama Bin Laden yang “hanya” dihargai Pemerintah AS $25 juta.
Kenapa yah para Muslim sangat jengkel dengan pendeta tua Koptik Kristen dari Mesir yang sudah berusia 70 tahunan ini? Jawabnya adalah karena Botros memerangi Islam melalui udara, dan dia menang.
Botros mengabarkan Injil melalui teknologi satelit canggih yang mampu menembus benteng-benteng para Pemerintah Islam untuk menahan penginjilan di tanah Islam. Dengan begitu, Botros secara langsung menantang Muhammad sebagai Nabi, dan Al-Quran sebagai firman Allah SWT. Secara sistematis dia membahas kehidupan Muhammad, kisah demi kisah, untuk menunjukkan sifatnya yang buruk dan penuh dosa. Dia membahas Al-Quran dengan seksama, ayat demi ayat, sambil menunjukkan isinya yang bertentangan satu sama lain dan tiadanya konsistensi pesan. Tidak hanya kesalahan Islam saja yang dia jabarkan, tapi juga penyampaian pesan pada Muslim mengapa Yesus mengasihi mereka dan bersedia menerima dan mengampuni mereka.
Jika hal ini dilakukan Botros secara diam-diam, atau jika siaran TV satelitnya tiada yang menonton, maka tentunya tidak akan ada keributan yang ditimbulkannya. Tapi program TV-nya yang berlangsung selama 90 menit – dengan pesan campuran antara khotbah, ajaran, dan jawaban dari para penelpon (yang kebanyakan jengkel) dari seluruh dunia – merupakan program TV “wajib tonton” di seluruh dunia Muslim. Program TV-nya ditayangkan empat kali seminggu dalam bahasa Arab, yang merupakan bahasa asli Botros, di jaringan TV satelit bernama Al Hayat (TV Hidup). Siaran TV ini bisa dilihat di seluruh negara-negara di Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Tengah, dan juga seluruh Amerika Utara, Eropa, Australia, dan New Zealand. Tidak hanya bisa ditonton di mana saja, tapi juga oleh sekitar 50 juta Muslim setiap hari.
Selain itu, website Botros dalam berbagai bahasa juga didatangi jutaan peminat. Di website ini, para Muslim bisa membaca khotbahnya dan mempelajari artikel-artikel jawaban atas FAQ (Frequently Asked Question = Pertanyaan-pertanya an Yang Paling Banyak Diajukan). Pengunjung pun juga bisa masuk ruang chat bernama “Pal Chat” di mana mereka tidak hanya boleh tapi juga dianjurkan untuk mengajukan pertanyaan-pertanya an yang paling susah pada para penjawab di website itu yang kebanyakan adalah para murtadin yang membelot ke Kristen dan tahu betul apa yang biasanya dipikirkan umat Muslim.
Akibatnya, Botros – yang sudah mengudara sejak tahun 2003 – telah jadi nama terkenal sehari-hari di dunia Muslim. Koran Arab menyebutkan sebagai “Musuh Masyarakat Islam #1″. Jutaan Muslim membencinya, tapi tetap menonton dan mendengarkannya. Mereka memproses informasi dari Botros dan membicarakan hal itu dengan teman-teman dan keluarganya. Ketika Botros menantang Imam-imam radikal Muslim untuk menjawab tuduhan-tuduhannya terhadap Islam dan Al-Quran, jutaan penonton menunggu bagaimana para Imam akan menjawabnya. Tapi ternyata jawaban jarang muncul, karena mereka lebih memilih menyerangnya daripada menjawabnya. Tapi semakin banyak Muslim radikal menyerangnya, Botros justru jadi semakin tenar. Karena semakin tenar, maka semakin banyak pula Muslim yang menontonnya. Semakin banyak Muslim mengamati, semakin banyak pula Muslim yang akhirnya berkesimpulan bahwa Botros ternyata benar dan mereka pun lalu murtad dan beralih agama ke Kristen. Botros memperkirakan setidaknya 1.000 Muslim per bulan berdoa untuk menerima Kristus lewat telepon genggamnya. Sebagian Muslim berdoa menerima Kristus di siaran TV bersama Botros. Ini tentunya hanya pucuk gunung es saja, karena dari sekian banyak penelpon, memang hanya sedikit yang akhirnya bisa masuk percakapan per telpon. Juga karena tidak cukup banyak penjawab terlatih yang bisa menerima telpon dari para penonton.
Botros yakin kebanyakan Muslim bukanlah Muslim radikal, tapi dia menjelaskan bahwa Muslim tersesat secara rohani, dan dia ingin sekali menolong mereka mendapatkan jalan kembali ke Tuhan yang menciptakan dan mencintai mereka.
“Aku percaya semua ini hasil kerja Tuhan,” kata Botros padaku. “Dialah yang membimbingku. Dia menjelaskan padaku apa yang harus kukatakan. Dia menunjukkan pada apa yang harus kutulis di websiteku. Dia menunjukkan lebih banyak lagi bagaimana cara menggunakan teknologi untuk mencapai orang-orang dengan pesan keselamatanNya.”
Sejumlah faktor yang mempengaruhi fenomena Botros ini :
PERTAMA, bentuk media baru - khususnya TV satelit dan Internet (bentuk-bentuk utama TV al Hayat) - memungkinkan orang bertanya tentang Islam, tanpa takut dianiaya atau dibunuh. Ini mengakibatkan untuk pertama kalinya penonton - bahkan dari Saudi, dimana Injil-Injil disita dan dibakar - menelpon show itu untuk berdebat dengan Botros dan kolega-koleganya dan bahkan menyatakan kemurtadan mereka [dan masuk Kristen].
KEDUA, siaran Botros dalam bahasa Arab - bahasa sekitar 200 juta orang, kebanyakan Muslim. Kemahiran Botros berbahasa Arab Klasik tidak hanay memungkinkannya mencapai audiens yang lebih luas, dan memungkinkannya untuk membahas lebih dalam literatur Arab yang berjilid-jilid sehingga melaporkan kepada Muslim-muslim KTP tentang kepincangan- kepincangan dalam Islam.
KETIGA, analisanya tidak dapat dibantah. Contoh pembahasannya tentang "Apakah jihad sebuah kewajiban bagi semua Muslim ?"; "Apakah wanita lebih rendah dari pria dalam Islam?"; "Benarkah Mohammed mengatakan bahwa monyet-monyet wanita harus dirajam dengan batu ?" "Apakah meminum air kencing nabi-nabi memang diwajibkan shariah ?". Botros menjawab setiap pertanyaan dengan kutipan dari sumber-sumber Islam yang jelas, dari teks otoritatif Quran, hadis dan teologi-teologi Muslim ternama, dari dulu sampai sekarang.
Ia juga mengundang para ulama untuk menunjukkan kesalahan metodologinya (kalau ada). Tapi ia menuntut bahwa jawaban ulama harus didasarkan pada "al-dalil we al-burhan," - "dalil dan bukti."
DAN ternyata, tanggapan ulama sering dalam bentuk BUNGKAM KESUMAT, yang membuat siaran-siaran Botros semakin menggiurkan bagi penonton Muslim. Ulama yang sering merujuk kepada kesimpulan-kesimpul an Botros mau tidak mau MALAH menyatakan persetujuan mereka dengannya - sehingga sering menunjukkan wajah-wajah merah malu pada siaran TV langsung ini.
Botros menghabiskan tiga tahun untuk menarik perhatian dunia pada sebuah hadis otentik namun sangat memalukan bahwa : wanita Muslim harus MENYUSUI lelaki tidak semuhrim (bahkan lelaki tidak dikenal) agar dapat berada dalam satu ruangan sendiri dengan si lelaki tersebut.
MESIR : fatwa MENYUSUI lelaki dewasa !!
Seorang pakar hadis, Abd al-Muhdi, dihadapkan pada hadis ini pada sebuah siaran TV live yang dimoderasi oleh pembawa acara Hala Sirhan. Al-Muhdi menegaskan bahwa meyusui lelaki dewasa, menurut shariah, adalah sebuah CARA SAH untuk memudahkan wanita-wanita, yang tadinya "terlarang" bagi lelaki yang tidak semuhrim, mengadakan hubungan dengan lelaki lain - logikanya adalah bahwa dengan "menyusui" lelaki itu, ia menjadi seperti "putera" sang wanita dan oleh karena itu tidak lagi bisa memiliki nafsu birahi terhadap wanita tersebut.
Yang paling lucu, Ezzat Atiyya, kepala Departemen Hadis di Universitas al-Azhar - institusi Islam Sunni yang paling otoritatif - malah mengeluarkan fatwa untuk mengabsahkan "Rida' al-Kibir" (istilah shariah bagi "menyusui orang dewasa"), yang sampai mengakibatkan kemarahan besar dalam dunia Islam sampai fatwa itu harus dicabut. (Tapi hadis-nya masih eksis!)
Botros memainkan peranan penting dalam memfokus pada masalah memalukan ini dan memaksa ulama untuk memberi tanggapan. Seorang tamu lain pada show Hala Sirhan, Abd al-Fatah, malah semakin mempermalukan para ulama: "Saya tahu kalian semua menonton siaran pendeta itu dan tidak seorangpun dari kalian [menunjuk pada Abd al-Muhdi] mampu menanggapinya, karena ia selalu mengutip sumber-sumber sahih !"
Karena impotensi mereka menjagal Botros, satu-satunya strategi yang tersisa bagi ulama adalah menuntut kematiannya (dengan hadiah US$5 juta bagi kepalanya) atau tidak mengacuhkannya. Setiap kali namanya muncul, mereka mengutuknya sebagai siapa lagi kalau bukan antek-antek Yahudi. Taktik ini mungkin memuaskan beberapa Muslim TAPI tetap saja masyarakat umum terus menuntut agar ulama memberikan jawaban tegas dan konkrit kepada sang pendeta.
Contoh paling dramatis adalah pada siaran TV internasional, Iqra.
Sang pembawa acara, Basma, Muslimah konservatif berhijab, menanyakan kepada dua ulama, termasuk Sheikh Gamal Qutb, yang pernah menjabat sebagai mufti agung universitas al-Azhar, untuk menjelaskan legalitas ayat Quran (4:24) yang mengijinkan lelaki untuk menggagahi wanita-wanita tahanan perang. Ia berulang-ulang menanyakan: "Betulkah menurut shariah, sex dengan budak masih berlaku ?"
Kedua ulama tidak memberikan jawaban jelas, mereka cuma bisa OOT (Out Of Topic) dan mengutuk Yahudi. Basma menegaskan kembali : pemuda-pemuda Muslim bingung dan PERLU JAWABAN seketika ini juga, karena "ada sebuah saluran TV khusus dan seorang lelaki yang mendiskusikan masalah ini selama 20 tahun & belum juga mendapatkan tanggapan dari kalian."
Sheikh Qutb yang wajahnya memerah berteriak, "Percuma menanggapi orang-orang hina macam itu !" dan angkat kaki dengan marah dari set film. Ia kemudian kembali lagi, tapi menolak untuk mengakui bahwa Islam memang mengijinkan budak-budak sex dan malah menghabiskan waktu mengumpat dan mengutuk Botros. Ketika Basma mengatakan "99% Muslim, termasuk saya, tidak mengerti masalah pergundikan dalam Islam dan sulit menerimanya." Sang sheikh menjawab, "Kalian tidak perlu mengerti." Dan bagi Muslim-muslim yang menonton dan dipengaruhi Botros, ia menghardik, "Itu urusan kalian ! Kalau putera saya sakit dan memilih untuk mengunjungi seorang mekanik dan bukan seorang dokter - maka itu urusan dia !"
Namun sukses utama Botros adalah tujuannya untuk menyelamatkan jiwa Muslim. Ia selalu memulai dan mengakhiri programnya dengan menyatakan bahwa ia mencintai semua Muslim dan ingin menjauhi mereka dari kepalsuan dan membawa mereka menuju kebenaran.
Dengan demikian Father Zakaria Botros memerangi api dengan api.a
Al-Qaeda juga menawarkan upah USD $60 juta bagi kepala Botros. Silakan pula baca Musuh Islam Nomer Satu. Al-Qaeda mengarahkan serangan pada penginjil Arab yang beroperasi di AS karena dia telah menyebarkan Injil kepada Muslim.
Oleh Joel C. Rosenberg untuk Flashtraffic, 9 September 2008.
Anda mungkin belum pernah mendengar Pendeta Zakaria Botros, tapi penting untuk mengetahui tokoh ini. Dia adalah penginjil Arab Amerika yang paling efektif, terkenal, konstroversial di dunia Muslim. Dia bagaikan Rush Limbaugh bagi para Revivalis. Khotbahnya lucu, cerdas, meyakinkan, dan provokatif. Musuh-musuhnya tidak hanya ingin membungkamnya, tapi membunuhnya sekalian.
Minggu lalu aku dapat kehormatan mewawancarai Botros melalui telpon dari tempat tinggalnya yang tersembunyi di AS. Dia mengatakan padaku bahwa dia baru saja tahu website Al Qaeda memasang fotonya dan menyebutnya sebagai Kafir yang “paling dicari” di seluruh dunia. Mereka juga sudah memasang harga bayaran bagi kepalanya. Christian Broadcasting Network melaporkan bahwa harga kepalanya adalah $60 juta. Botros tidak tahu berapa tepatnya. Tapi bandingkan saja dengan kepala Osama Bin Laden yang “hanya” dihargai Pemerintah AS $25 juta.
Kenapa yah para Muslim sangat jengkel dengan pendeta tua Koptik Kristen dari Mesir yang sudah berusia 70 tahunan ini? Jawabnya adalah karena Botros memerangi Islam melalui udara, dan dia menang.
Botros mengabarkan Injil melalui teknologi satelit canggih yang mampu menembus benteng-benteng para Pemerintah Islam untuk menahan penginjilan di tanah Islam. Dengan begitu, Botros secara langsung menantang Muhammad sebagai Nabi, dan Al-Quran sebagai firman Allah SWT. Secara sistematis dia membahas kehidupan Muhammad, kisah demi kisah, untuk menunjukkan sifatnya yang buruk dan penuh dosa. Dia membahas Al-Quran dengan seksama, ayat demi ayat, sambil menunjukkan isinya yang bertentangan satu sama lain dan tiadanya konsistensi pesan. Tidak hanya kesalahan Islam saja yang dia jabarkan, tapi juga penyampaian pesan pada Muslim mengapa Yesus mengasihi mereka dan bersedia menerima dan mengampuni mereka.
Jika hal ini dilakukan Botros secara diam-diam, atau jika siaran TV satelitnya tiada yang menonton, maka tentunya tidak akan ada keributan yang ditimbulkannya. Tapi program TV-nya yang berlangsung selama 90 menit – dengan pesan campuran antara khotbah, ajaran, dan jawaban dari para penelpon (yang kebanyakan jengkel) dari seluruh dunia – merupakan program TV “wajib tonton” di seluruh dunia Muslim. Program TV-nya ditayangkan empat kali seminggu dalam bahasa Arab, yang merupakan bahasa asli Botros, di jaringan TV satelit bernama Al Hayat (TV Hidup). Siaran TV ini bisa dilihat di seluruh negara-negara di Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Tengah, dan juga seluruh Amerika Utara, Eropa, Australia, dan New Zealand. Tidak hanya bisa ditonton di mana saja, tapi juga oleh sekitar 50 juta Muslim setiap hari.
Selain itu, website Botros dalam berbagai bahasa juga didatangi jutaan peminat. Di website ini, para Muslim bisa membaca khotbahnya dan mempelajari artikel-artikel jawaban atas FAQ (Frequently Asked Question = Pertanyaan-pertanya an Yang Paling Banyak Diajukan). Pengunjung pun juga bisa masuk ruang chat bernama “Pal Chat” di mana mereka tidak hanya boleh tapi juga dianjurkan untuk mengajukan pertanyaan-pertanya an yang paling susah pada para penjawab di website itu yang kebanyakan adalah para murtadin yang membelot ke Kristen dan tahu betul apa yang biasanya dipikirkan umat Muslim.
Akibatnya, Botros – yang sudah mengudara sejak tahun 2003 – telah jadi nama terkenal sehari-hari di dunia Muslim. Koran Arab menyebutkan sebagai “Musuh Masyarakat Islam #1″. Jutaan Muslim membencinya, tapi tetap menonton dan mendengarkannya. Mereka memproses informasi dari Botros dan membicarakan hal itu dengan teman-teman dan keluarganya. Ketika Botros menantang Imam-imam radikal Muslim untuk menjawab tuduhan-tuduhannya terhadap Islam dan Al-Quran, jutaan penonton menunggu bagaimana para Imam akan menjawabnya. Tapi ternyata jawaban jarang muncul, karena mereka lebih memilih menyerangnya daripada menjawabnya. Tapi semakin banyak Muslim radikal menyerangnya, Botros justru jadi semakin tenar. Karena semakin tenar, maka semakin banyak pula Muslim yang menontonnya. Semakin banyak Muslim mengamati, semakin banyak pula Muslim yang akhirnya berkesimpulan bahwa Botros ternyata benar dan mereka pun lalu murtad dan beralih agama ke Kristen. Botros memperkirakan setidaknya 1.000 Muslim per bulan berdoa untuk menerima Kristus lewat telepon genggamnya. Sebagian Muslim berdoa menerima Kristus di siaran TV bersama Botros. Ini tentunya hanya pucuk gunung es saja, karena dari sekian banyak penelpon, memang hanya sedikit yang akhirnya bisa masuk percakapan per telpon. Juga karena tidak cukup banyak penjawab terlatih yang bisa menerima telpon dari para penonton.
Botros yakin kebanyakan Muslim bukanlah Muslim radikal, tapi dia menjelaskan bahwa Muslim tersesat secara rohani, dan dia ingin sekali menolong mereka mendapatkan jalan kembali ke Tuhan yang menciptakan dan mencintai mereka.
“Aku percaya semua ini hasil kerja Tuhan,” kata Botros padaku. “Dialah yang membimbingku. Dia menjelaskan padaku apa yang harus kukatakan. Dia menunjukkan pada apa yang harus kutulis di websiteku. Dia menunjukkan lebih banyak lagi bagaimana cara menggunakan teknologi untuk mencapai orang-orang dengan pesan keselamatanNya.”
Sejumlah faktor yang mempengaruhi fenomena Botros ini :
PERTAMA, bentuk media baru - khususnya TV satelit dan Internet (bentuk-bentuk utama TV al Hayat) - memungkinkan orang bertanya tentang Islam, tanpa takut dianiaya atau dibunuh. Ini mengakibatkan untuk pertama kalinya penonton - bahkan dari Saudi, dimana Injil-Injil disita dan dibakar - menelpon show itu untuk berdebat dengan Botros dan kolega-koleganya dan bahkan menyatakan kemurtadan mereka [dan masuk Kristen].
KEDUA, siaran Botros dalam bahasa Arab - bahasa sekitar 200 juta orang, kebanyakan Muslim. Kemahiran Botros berbahasa Arab Klasik tidak hanay memungkinkannya mencapai audiens yang lebih luas, dan memungkinkannya untuk membahas lebih dalam literatur Arab yang berjilid-jilid sehingga melaporkan kepada Muslim-muslim KTP tentang kepincangan- kepincangan dalam Islam.
KETIGA, analisanya tidak dapat dibantah. Contoh pembahasannya tentang "Apakah jihad sebuah kewajiban bagi semua Muslim ?"; "Apakah wanita lebih rendah dari pria dalam Islam?"; "Benarkah Mohammed mengatakan bahwa monyet-monyet wanita harus dirajam dengan batu ?" "Apakah meminum air kencing nabi-nabi memang diwajibkan shariah ?". Botros menjawab setiap pertanyaan dengan kutipan dari sumber-sumber Islam yang jelas, dari teks otoritatif Quran, hadis dan teologi-teologi Muslim ternama, dari dulu sampai sekarang.
Ia juga mengundang para ulama untuk menunjukkan kesalahan metodologinya (kalau ada). Tapi ia menuntut bahwa jawaban ulama harus didasarkan pada "al-dalil we al-burhan," - "dalil dan bukti."
DAN ternyata, tanggapan ulama sering dalam bentuk BUNGKAM KESUMAT, yang membuat siaran-siaran Botros semakin menggiurkan bagi penonton Muslim. Ulama yang sering merujuk kepada kesimpulan-kesimpul an Botros mau tidak mau MALAH menyatakan persetujuan mereka dengannya - sehingga sering menunjukkan wajah-wajah merah malu pada siaran TV langsung ini.
Botros menghabiskan tiga tahun untuk menarik perhatian dunia pada sebuah hadis otentik namun sangat memalukan bahwa : wanita Muslim harus MENYUSUI lelaki tidak semuhrim (bahkan lelaki tidak dikenal) agar dapat berada dalam satu ruangan sendiri dengan si lelaki tersebut.
MESIR : fatwa MENYUSUI lelaki dewasa !!
Seorang pakar hadis, Abd al-Muhdi, dihadapkan pada hadis ini pada sebuah siaran TV live yang dimoderasi oleh pembawa acara Hala Sirhan. Al-Muhdi menegaskan bahwa meyusui lelaki dewasa, menurut shariah, adalah sebuah CARA SAH untuk memudahkan wanita-wanita, yang tadinya "terlarang" bagi lelaki yang tidak semuhrim, mengadakan hubungan dengan lelaki lain - logikanya adalah bahwa dengan "menyusui" lelaki itu, ia menjadi seperti "putera" sang wanita dan oleh karena itu tidak lagi bisa memiliki nafsu birahi terhadap wanita tersebut.
Yang paling lucu, Ezzat Atiyya, kepala Departemen Hadis di Universitas al-Azhar - institusi Islam Sunni yang paling otoritatif - malah mengeluarkan fatwa untuk mengabsahkan "Rida' al-Kibir" (istilah shariah bagi "menyusui orang dewasa"), yang sampai mengakibatkan kemarahan besar dalam dunia Islam sampai fatwa itu harus dicabut. (Tapi hadis-nya masih eksis!)
Botros memainkan peranan penting dalam memfokus pada masalah memalukan ini dan memaksa ulama untuk memberi tanggapan. Seorang tamu lain pada show Hala Sirhan, Abd al-Fatah, malah semakin mempermalukan para ulama: "Saya tahu kalian semua menonton siaran pendeta itu dan tidak seorangpun dari kalian [menunjuk pada Abd al-Muhdi] mampu menanggapinya, karena ia selalu mengutip sumber-sumber sahih !"
Karena impotensi mereka menjagal Botros, satu-satunya strategi yang tersisa bagi ulama adalah menuntut kematiannya (dengan hadiah US$5 juta bagi kepalanya) atau tidak mengacuhkannya. Setiap kali namanya muncul, mereka mengutuknya sebagai siapa lagi kalau bukan antek-antek Yahudi. Taktik ini mungkin memuaskan beberapa Muslim TAPI tetap saja masyarakat umum terus menuntut agar ulama memberikan jawaban tegas dan konkrit kepada sang pendeta.
Contoh paling dramatis adalah pada siaran TV internasional, Iqra.
Sang pembawa acara, Basma, Muslimah konservatif berhijab, menanyakan kepada dua ulama, termasuk Sheikh Gamal Qutb, yang pernah menjabat sebagai mufti agung universitas al-Azhar, untuk menjelaskan legalitas ayat Quran (4:24) yang mengijinkan lelaki untuk menggagahi wanita-wanita tahanan perang. Ia berulang-ulang menanyakan: "Betulkah menurut shariah, sex dengan budak masih berlaku ?"
Kedua ulama tidak memberikan jawaban jelas, mereka cuma bisa OOT (Out Of Topic) dan mengutuk Yahudi. Basma menegaskan kembali : pemuda-pemuda Muslim bingung dan PERLU JAWABAN seketika ini juga, karena "ada sebuah saluran TV khusus dan seorang lelaki yang mendiskusikan masalah ini selama 20 tahun & belum juga mendapatkan tanggapan dari kalian."
Sheikh Qutb yang wajahnya memerah berteriak, "Percuma menanggapi orang-orang hina macam itu !" dan angkat kaki dengan marah dari set film. Ia kemudian kembali lagi, tapi menolak untuk mengakui bahwa Islam memang mengijinkan budak-budak sex dan malah menghabiskan waktu mengumpat dan mengutuk Botros. Ketika Basma mengatakan "99% Muslim, termasuk saya, tidak mengerti masalah pergundikan dalam Islam dan sulit menerimanya." Sang sheikh menjawab, "Kalian tidak perlu mengerti." Dan bagi Muslim-muslim yang menonton dan dipengaruhi Botros, ia menghardik, "Itu urusan kalian ! Kalau putera saya sakit dan memilih untuk mengunjungi seorang mekanik dan bukan seorang dokter - maka itu urusan dia !"
Namun sukses utama Botros adalah tujuannya untuk menyelamatkan jiwa Muslim. Ia selalu memulai dan mengakhiri programnya dengan menyatakan bahwa ia mencintai semua Muslim dan ingin menjauhi mereka dari kepalsuan dan membawa mereka menuju kebenaran.
Dengan demikian Father Zakaria Botros memerangi api dengan api.a
Jenius - Jenius Asal Indonesia
Indonesia Negri Ku , Indonesia Kebanggaan Ku , Indonesia Tanah Air ku.
Inilah sepengal kisah dari Jenius-jenius Indonesia
March Boedihardjo
HONG KONG ¨C Bocah Indonesia, March Boedihardjo, mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU).
March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika.
Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun(dari 2007).
Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua darinya. ¡±Ketika saya di Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan tugas-tugas matematika,¡¯¡¯ kisahnya.
March memang menempuh pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu.
Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik.
Dia juga berhasil menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut.
Prof Nelson Tansu, PhD- Pakar Teknologi Nano
Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano.
Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt.
Penemuan-penemuanny a bisa membuat lebih murah banyak hal. Tak mengherankan bila pada Mei lalu, di usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila ingin menjadi warga negara Amerika.
Amerika pasti menyambutnya dengan tangan terbuka. "Apakah tragedi orang tuanya membikin Nelson benci terhadap Indonesia dan membuatnya ingin beralih kewarganegaraan? " "Tidak. Hati Saya tetap melekat dengan Indonesia," katanya kepada Tempo. Nelson bercerita, sampai kini ia getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia masih memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia.
Jawaban Nelson mengharukan. Nelson adalah aset kita.
Muhammad Arief Budiman : MERAH-PUTIH DI SAINT LOUIS
Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat...
Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di negeri itu, seorang lelaki Jawa berwajah "dagadu"¡ªsebab senyum tak pernah lepas dari bibirnya¡ªkerap terlihat sedang salat.
Anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.
Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini bakal makin sentral di masa depan: dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutu*an pangan dunia.
Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan¡ªini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman¡ªAmerican Association for Cancer Research.
Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel PhD pun belum tentu bisa "membeli" kartu anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, "Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia," ujarnya.
Prof Dr. Khoirul Anwar : TERINSPIRASI KISAH FIRAUN
Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang.
Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang telekomunikasi. Dunia mengaguminya.
Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler.
Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.Dunia memujinya.
Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007.
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). ¡°Itu mustahil dilakukan,¡± begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.
Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada bangkai burung, balsam yang menusuk hidung, serta mumi Firaun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Firaun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi ¡°balsam¡± terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. ¡°Saya menggunakan balsam gosok yang ada di rumah,¡± kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu.
Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras. Dengan semangat, ia pun melumuri seluruh tubuh burung tersebut dengan balsam gosok. Sayangnya, hari demi hari berjalan, kata anak petani ini, ¡°Teknologi balsam itu tidak pernah berhasil.¡±
Penelitian yang gagal total itu rupanya meletikkan gairah meneliti yang luar biasa pada Khoirul. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang.
Dr Warsito P. Taruno : AKU PULANG, AKU BERJUANG, AKU MENANG
Dr Warsito P. Taruno, pendiri dan pemilik Edwar Technology.
Belasan tahun belajar di luar negeri. Tanpa bantuan pemerintah, penelitian mereka berhasil di Tanah Air.
Robot itu bernama Sona CT x001. robot yang dibekali dua lengan itu sedang memindai tabung gas sepanjang 2 meter. Di bagian atas robot, layar laptop menampilkan grafik hasil pemindaian. Selasa dua pekan lalu itu, Sona¡ªbuatan Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology¡ªsedang diuji coba. Alat ini sudah dipesan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta.
Perusahaan migas Petronas, kata Warsito, tertarik kepada alat buatannya. Kini mereka masih dalam tahap negosiasi harga dengan perusahaan raksasa milik pemerintah Malaysia tersebut. Selain Sona, Edwar Technology mendapat pesanan dari Departemen Energi Amerika Serikat. Nilai pesanan lumayan besar, US$ 1 juta atau sekitar Rp 10 miliar.
Bahkan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun memakai teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) temuan Warsito.
ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik. Teknologi ECVT bermula dari tugas akhir Warsito ketika menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu pria kelahiran Solo pada 1967 ini ingin membuat teknologi yang mampu ¡°melihat¡± tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya).
Sonja dan Shanti Sungkono: SI KEMBAR PENAKLUK BERLIN
Penampilan mereka memukau publik musisi klasik, dari Eropa hingga Amerika. Diganjar berbagai penghargaan internasional bergengsi.
Kepiawaian jari-jari mereka menari di atas tuts pianolah yang dikagumi penikmat musik klasik, baik di Jerman maupun di kota-kota besar lain di mancanegara.
Prestasi mereka pun patut dibanggakan. Mereka meraih Jerry Coppola Prize dalam lomba duet piano di Miami, Amerika Serikat, pada 1999. Dua tahun berturutturut, 2001 dan 2002, mereka menyabet Prize Winners Juergen Sellheim Foundation di Hannover, Jerman. Lalu pada 2002 menjadi juara ketiga Torneo Internazionale di Musica di Italia. Terakhir, mereka menggondol Prize Winners pada National Piano Duo Competition di Saarbrucken, Jerman, pada 2003.
Album pertama mereka, Works for Two Pianos, dirilis pada 2002. Dua tahun berselang, Sonja-Shanti menelurkan album kedua bertajuk 20th Century Piano Duets Collection. Kedua album berformat CD itu di bawah label NCA Jerman. Peredaran album kedua lebih luas dari yang pertama.
Selain di Jerman, album tersebut beredar di Prancis, Italia, Austria, Swedia, Jepang, dan Amerika. Kedua album itu juga mendapat apresiasi yang cukup antusias dari sejumlah media musik klasik di Eropa. Selain itu, kedua album tersebut masuk arsip Perpustakaan Musik Naxos produser musik klasik dunia yang menyimpan sekitar 36 ribu album.
Johny Setiawan, Ph.D - PENEMU PLANET PERTAMA DAN BINTANG MUDA
Johny Setiawan membuat mata dunia tercengang dengan penemuan planet pertama yang mengelilingi bintang baru TW Hydrae.
PENEMUAN itu sangat spektakuler karena dari 270 planet di luar tata surya yang telah ditemukan astronom dalam 12 tahun terakhir, tak satu pun planet yang muncul dari bintang muda.
Johny yang memimpin tim peneliti di Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), Heidelberg, Jerman itu menemukan planet pertama yang disebut TW Hydrae b dan bintang baru TW Hydrae dengan menggunakan teleskop spektrograf FEROS sepanjang 2,2 meter di La Silla Observatory, Chile.
Dengan penemuan tim yang dipimpin Johny tersebut, peneliti dapat membuat kesimpulan penting tentang waktu pembentukan planet.Sejumlah pertanyaan pelik yang selama ini dihadapi peneliti, seperti bagaimana dan di mana sistem planet terbentuk?
Bagaimana arsitektur planet? Seberapa lama proses pembentukannya? Bagaimana posisi planet-planet seperti bumi di Galaksi Bima Sakti? Akan segera terjawab. Johny menyadari pentingnya penemuannya tersebut.
Secara khusus saya bekerja di sejumlah proyek seperti ESPRI (Pencarian Planet dengan PRIMA/ Phase-Referenced Imaging and Micro-arcsecond Astrometry). Di sini saya menyeleksi dan mengamati karakteristik bintangbintang untuk program pencarian planet, ungkapnya. Sejak 2003, Johny memimpin penelitian di observasi bintang dan planet ESO La Silla.
Ini merupakan penemuan paling luar biasa dan spektakuler dalam studi planet-planet di luar tata surya.
Untuk pertama kali, kita telah menemukan langsung bahwa planet-planet terbentuk dalam lingkaran cakram. Penemuan TW Hydrae b membuka jalan untuk mengaitkan evaluasi lingkaran cakram dengan proses pembentukan dan migrasi planet, papar Thomas Henning, direktur Planet and Star Formation Department di MPIA.
DR. Azhari Sastranegara - AHLI BENTURAN DARI MAJENE
Fujisawa-shi, Kanagawa, Jepang..
Doctor of engineering dari Tokyo Institute of Technology, Jepang, itu bergabung dengan produsen bearing dan komponen otomotif tersebut sejak April 2005. Awalnya ia berkarier sebagai research engineer di NSK Research and Development Center. Tema penelitian saya cukup beragam, berkisar pada analisis struktur dan bahan terhadap benturan, ujar Azhari.
Salah satu riset pria kelahiran Majene, Sulawesi Barat, itu adalah tentang desain kemudi kendaraan yang aman. Dalam penelitian itu, tugasnya melakukan perhitungan apakah rancangan kemudi yang diajukan oleh bagian desain sudah memenuhi syarat keamanan ketika terjadi tabrakan. Dari aneka penelitian itu, Azhari dan timnya di NSK menghasilkan enam paten yang kini terdaftar di Japan Patent Office.
NSK ternyata juga bukan tempat kerja pertamanya. Sebelumnya, Azhari¡ªyang meraih gelar doktor dengan disertasi berjudul Effect of Transverse Impact on Energy Absorption of Column¡±¡ªsempat menjadi asisten dosen di Tokyo Institute of Technology. Di kampus itu pula Azhari merampungkan pendidikan dari S-1 sampai S-3 (Ph.D).
Dia belajar di kampus itu setelah lulus dari SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah, pada 1994. Modalnya: beasiswa Mitsui Bussan Indonesia Scholarship, Pada program S-3 (Ph.D), ia kembali mendapatkan beasiswa¡ªkali ini dari Moritani Scholarship dan Tsuji Asia Scholarship.
Setelah memperoleh gelar doktor/Ph.D, Azhari sempat ingin kembali ke Tanah Air. Namun, ia tak mendapatkan tempat untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya.
Untuk ikut memajukan Indonesia, ia punya cara lain.
Liem Tiang Gwan - AHLI RADAR EROPA ASLI DARI SEMARANG
Anda yang pernah atau berkali-kali mendarat di Bandara Heathrow, London, Inggris ?
Barangkali tidak mengetahui bahwa radar (radio detection and ranging) yang digunakan untuk memantau dan memandu naik-turunnya pesawat dirancang oleh putra Indonesia kelahiran Semarang.Selain itu, banyak negara di Eropa serta militer menggunakan jasanya untuk merancang radar pertahanan yang pas bagi negaranya.
Itulah Liem Tiang-Gwan, yang selama puluhan tahun bergelut dan malang melintang dalam dunia antena, radar, dan kontrol lalu lintas udara. Maka, bagi mereka yang biasa berkecimpung dalam dunia itu, pasti tidak asing dengan pria kelahiran Semarang, 20 Juni 1930, ini.
Namanya sudah mendunia dalam bidang radar, antena, dan berbagai seluk-beluk sistem gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak, dan membuat peta benda-benda, seperti pesawat, kendaraan bermotor, dan informasi cuaca.
Meskipun sudah bekerja dan mendapatkan posisi yang lumayan, Liem muda masih berkeinginan untuk kembali ke Tanah Air. Ia masih ingin mengabdikan diri di Tanah Air. Maka, tahun 1963 ia memutuskan keluar dari tempatnya bekerja di Stuttgart dan kembali ke Indonesia.
Apa pun yang terjadi, saya harus pulang,ujarnya mengenang.
Inilah sepengal kisah dari Jenius-jenius Indonesia
March Boedihardjo
HONG KONG ¨C Bocah Indonesia, March Boedihardjo, mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU).
March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika.
Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun(dari 2007).
Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua darinya. ¡±Ketika saya di Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan tugas-tugas matematika,¡¯¡¯ kisahnya.
March memang menempuh pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu.
Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik.
Dia juga berhasil menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut.
Prof Nelson Tansu, PhD- Pakar Teknologi Nano
Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano.
Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt.
Penemuan-penemuanny a bisa membuat lebih murah banyak hal. Tak mengherankan bila pada Mei lalu, di usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila ingin menjadi warga negara Amerika.
Amerika pasti menyambutnya dengan tangan terbuka. "Apakah tragedi orang tuanya membikin Nelson benci terhadap Indonesia dan membuatnya ingin beralih kewarganegaraan? " "Tidak. Hati Saya tetap melekat dengan Indonesia," katanya kepada Tempo. Nelson bercerita, sampai kini ia getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia masih memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia.
Jawaban Nelson mengharukan. Nelson adalah aset kita.
Muhammad Arief Budiman : MERAH-PUTIH DI SAINT LOUIS
Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat...
Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di negeri itu, seorang lelaki Jawa berwajah "dagadu"¡ªsebab senyum tak pernah lepas dari bibirnya¡ªkerap terlihat sedang salat.
Anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.
Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini bakal makin sentral di masa depan: dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutu*an pangan dunia.
Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan¡ªini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman¡ªAmerican Association for Cancer Research.
Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel PhD pun belum tentu bisa "membeli" kartu anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, "Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia," ujarnya.
Prof Dr. Khoirul Anwar : TERINSPIRASI KISAH FIRAUN
Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang.
Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang telekomunikasi. Dunia mengaguminya.
Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler.
Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.Dunia memujinya.
Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007.
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). ¡°Itu mustahil dilakukan,¡± begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.
Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada bangkai burung, balsam yang menusuk hidung, serta mumi Firaun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Firaun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi ¡°balsam¡± terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. ¡°Saya menggunakan balsam gosok yang ada di rumah,¡± kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu.
Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras. Dengan semangat, ia pun melumuri seluruh tubuh burung tersebut dengan balsam gosok. Sayangnya, hari demi hari berjalan, kata anak petani ini, ¡°Teknologi balsam itu tidak pernah berhasil.¡±
Penelitian yang gagal total itu rupanya meletikkan gairah meneliti yang luar biasa pada Khoirul. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang.
Dr Warsito P. Taruno : AKU PULANG, AKU BERJUANG, AKU MENANG
Dr Warsito P. Taruno, pendiri dan pemilik Edwar Technology.
Belasan tahun belajar di luar negeri. Tanpa bantuan pemerintah, penelitian mereka berhasil di Tanah Air.
Robot itu bernama Sona CT x001. robot yang dibekali dua lengan itu sedang memindai tabung gas sepanjang 2 meter. Di bagian atas robot, layar laptop menampilkan grafik hasil pemindaian. Selasa dua pekan lalu itu, Sona¡ªbuatan Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology¡ªsedang diuji coba. Alat ini sudah dipesan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta.
Perusahaan migas Petronas, kata Warsito, tertarik kepada alat buatannya. Kini mereka masih dalam tahap negosiasi harga dengan perusahaan raksasa milik pemerintah Malaysia tersebut. Selain Sona, Edwar Technology mendapat pesanan dari Departemen Energi Amerika Serikat. Nilai pesanan lumayan besar, US$ 1 juta atau sekitar Rp 10 miliar.
Bahkan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun memakai teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) temuan Warsito.
ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik. Teknologi ECVT bermula dari tugas akhir Warsito ketika menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu pria kelahiran Solo pada 1967 ini ingin membuat teknologi yang mampu ¡°melihat¡± tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya).
Sonja dan Shanti Sungkono: SI KEMBAR PENAKLUK BERLIN
Penampilan mereka memukau publik musisi klasik, dari Eropa hingga Amerika. Diganjar berbagai penghargaan internasional bergengsi.
Kepiawaian jari-jari mereka menari di atas tuts pianolah yang dikagumi penikmat musik klasik, baik di Jerman maupun di kota-kota besar lain di mancanegara.
Prestasi mereka pun patut dibanggakan. Mereka meraih Jerry Coppola Prize dalam lomba duet piano di Miami, Amerika Serikat, pada 1999. Dua tahun berturutturut, 2001 dan 2002, mereka menyabet Prize Winners Juergen Sellheim Foundation di Hannover, Jerman. Lalu pada 2002 menjadi juara ketiga Torneo Internazionale di Musica di Italia. Terakhir, mereka menggondol Prize Winners pada National Piano Duo Competition di Saarbrucken, Jerman, pada 2003.
Album pertama mereka, Works for Two Pianos, dirilis pada 2002. Dua tahun berselang, Sonja-Shanti menelurkan album kedua bertajuk 20th Century Piano Duets Collection. Kedua album berformat CD itu di bawah label NCA Jerman. Peredaran album kedua lebih luas dari yang pertama.
Selain di Jerman, album tersebut beredar di Prancis, Italia, Austria, Swedia, Jepang, dan Amerika. Kedua album itu juga mendapat apresiasi yang cukup antusias dari sejumlah media musik klasik di Eropa. Selain itu, kedua album tersebut masuk arsip Perpustakaan Musik Naxos produser musik klasik dunia yang menyimpan sekitar 36 ribu album.
Johny Setiawan, Ph.D - PENEMU PLANET PERTAMA DAN BINTANG MUDA
Johny Setiawan membuat mata dunia tercengang dengan penemuan planet pertama yang mengelilingi bintang baru TW Hydrae.
PENEMUAN itu sangat spektakuler karena dari 270 planet di luar tata surya yang telah ditemukan astronom dalam 12 tahun terakhir, tak satu pun planet yang muncul dari bintang muda.
Johny yang memimpin tim peneliti di Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), Heidelberg, Jerman itu menemukan planet pertama yang disebut TW Hydrae b dan bintang baru TW Hydrae dengan menggunakan teleskop spektrograf FEROS sepanjang 2,2 meter di La Silla Observatory, Chile.
Dengan penemuan tim yang dipimpin Johny tersebut, peneliti dapat membuat kesimpulan penting tentang waktu pembentukan planet.Sejumlah pertanyaan pelik yang selama ini dihadapi peneliti, seperti bagaimana dan di mana sistem planet terbentuk?
Bagaimana arsitektur planet? Seberapa lama proses pembentukannya? Bagaimana posisi planet-planet seperti bumi di Galaksi Bima Sakti? Akan segera terjawab. Johny menyadari pentingnya penemuannya tersebut.
Secara khusus saya bekerja di sejumlah proyek seperti ESPRI (Pencarian Planet dengan PRIMA/ Phase-Referenced Imaging and Micro-arcsecond Astrometry). Di sini saya menyeleksi dan mengamati karakteristik bintangbintang untuk program pencarian planet, ungkapnya. Sejak 2003, Johny memimpin penelitian di observasi bintang dan planet ESO La Silla.
Ini merupakan penemuan paling luar biasa dan spektakuler dalam studi planet-planet di luar tata surya.
Untuk pertama kali, kita telah menemukan langsung bahwa planet-planet terbentuk dalam lingkaran cakram. Penemuan TW Hydrae b membuka jalan untuk mengaitkan evaluasi lingkaran cakram dengan proses pembentukan dan migrasi planet, papar Thomas Henning, direktur Planet and Star Formation Department di MPIA.
DR. Azhari Sastranegara - AHLI BENTURAN DARI MAJENE
Fujisawa-shi, Kanagawa, Jepang..
Doctor of engineering dari Tokyo Institute of Technology, Jepang, itu bergabung dengan produsen bearing dan komponen otomotif tersebut sejak April 2005. Awalnya ia berkarier sebagai research engineer di NSK Research and Development Center. Tema penelitian saya cukup beragam, berkisar pada analisis struktur dan bahan terhadap benturan, ujar Azhari.
Salah satu riset pria kelahiran Majene, Sulawesi Barat, itu adalah tentang desain kemudi kendaraan yang aman. Dalam penelitian itu, tugasnya melakukan perhitungan apakah rancangan kemudi yang diajukan oleh bagian desain sudah memenuhi syarat keamanan ketika terjadi tabrakan. Dari aneka penelitian itu, Azhari dan timnya di NSK menghasilkan enam paten yang kini terdaftar di Japan Patent Office.
NSK ternyata juga bukan tempat kerja pertamanya. Sebelumnya, Azhari¡ªyang meraih gelar doktor dengan disertasi berjudul Effect of Transverse Impact on Energy Absorption of Column¡±¡ªsempat menjadi asisten dosen di Tokyo Institute of Technology. Di kampus itu pula Azhari merampungkan pendidikan dari S-1 sampai S-3 (Ph.D).
Dia belajar di kampus itu setelah lulus dari SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah, pada 1994. Modalnya: beasiswa Mitsui Bussan Indonesia Scholarship, Pada program S-3 (Ph.D), ia kembali mendapatkan beasiswa¡ªkali ini dari Moritani Scholarship dan Tsuji Asia Scholarship.
Setelah memperoleh gelar doktor/Ph.D, Azhari sempat ingin kembali ke Tanah Air. Namun, ia tak mendapatkan tempat untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya.
Untuk ikut memajukan Indonesia, ia punya cara lain.
Liem Tiang Gwan - AHLI RADAR EROPA ASLI DARI SEMARANG
Anda yang pernah atau berkali-kali mendarat di Bandara Heathrow, London, Inggris ?
Barangkali tidak mengetahui bahwa radar (radio detection and ranging) yang digunakan untuk memantau dan memandu naik-turunnya pesawat dirancang oleh putra Indonesia kelahiran Semarang.Selain itu, banyak negara di Eropa serta militer menggunakan jasanya untuk merancang radar pertahanan yang pas bagi negaranya.
Itulah Liem Tiang-Gwan, yang selama puluhan tahun bergelut dan malang melintang dalam dunia antena, radar, dan kontrol lalu lintas udara. Maka, bagi mereka yang biasa berkecimpung dalam dunia itu, pasti tidak asing dengan pria kelahiran Semarang, 20 Juni 1930, ini.
Namanya sudah mendunia dalam bidang radar, antena, dan berbagai seluk-beluk sistem gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak, dan membuat peta benda-benda, seperti pesawat, kendaraan bermotor, dan informasi cuaca.
Meskipun sudah bekerja dan mendapatkan posisi yang lumayan, Liem muda masih berkeinginan untuk kembali ke Tanah Air. Ia masih ingin mengabdikan diri di Tanah Air. Maka, tahun 1963 ia memutuskan keluar dari tempatnya bekerja di Stuttgart dan kembali ke Indonesia.
Apa pun yang terjadi, saya harus pulang,ujarnya mengenang.
Makanan Sincia & Maknanya
Peony & Josh Chen
Makanan Sincia di Indonesia sangat unik dan berbeda jauh dari negeri asalnya, berbeda juga dengan negeri lain semisal Malaysia, Singapore, Thailand, Vietnam, dsb. Kalau lebih spesifik lagi, bahkan tiap daerah akan berbeda pula, baik nama, cara masak, gaya dan rasanya.
Sebagai contoh yang paling jelas adalah keberadaan Lontong Cap Go Meh….di mana pun juga selain di Indonesia, tidak akan pernah ditemukan makanan ini, dari rasa, style, aroma apalagi nama.
Contoh yang lain adalah ‘yu sheng’ yang dengan mudah ditemukan di Singapore. Di hampir setiap rumah tangga yang merayakan Imlek, pasti ada hidangan ini, yaitu hidangan dari ikan, sesuai namanya ‘yu’ yang diiris tipis, mentah dan disajikan untuk seluruh keluarga, dengan maksud ‘ada sisa’ maksudnya adalah serba kecukupan untuk tahun-tahun berikutnya. Yu sheng ini bukan sajian umum untuk Indonesia, walaupun sekarang di restoran-restoran di Jakarta banyak yang menyajikannya.
Sajian dan rangkaian makanan Sincia yang berhasil saya cari dan dapatkan sedikit referensi adalah seperti di bawah ini. Contoh menu meja sajian Sembahyang Imlek:
Sajian Utama:
Ca Rebung Iris Kasar (di dalamnya kadang disertakan juhi, haisom, abalone dan taoco)
Ca Rebung Iris Halus (bersama kepiting, udang, atau hisit)
Daging masak kecap (biasanya digunakan daging babi)
Sosis daging masak kecap
Masakan dari kaki
Masakan dari paru
Masakan dari lambung
Sate daging
Ayam O (dimasak bersama taoco dan facai)
Opor Ayam
Sambel Goreng (ampla, hati ayam, dan petai)
Mi Goreng
Kue-kue wajib di meja sajian:
Kue Keranjang (disusun 3, 4, atau 5 buah dihias dengan kertas minyak warna merah)
Kue Moho (bisa diganti dengan Kue Mangkok, biasanya dicari yang berwarna merah jambu atau merah). salah satunya diletakkan di atas susunan kue keranjang.
Kue Ku warna merah
Kue Lapis
Wajik (warna merah atau cokelat gula merah)
Kue Nagasari
Kue Bugis
Kue Lemper (dibungkus seperti burung)
Madu Mongso
Bongko Cunduk, Bongko Meniran, atau Bongko Kopyor
Coro Bikang
Ketan Tetal (ketan warna biru disajikan dengan sambal ebi)
Manisan wajib:
Tangkue
Angco (kurma merah, bisa diganti dengan manisan ceremai warna merah. Biasanya manisan ini disajikan dalam piring-piring kecil atau ditusuk-tusuk seperti sate. Ditata di atas meja khusus bernama cenap. Biasanya tiap tusuk mewakili satu leluhur)
Buah-buahan wajib:
Pisang Raja atau Pisang Mas 1 sisir
Tebu
Srikaya
Jeruk Bali, sebagai lambang persatuan (masih lengkap dengan tangkai dan daunnya)
Delima merah
Nanas
Lengkeng
Jeruk Lokam
Belimbing
Biasanya buah-buahan ini dihiasi atau dibungkus dengan kertas minyak warna merah.
Makna sajian-sajian utama tsb di antara lain adalah:
Rebung
Melambangkan pengharapan baru, kehidupan baru yang lebih baik di tahun yang baru. Rebung adalah tunas bambu muda yang mulai tumbuh di musim semi, dan bentuk dari rebung yang berlapis dan bambu sendiri yang ada ruas dan buku, melambangkan tingkat-tingkat kehidupan yang diraih makin ke atas.
Mie
Jelas sekali merupakan pengharapan panjang umur. Di satu tempat dengan tempat lain berbeda, ada yang menyajikan mie, ada yang mieswa, ada yang sohun. Apapun itu mengandung arti dan makna yang sama. Kesehatan dan umur panjang.
Samseng
Diambil dari dialek Hokkian dari kata asli ‘shan sheng’ yang artinya secara harafiah ‘tiga segar’. Samseng ini adalah 3 jenis daging yang disajikan hanya di saat-saat istimewa, dalam tahun baru Imlek, Ceng Beng, atau dalam sembahyangan kematian. Samseng sendiri mengandung arti 3 hewan darat, laut dan udara. Penghormatan kepada alam semesta yang sudah bermurah hati memberikan kelimpahan pangan di tahun sebelumnya. Hewan darat biasa diwakili oleh babi, laut diwakili ikan atau kepiting, sementara udara diwakili ayam atau bebek. Bagi keluarga yang berkecukupan, kepala babi bisa disajikan, ayam utuh atau bebek utuh juga disajikan. Sementara bagi keluarga sederhana, biasa disajikan sekerat samcan, seekor ikan dan sebutir telur untuk mewakili.
Maksud sajian samseng ini adalah mengucap syukur atas apa yang sudah didapat sepanjang tahun sebelumnya. Semua disajikan dengan cara direbus yang mengandung makna kesederhanaan dan ucapan syukur.
Daging
Biasanya daging babi yang berlapis, atau nama lain adalah samcan, yaitu bagian belly, yang konon bagian terbaik karena berlapis selang seling daging dan lemak. Dan menunjukkan tingkat-tingkat kehidupan yang naik. Kata ‘samcan’ adalah dari dialek Hokkian ‘shan cheng’, yang artinya 3 lapis. Kata ‘samcan’ hanya dikenal di Indonesia.
Ayam
Yang dimasak dengan berbagai cara, masak-o, opor, melambangkan pengharapan penghidupan yang makmur. Jaman dulu, di pedesaan (sampai sekarang juga masih), makan daging ayam merupakan kemewahan tersendiri, dan hanya pada kesempatan khusus bisa dilakukan. Di Indonesia, khususnya di Jawa, masak-o yaitu masak dengan tauco melambangkan warna tanah yang memberikan penghidupan para petani, sementara dimasak opor melambangkan warna emas.
Sebenarnya opor di Jawa terdiri dari 2 macam, opor putih dan opor kuning. Opor putih di sini lebih banyak diminati oleh kalangan emak-emak (sebutan), yaitu para wanita Tionghoa yang sudah membaur dengan kebiasaan setempat mengenakan baju kurung (bukan kebaya) dan sarung selayaknya penduduk setempat. Penampilan unik ini hanya ada di Jawa. Inilah yang disebut emak-emak atau golongan Tionghoa babah. Sebutan Tionghoa babah adalah golongan yang sudah berasimilasi dan berbaur dengan penduduk lokal, sementara Tionghoa totok adalah golongan yang baru datang dari China dan belum berbaur.
Sementara opor kuning, biasa dimasak oleh penduduk asli dengan menambahkan kunyit, dengan alasan “luwih ayu” (lebih cantik), tidak pucat dan lebih menyehatkan badan karena kunyit sebagai penyeimbang santan. Seperti diketahui bahwa fungsi kunyit sangat baik untuk kesehatan tubuh.
Makna warna kuning diasosiasikan dengan emas, yang berkonotasi kemakmuran dan kemakmuran. Saya pribadi lebih suka opor kuning, yang memang terlihat lebih cantik dan rasanya lebih “sedep”.
Kue Keranjang
Nama sebenarnya adalah ‘nian gao’ (baca: nien kau) atau nama lain dalam dialek Hokkian disebut ‘thi kue’ artinya kue manis. Kata ‘gao’ sendiri juga berarti tinggi, jadi nama ‘nian gao’ bisa bermakna ‘tahun tinggi’, maksudnya tiap tahun makin meningkat (kesuksesan). Kue keranjang terbuat dari beras ketan dan gula, sehingga lengket dan manis sekali. Melambangkan kerekatan dan kerageman anggota keluarga, dan semua harapan baik dan manis. Ada juga yang berpendapat bahwa kue keranjang ini adalah untuk ‘menyuap’ Dewa Dapur yang melapor ke Kaisar Langit supaya apa yang dilaporkan yang manis-manis serta mulut sang dewa lengket susah berkata yang jelek.
Jeroan (babi atau ayam)
Melambangkan mutiara, segala sesuatu yang berharga yang diharapkan akan berlimpah di tahun yang baru.
Wajik, kue ku dan moho
Wajik yang berwarna merah dari ketan, berbentuk kerucut melambangkan pengharapan baik, yang makin tinggi. Kerageman dan keeratan anggota keluarga juga terlambang di sini. Kue ku dan moho yang berwarna merah, sama juga melambangkan persatuan anggota keluarga. Dan warna merah, sesuai dengan legenda untuk menakuti monster yang bernama “Nian” (baca: nien), yang takut warna merah dan suara keras. Legenda ini sudah banyak diceritakan di mana-mana.
Pisang Emas atau Pisang Raja
Nama pisang dalam bahasa Mandarin adalah ‘xiang jiao’ (baca: siang ciau). Kata xiang yang berarti harum, melambangkan pengharapan keharuman keluarga, seluruh anggota keluarga membawa kemuliaan dan tidak memalukan perbuatannya dalam masyarakat. Warna kuning yang melambangkan emas sudah jelas artinya, kemakmuran yang diharap.
Jeruk, Belimbing dan buah lainnya
Semua melambangkan pengharapan baik, kemakmuran, kesejahteraan, kepintaran, dsb. Secara prinsip, semua perlambang adalah untuk kebaikan seluruh anggota keluarga.
Makanan Sincia di Indonesia sangat unik dan berbeda jauh dari negeri asalnya, berbeda juga dengan negeri lain semisal Malaysia, Singapore, Thailand, Vietnam, dsb. Kalau lebih spesifik lagi, bahkan tiap daerah akan berbeda pula, baik nama, cara masak, gaya dan rasanya.
Sebagai contoh yang paling jelas adalah keberadaan Lontong Cap Go Meh….di mana pun juga selain di Indonesia, tidak akan pernah ditemukan makanan ini, dari rasa, style, aroma apalagi nama.
Contoh yang lain adalah ‘yu sheng’ yang dengan mudah ditemukan di Singapore. Di hampir setiap rumah tangga yang merayakan Imlek, pasti ada hidangan ini, yaitu hidangan dari ikan, sesuai namanya ‘yu’ yang diiris tipis, mentah dan disajikan untuk seluruh keluarga, dengan maksud ‘ada sisa’ maksudnya adalah serba kecukupan untuk tahun-tahun berikutnya. Yu sheng ini bukan sajian umum untuk Indonesia, walaupun sekarang di restoran-restoran di Jakarta banyak yang menyajikannya.
Sajian dan rangkaian makanan Sincia yang berhasil saya cari dan dapatkan sedikit referensi adalah seperti di bawah ini. Contoh menu meja sajian Sembahyang Imlek:
Sajian Utama:
Ca Rebung Iris Kasar (di dalamnya kadang disertakan juhi, haisom, abalone dan taoco)
Ca Rebung Iris Halus (bersama kepiting, udang, atau hisit)
Daging masak kecap (biasanya digunakan daging babi)
Sosis daging masak kecap
Masakan dari kaki
Masakan dari paru
Masakan dari lambung
Sate daging
Ayam O (dimasak bersama taoco dan facai)
Opor Ayam
Sambel Goreng (ampla, hati ayam, dan petai)
Mi Goreng
Kue-kue wajib di meja sajian:
Kue Keranjang (disusun 3, 4, atau 5 buah dihias dengan kertas minyak warna merah)
Kue Moho (bisa diganti dengan Kue Mangkok, biasanya dicari yang berwarna merah jambu atau merah). salah satunya diletakkan di atas susunan kue keranjang.
Kue Ku warna merah
Kue Lapis
Wajik (warna merah atau cokelat gula merah)
Kue Nagasari
Kue Bugis
Kue Lemper (dibungkus seperti burung)
Madu Mongso
Bongko Cunduk, Bongko Meniran, atau Bongko Kopyor
Coro Bikang
Ketan Tetal (ketan warna biru disajikan dengan sambal ebi)
Manisan wajib:
Tangkue
Angco (kurma merah, bisa diganti dengan manisan ceremai warna merah. Biasanya manisan ini disajikan dalam piring-piring kecil atau ditusuk-tusuk seperti sate. Ditata di atas meja khusus bernama cenap. Biasanya tiap tusuk mewakili satu leluhur)
Buah-buahan wajib:
Pisang Raja atau Pisang Mas 1 sisir
Tebu
Srikaya
Jeruk Bali, sebagai lambang persatuan (masih lengkap dengan tangkai dan daunnya)
Delima merah
Nanas
Lengkeng
Jeruk Lokam
Belimbing
Biasanya buah-buahan ini dihiasi atau dibungkus dengan kertas minyak warna merah.
Makna sajian-sajian utama tsb di antara lain adalah:
Rebung
Melambangkan pengharapan baru, kehidupan baru yang lebih baik di tahun yang baru. Rebung adalah tunas bambu muda yang mulai tumbuh di musim semi, dan bentuk dari rebung yang berlapis dan bambu sendiri yang ada ruas dan buku, melambangkan tingkat-tingkat kehidupan yang diraih makin ke atas.
Mie
Jelas sekali merupakan pengharapan panjang umur. Di satu tempat dengan tempat lain berbeda, ada yang menyajikan mie, ada yang mieswa, ada yang sohun. Apapun itu mengandung arti dan makna yang sama. Kesehatan dan umur panjang.
Samseng
Diambil dari dialek Hokkian dari kata asli ‘shan sheng’ yang artinya secara harafiah ‘tiga segar’. Samseng ini adalah 3 jenis daging yang disajikan hanya di saat-saat istimewa, dalam tahun baru Imlek, Ceng Beng, atau dalam sembahyangan kematian. Samseng sendiri mengandung arti 3 hewan darat, laut dan udara. Penghormatan kepada alam semesta yang sudah bermurah hati memberikan kelimpahan pangan di tahun sebelumnya. Hewan darat biasa diwakili oleh babi, laut diwakili ikan atau kepiting, sementara udara diwakili ayam atau bebek. Bagi keluarga yang berkecukupan, kepala babi bisa disajikan, ayam utuh atau bebek utuh juga disajikan. Sementara bagi keluarga sederhana, biasa disajikan sekerat samcan, seekor ikan dan sebutir telur untuk mewakili.
Maksud sajian samseng ini adalah mengucap syukur atas apa yang sudah didapat sepanjang tahun sebelumnya. Semua disajikan dengan cara direbus yang mengandung makna kesederhanaan dan ucapan syukur.
Daging
Biasanya daging babi yang berlapis, atau nama lain adalah samcan, yaitu bagian belly, yang konon bagian terbaik karena berlapis selang seling daging dan lemak. Dan menunjukkan tingkat-tingkat kehidupan yang naik. Kata ‘samcan’ adalah dari dialek Hokkian ‘shan cheng’, yang artinya 3 lapis. Kata ‘samcan’ hanya dikenal di Indonesia.
Ayam
Yang dimasak dengan berbagai cara, masak-o, opor, melambangkan pengharapan penghidupan yang makmur. Jaman dulu, di pedesaan (sampai sekarang juga masih), makan daging ayam merupakan kemewahan tersendiri, dan hanya pada kesempatan khusus bisa dilakukan. Di Indonesia, khususnya di Jawa, masak-o yaitu masak dengan tauco melambangkan warna tanah yang memberikan penghidupan para petani, sementara dimasak opor melambangkan warna emas.
Sebenarnya opor di Jawa terdiri dari 2 macam, opor putih dan opor kuning. Opor putih di sini lebih banyak diminati oleh kalangan emak-emak (sebutan), yaitu para wanita Tionghoa yang sudah membaur dengan kebiasaan setempat mengenakan baju kurung (bukan kebaya) dan sarung selayaknya penduduk setempat. Penampilan unik ini hanya ada di Jawa. Inilah yang disebut emak-emak atau golongan Tionghoa babah. Sebutan Tionghoa babah adalah golongan yang sudah berasimilasi dan berbaur dengan penduduk lokal, sementara Tionghoa totok adalah golongan yang baru datang dari China dan belum berbaur.
Sementara opor kuning, biasa dimasak oleh penduduk asli dengan menambahkan kunyit, dengan alasan “luwih ayu” (lebih cantik), tidak pucat dan lebih menyehatkan badan karena kunyit sebagai penyeimbang santan. Seperti diketahui bahwa fungsi kunyit sangat baik untuk kesehatan tubuh.
Makna warna kuning diasosiasikan dengan emas, yang berkonotasi kemakmuran dan kemakmuran. Saya pribadi lebih suka opor kuning, yang memang terlihat lebih cantik dan rasanya lebih “sedep”.
Kue Keranjang
Nama sebenarnya adalah ‘nian gao’ (baca: nien kau) atau nama lain dalam dialek Hokkian disebut ‘thi kue’ artinya kue manis. Kata ‘gao’ sendiri juga berarti tinggi, jadi nama ‘nian gao’ bisa bermakna ‘tahun tinggi’, maksudnya tiap tahun makin meningkat (kesuksesan). Kue keranjang terbuat dari beras ketan dan gula, sehingga lengket dan manis sekali. Melambangkan kerekatan dan kerageman anggota keluarga, dan semua harapan baik dan manis. Ada juga yang berpendapat bahwa kue keranjang ini adalah untuk ‘menyuap’ Dewa Dapur yang melapor ke Kaisar Langit supaya apa yang dilaporkan yang manis-manis serta mulut sang dewa lengket susah berkata yang jelek.
Jeroan (babi atau ayam)
Melambangkan mutiara, segala sesuatu yang berharga yang diharapkan akan berlimpah di tahun yang baru.
Wajik, kue ku dan moho
Wajik yang berwarna merah dari ketan, berbentuk kerucut melambangkan pengharapan baik, yang makin tinggi. Kerageman dan keeratan anggota keluarga juga terlambang di sini. Kue ku dan moho yang berwarna merah, sama juga melambangkan persatuan anggota keluarga. Dan warna merah, sesuai dengan legenda untuk menakuti monster yang bernama “Nian” (baca: nien), yang takut warna merah dan suara keras. Legenda ini sudah banyak diceritakan di mana-mana.
Pisang Emas atau Pisang Raja
Nama pisang dalam bahasa Mandarin adalah ‘xiang jiao’ (baca: siang ciau). Kata xiang yang berarti harum, melambangkan pengharapan keharuman keluarga, seluruh anggota keluarga membawa kemuliaan dan tidak memalukan perbuatannya dalam masyarakat. Warna kuning yang melambangkan emas sudah jelas artinya, kemakmuran yang diharap.
Jeruk, Belimbing dan buah lainnya
Semua melambangkan pengharapan baik, kemakmuran, kesejahteraan, kepintaran, dsb. Secara prinsip, semua perlambang adalah untuk kebaikan seluruh anggota keluarga.
Serba-serbi Tahun Baru Imlek
Josh Chen – Global Citizen
Di kalender-kalender Indonesia, tanggal 23 Januari 2012 merupakan libur nasional, merupakan libur resmi pemerintah. Libur nasional ini adalah untuk Tahun Baru Imlek yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden No. 19 tahun 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, yang merupakan kelanjutan Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 oleh Presiden Gus Dur yang mencabut Instruksi Presiden No. 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.
Sejak 2002 Tahun Baru Imlek resmi menjadi hari libur nasional bersama dengan hari-hari besar lain yang sudah lebih dulu menjadi libur nasional. Selengkapnya di kalender-kalender tsb tertulis “Tahun Baru Imlek 2563”. Tahun Kelinci segera berlalu, Tahun Naga Air datang menggantikannya.
Istilah atau penulisan “Tahun Baru Imlek” hanya dikenal di Indonesia. Kata Imlek adalah bunyi dialek Hokkian yang berasal dari kata Yin Li (阴历, baca: IN LI) yang berarti “penanggalan bulan” alias lunar calendar. Penanggalan China berdasarkan peredaran bulan di tata surya sehingga disebut dengan Yin Li. Sementara penanggalan yang kita kenal sekarang, dan dipakai luas seluruh dunia disebut dengan Yang Li (阳历) di dalam bahasa Mandarin, artinya adalah “penanggalan matahari”.
Imlek dikenal juga dengan Nong Li (农历, bacanya: nung li), yang artinya “penanggalan petani”, di mana hal ini bisa dimaklumi, sebagian besar orang jaman dulu adalah bertani. Para petani tsb mengandalkan kemampuan mereka membaca alam, pergerakan bintang, rasi bintang, bulan dan benda angkasa yang lain untuk bercocok tanam. Apalagi di China yang 4 musim, perhitungan tepat dan presisi harus handal untuk mendapatkan pangan yang cukup.
Perayaan Chinese New Year sebenarnya adalah perayaan menyambut musim semi yang disebut dengan Chun Jie (春节, baca: juen cie), yang artinya “menyambut musim semi”. Musim semi disambut dengan sukacita karena musim dingin akan segera berlalu dan tibalah saat para petani untuk menanam lagi. Tanaman pangan terutama padi (China selatan) dan kebanyakan gandum (China utara) serta tanaman pertanian lainnya. Karena mengandalkan alam untuk kehidupan mereka, menyambut datangnya musim semi merupakan keharusan yang dirayakan dengan meriah.
Perayaan ini mulai dikenal di jaman Dinasti Xia (夏潮, sering ditulis Hsia juga, 2205 – 1766 SM). Setelah dinasti Xia runtuh, penanggalan Imlek selalu berubah sesuai dengan kemauan dinasti yang berkuasa. Biasa diambil adalah waktu berdirinya dinasti tsb. Baru pada masa Dinasti Han (206 SM – 220 M), penanggalan dari Dinasti Xia diresmikan sampai sekarang dan tahun kelahiran Khonghucu ditetapkan sebagai tahun pertama.
Namun saat ini di China sendiri penulisan tahun yang berdasarkan tahun kelahiran Khonghucu sudah tidak umum lagi. Misalnya Imlek tahun ini adalah tahun 2563, sudah tidak lazim lagi, tahun yang ditulis biasanya tahun 2012 saja.
Sementara itu, Taiwan juga memiliki standard penulisan tahun sendiri, yang dimulai dengan titik awal 1911 sebagai tahun nol, jadi tahun 2012 bisa jadi ditulis tahun 2001. Tahun 1911 adalah tahun berdirinya Republic of China setelah dinasti terakhir, yaitu Dinasti Qing runtuh. Sampai hari ini di Taiwan masih ada bannyak yang menggunakan “tahun ROC”.
Selain disebut Tahun Baru Imlek, banyak juga yang menyebutnya dengan Sincia, yang juga berasal dari dialek Hokkian, dari asal kata 新正 (pinyin: xin zheng, baca: sin ceng). Kata 新正 merupakan kependekan dari 新正月, “bulan pertama yang baru”, merujuk pada penulisan “bulan pertama” dalam penanggalan Imlek dituliskan 正月, dalam dialek Hokkian berbunyi Cia Gwe.
Ucapan Yang Salah Kaprah
Di media-media, baik cetak (koran, majalah, tabloid, dsb) dan elektronik mulai bernuansa merah sejak akhir minggu pertama Januari. Banyak penawaran diskon segala jenis barang, dari fashion, peralatan rumah tangga, elektronik, kendaraan dsb. Di sana sini terlihat “Gong Xi Fat Choi”, “Gong Xi Fat Chai”, “Gong Xi Fa Choi”, “Gong Xi Fa Cai”, “Happy Chinese Year”, “Year of the Dragon”, dsb. Sebagian besar ucapan di media adalah salah kaprah yang ngawur.
Ucapan 恭喜发财 (pinyin: gong xi fa cai, baca: kung si fa jai) secara harafiah berarti: “semoga anda kaya”, “wishing you a lot of fortune”. Entah sejak kapan ucapan ini populer di Indonesia. Ucapan Gong Xi Fa Cai lebih populer di Hong Kong yang diucapkan di sana Kung Hei Fat Choi, yang merupakan bunyi “gong xi fa cai” dalam dialek Cantonese. Di Indonesia kemudian sepertinya latah jadilah salah kaprah tubruk sana sini menjadi: “gong xi fat choi” atau “gong xi fa choi”.
Lebih parahnya di salah satu koran nasional ada bank asing yang notabene dari akronim nama bank tsb merujuk ke “Hong Kong” dan “Shanghai”, namun menulisnya adalah “gong xi fa choi”, yang merupakan kesalahan fatal. Sebenarnya untuk menghindari kesalahan penulisan yang fatal, lebih baik menulis aksara kanjinya, jelas pasti benar dan terhindar dari kesalahan yang tidak perlu.
Perhatikan saja, di mana-mana lebih banyak penulisan yang salah kaprah kacau balau. Di billboard, majalah, tabloid, kartu ucapan, koran-koran, televisi, dsb.
Ketika saya kecil tidak pernah terdengar ucapan “gong xi fa cai” seperti beberapa tahun belakangan ini. Di masa itu, lebih sering terdengar ucapan: “kionghi, kionghi” atau “sin cun kiong hi” dan sesekali “thiam hok, thiam siu”. Malahan di masa saya kecil, saya mengucapkannya: “tionghi, tionghi”, karena belum paham dan hanya mendengar orangtua yang mengucapkannya di antara teman-teman mereka. (Kesalahan yang sama seperti lagu Garuda Pancasila, “pribang-pribangsaku”, padahal seharusnya “pribadi bangsaku”).
“Kionghi” (恭喜), “sin cun kiong hi” (新春恭喜), “thiam hok thiam siu” (添福添壽) semuanya berasal dari dialek Hokkian. Dialek Hokkian sendiri pengaruhnya paling kuat di Indonesia dibandingkan dialek-dialek dari tempat lain seperti Tiociu, Hakka (Khek), Hokcia, dsb. Mungkin lama-lama dirasa ucapan “sin cun kiong hi” (happy spring festival) kurang pas di Indonesia dan negara-negara yang tidak ada empat musim, ucapannya bergeser menjadi “gong xi fa cai”, atau mungkin tanpa disadari, bahwa standard dan ukuran sukses adalah materi, pelan-pelan ucapan “gong xi fa cai” lebih disukai. Atau bisa jadi “terdengar dan terlihat lebih keren” dibandingkan “sin cun kiong hi”.
Sementara “thiam hok, thiam siu” dulu saja waktu saya kecil seingat saya tidak begitu sering terdengar, apalagi sekarang. Terjemahan bebasnya kurang lebih berarti banyak keberuntungan dan panjang umur.
Ucapan yang paling sederhana sebenarnya 新年快乐 (pinyin: xin nian kuai le, baca: sin nien guai le) dan ini yang paling banyak terdengar di China, sering disingkat menjadi 新年好 (pinyin: xin nian hao, baca: sin nien hau), sesederhana ucapan: “happy new year” atau “selamat tahun baru”.
Yee sang
Tidak begitu jelas sejak kapan seremonial yee sang masuk ke Indonesia dan dalam kira-kira lima tahun belakangan semakin marak dilakukan dan masuk ke dalam rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia. Yee sang besar kemungkinan adalah bunyi dialek Tiociu untuk yu sheng (鱼生), yang berarti ikan segar. Bunyi 鱼生 sama dengan bunyi 余升 – arti masing-masing kata adalah “remaining” dan “increase”. Secara bebas bisa bermakna selalu ada kelebihan (rejeki) dan meningkatnya karir dan bisnis.
Ditengarai kebiasaan ini sudah ada di China sejak masa Dinasti Song atau bahkan lebih lama lagi dan cukup populer di daerah Selatan, lebih tepatnya di daerah Chaozhou dan Shantou dan makin menyebar. Kebiasaan ini akhirnya menjadi satu tradisi yang dilestarikan di daerah Guangzhou dan sekitarnya yang notabene mata pencaharian di masa lalu mayoritas nelayan. Yee sang dirayakan pada hari ketujuh Tahun Baru Imlek.
Hidangan yee sang berbahan ikan mentah dan berbagai macam sayuran yang dirajang halus sekali. Bahan-bahan tsb diletakkan di atas piring lebar, kemudian dibumbui dengan berbagai jenis saus dan dressing, diaduk bersama dan diangkat tinggi-tinggi sebelum dimakan dengan mengucapkan “lo hei” (dialek Cantonese untuk 捞起, lao qi) yang berarti “angkat bersama”, terjemahan bebasnya bisa berarti “sukses bersama”.
Tradisi yee sang sepemahaman dan seingat saya tidak populer di Indonesia. Bahkan di masa kecil saya, sepertinya tidak dikenal. Pada dasarnya orang Tionghoa berbeda dengan orang Jepang yang biasa makan ikan mentah. Ikan mentah jarang sekali muncul dalam seni kuliner Cina, kalau tidak bisa dibilang hampir tidak dikenal. Dan dari penelusuran lebih lanjut, saya belum menemukan clue bahwa yee sang adalah tradisi etnis Tionghoa yang ada di Indonesia.
Masih banyak rujukan, tidak satupun menyebutkan tradisi yee sang adalah bagian dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia. Walaupun rujukan Wikipedia tidak bisa dijadikan patokan utama, hanya Wikipedia versi bahasa Indonesia dan bahasa Melayu sedikit menyebutkan keberadaan yee sang di Indonesia.
Sepertinya baru paling lama sepuluh tahun (perkiraan saya sekitar lima tahunan), yee sang mulai diadopsi masuk ke Indonesia dan menjadi bagian dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek. Untuk makna simbolik dan seremonial memang yee sang elok dilihat dan dijalani.
Tahun Baru Imlek Perayaan Agama atau Budaya?
Dari jaman saya bisa mulai ingat keluarga kami merayakan Tahun Baru Imlek sampai saat ini masih banyak yang berpendapat bahwa perayaan Tahun Baru Imlek adalah milik agama Khong Hu Cu atau agama Buddha atau Sam Kau (tiga ajaran: Tao, Khong Hu Cu dan Buddhisme, lazim juga disebut Tri Dharma).
Memang mayoritas etnis Tionghoa di Indonesia adalah Nasrani (Katholik ataupun Protestan) dan sebagian lagi Muslim. Banyak di antara kaum Tionghoa yang Nasrani ataupun Muslim berpendapat sudah “tidak boleh” merayakan Tahun Baru Imlek. Dalam beberapa kasus malah ada yang berpendapat bahwa perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan penyembahan berhala karena banyaknya legenda, asal usul, cerita di balik tiap-tiap tradisi dalam rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek.
Semua pendapat dan keyakinan sah-sah saja karena merupakan koridor dan domain pribadi yang paling pribadi, yang siapapun tidak berhak menggugatnya. Namun sungguh disayangkan jika ada di sana sini yang mencerca bahwa perayaan Tahun Baru Imlek begini atau begitu. Menurut pemahaman dan keyakinan saya, perayaan Tahun Baru Imlek lepas dari urusan agama atau keimanan apapun. Untuk saya dan keluarga, perayaan Tahun Baru Imlek adalah bagian dari budaya Tionghoa, yang kami dengan sadar ingin memeliharanya dan meneruskannya ke anak-anak dan keturunan kami.
Di kalender-kalender Indonesia, tanggal 23 Januari 2012 merupakan libur nasional, merupakan libur resmi pemerintah. Libur nasional ini adalah untuk Tahun Baru Imlek yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden No. 19 tahun 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, yang merupakan kelanjutan Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 oleh Presiden Gus Dur yang mencabut Instruksi Presiden No. 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.
Sejak 2002 Tahun Baru Imlek resmi menjadi hari libur nasional bersama dengan hari-hari besar lain yang sudah lebih dulu menjadi libur nasional. Selengkapnya di kalender-kalender tsb tertulis “Tahun Baru Imlek 2563”. Tahun Kelinci segera berlalu, Tahun Naga Air datang menggantikannya.
Istilah atau penulisan “Tahun Baru Imlek” hanya dikenal di Indonesia. Kata Imlek adalah bunyi dialek Hokkian yang berasal dari kata Yin Li (阴历, baca: IN LI) yang berarti “penanggalan bulan” alias lunar calendar. Penanggalan China berdasarkan peredaran bulan di tata surya sehingga disebut dengan Yin Li. Sementara penanggalan yang kita kenal sekarang, dan dipakai luas seluruh dunia disebut dengan Yang Li (阳历) di dalam bahasa Mandarin, artinya adalah “penanggalan matahari”.
Imlek dikenal juga dengan Nong Li (农历, bacanya: nung li), yang artinya “penanggalan petani”, di mana hal ini bisa dimaklumi, sebagian besar orang jaman dulu adalah bertani. Para petani tsb mengandalkan kemampuan mereka membaca alam, pergerakan bintang, rasi bintang, bulan dan benda angkasa yang lain untuk bercocok tanam. Apalagi di China yang 4 musim, perhitungan tepat dan presisi harus handal untuk mendapatkan pangan yang cukup.
Perayaan Chinese New Year sebenarnya adalah perayaan menyambut musim semi yang disebut dengan Chun Jie (春节, baca: juen cie), yang artinya “menyambut musim semi”. Musim semi disambut dengan sukacita karena musim dingin akan segera berlalu dan tibalah saat para petani untuk menanam lagi. Tanaman pangan terutama padi (China selatan) dan kebanyakan gandum (China utara) serta tanaman pertanian lainnya. Karena mengandalkan alam untuk kehidupan mereka, menyambut datangnya musim semi merupakan keharusan yang dirayakan dengan meriah.
Perayaan ini mulai dikenal di jaman Dinasti Xia (夏潮, sering ditulis Hsia juga, 2205 – 1766 SM). Setelah dinasti Xia runtuh, penanggalan Imlek selalu berubah sesuai dengan kemauan dinasti yang berkuasa. Biasa diambil adalah waktu berdirinya dinasti tsb. Baru pada masa Dinasti Han (206 SM – 220 M), penanggalan dari Dinasti Xia diresmikan sampai sekarang dan tahun kelahiran Khonghucu ditetapkan sebagai tahun pertama.
Namun saat ini di China sendiri penulisan tahun yang berdasarkan tahun kelahiran Khonghucu sudah tidak umum lagi. Misalnya Imlek tahun ini adalah tahun 2563, sudah tidak lazim lagi, tahun yang ditulis biasanya tahun 2012 saja.
Sementara itu, Taiwan juga memiliki standard penulisan tahun sendiri, yang dimulai dengan titik awal 1911 sebagai tahun nol, jadi tahun 2012 bisa jadi ditulis tahun 2001. Tahun 1911 adalah tahun berdirinya Republic of China setelah dinasti terakhir, yaitu Dinasti Qing runtuh. Sampai hari ini di Taiwan masih ada bannyak yang menggunakan “tahun ROC”.
Selain disebut Tahun Baru Imlek, banyak juga yang menyebutnya dengan Sincia, yang juga berasal dari dialek Hokkian, dari asal kata 新正 (pinyin: xin zheng, baca: sin ceng). Kata 新正 merupakan kependekan dari 新正月, “bulan pertama yang baru”, merujuk pada penulisan “bulan pertama” dalam penanggalan Imlek dituliskan 正月, dalam dialek Hokkian berbunyi Cia Gwe.
Ucapan Yang Salah Kaprah
Di media-media, baik cetak (koran, majalah, tabloid, dsb) dan elektronik mulai bernuansa merah sejak akhir minggu pertama Januari. Banyak penawaran diskon segala jenis barang, dari fashion, peralatan rumah tangga, elektronik, kendaraan dsb. Di sana sini terlihat “Gong Xi Fat Choi”, “Gong Xi Fat Chai”, “Gong Xi Fa Choi”, “Gong Xi Fa Cai”, “Happy Chinese Year”, “Year of the Dragon”, dsb. Sebagian besar ucapan di media adalah salah kaprah yang ngawur.
Ucapan 恭喜发财 (pinyin: gong xi fa cai, baca: kung si fa jai) secara harafiah berarti: “semoga anda kaya”, “wishing you a lot of fortune”. Entah sejak kapan ucapan ini populer di Indonesia. Ucapan Gong Xi Fa Cai lebih populer di Hong Kong yang diucapkan di sana Kung Hei Fat Choi, yang merupakan bunyi “gong xi fa cai” dalam dialek Cantonese. Di Indonesia kemudian sepertinya latah jadilah salah kaprah tubruk sana sini menjadi: “gong xi fat choi” atau “gong xi fa choi”.
Lebih parahnya di salah satu koran nasional ada bank asing yang notabene dari akronim nama bank tsb merujuk ke “Hong Kong” dan “Shanghai”, namun menulisnya adalah “gong xi fa choi”, yang merupakan kesalahan fatal. Sebenarnya untuk menghindari kesalahan penulisan yang fatal, lebih baik menulis aksara kanjinya, jelas pasti benar dan terhindar dari kesalahan yang tidak perlu.
Perhatikan saja, di mana-mana lebih banyak penulisan yang salah kaprah kacau balau. Di billboard, majalah, tabloid, kartu ucapan, koran-koran, televisi, dsb.
Ketika saya kecil tidak pernah terdengar ucapan “gong xi fa cai” seperti beberapa tahun belakangan ini. Di masa itu, lebih sering terdengar ucapan: “kionghi, kionghi” atau “sin cun kiong hi” dan sesekali “thiam hok, thiam siu”. Malahan di masa saya kecil, saya mengucapkannya: “tionghi, tionghi”, karena belum paham dan hanya mendengar orangtua yang mengucapkannya di antara teman-teman mereka. (Kesalahan yang sama seperti lagu Garuda Pancasila, “pribang-pribangsaku”, padahal seharusnya “pribadi bangsaku”).
“Kionghi” (恭喜), “sin cun kiong hi” (新春恭喜), “thiam hok thiam siu” (添福添壽) semuanya berasal dari dialek Hokkian. Dialek Hokkian sendiri pengaruhnya paling kuat di Indonesia dibandingkan dialek-dialek dari tempat lain seperti Tiociu, Hakka (Khek), Hokcia, dsb. Mungkin lama-lama dirasa ucapan “sin cun kiong hi” (happy spring festival) kurang pas di Indonesia dan negara-negara yang tidak ada empat musim, ucapannya bergeser menjadi “gong xi fa cai”, atau mungkin tanpa disadari, bahwa standard dan ukuran sukses adalah materi, pelan-pelan ucapan “gong xi fa cai” lebih disukai. Atau bisa jadi “terdengar dan terlihat lebih keren” dibandingkan “sin cun kiong hi”.
Sementara “thiam hok, thiam siu” dulu saja waktu saya kecil seingat saya tidak begitu sering terdengar, apalagi sekarang. Terjemahan bebasnya kurang lebih berarti banyak keberuntungan dan panjang umur.
Ucapan yang paling sederhana sebenarnya 新年快乐 (pinyin: xin nian kuai le, baca: sin nien guai le) dan ini yang paling banyak terdengar di China, sering disingkat menjadi 新年好 (pinyin: xin nian hao, baca: sin nien hau), sesederhana ucapan: “happy new year” atau “selamat tahun baru”.
Yee sang
Tidak begitu jelas sejak kapan seremonial yee sang masuk ke Indonesia dan dalam kira-kira lima tahun belakangan semakin marak dilakukan dan masuk ke dalam rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia. Yee sang besar kemungkinan adalah bunyi dialek Tiociu untuk yu sheng (鱼生), yang berarti ikan segar. Bunyi 鱼生 sama dengan bunyi 余升 – arti masing-masing kata adalah “remaining” dan “increase”. Secara bebas bisa bermakna selalu ada kelebihan (rejeki) dan meningkatnya karir dan bisnis.
Ditengarai kebiasaan ini sudah ada di China sejak masa Dinasti Song atau bahkan lebih lama lagi dan cukup populer di daerah Selatan, lebih tepatnya di daerah Chaozhou dan Shantou dan makin menyebar. Kebiasaan ini akhirnya menjadi satu tradisi yang dilestarikan di daerah Guangzhou dan sekitarnya yang notabene mata pencaharian di masa lalu mayoritas nelayan. Yee sang dirayakan pada hari ketujuh Tahun Baru Imlek.
Hidangan yee sang berbahan ikan mentah dan berbagai macam sayuran yang dirajang halus sekali. Bahan-bahan tsb diletakkan di atas piring lebar, kemudian dibumbui dengan berbagai jenis saus dan dressing, diaduk bersama dan diangkat tinggi-tinggi sebelum dimakan dengan mengucapkan “lo hei” (dialek Cantonese untuk 捞起, lao qi) yang berarti “angkat bersama”, terjemahan bebasnya bisa berarti “sukses bersama”.
Tradisi yee sang sepemahaman dan seingat saya tidak populer di Indonesia. Bahkan di masa kecil saya, sepertinya tidak dikenal. Pada dasarnya orang Tionghoa berbeda dengan orang Jepang yang biasa makan ikan mentah. Ikan mentah jarang sekali muncul dalam seni kuliner Cina, kalau tidak bisa dibilang hampir tidak dikenal. Dan dari penelusuran lebih lanjut, saya belum menemukan clue bahwa yee sang adalah tradisi etnis Tionghoa yang ada di Indonesia.
Masih banyak rujukan, tidak satupun menyebutkan tradisi yee sang adalah bagian dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia. Walaupun rujukan Wikipedia tidak bisa dijadikan patokan utama, hanya Wikipedia versi bahasa Indonesia dan bahasa Melayu sedikit menyebutkan keberadaan yee sang di Indonesia.
Sepertinya baru paling lama sepuluh tahun (perkiraan saya sekitar lima tahunan), yee sang mulai diadopsi masuk ke Indonesia dan menjadi bagian dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek. Untuk makna simbolik dan seremonial memang yee sang elok dilihat dan dijalani.
Tahun Baru Imlek Perayaan Agama atau Budaya?
Dari jaman saya bisa mulai ingat keluarga kami merayakan Tahun Baru Imlek sampai saat ini masih banyak yang berpendapat bahwa perayaan Tahun Baru Imlek adalah milik agama Khong Hu Cu atau agama Buddha atau Sam Kau (tiga ajaran: Tao, Khong Hu Cu dan Buddhisme, lazim juga disebut Tri Dharma).
Memang mayoritas etnis Tionghoa di Indonesia adalah Nasrani (Katholik ataupun Protestan) dan sebagian lagi Muslim. Banyak di antara kaum Tionghoa yang Nasrani ataupun Muslim berpendapat sudah “tidak boleh” merayakan Tahun Baru Imlek. Dalam beberapa kasus malah ada yang berpendapat bahwa perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan penyembahan berhala karena banyaknya legenda, asal usul, cerita di balik tiap-tiap tradisi dalam rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek.
Semua pendapat dan keyakinan sah-sah saja karena merupakan koridor dan domain pribadi yang paling pribadi, yang siapapun tidak berhak menggugatnya. Namun sungguh disayangkan jika ada di sana sini yang mencerca bahwa perayaan Tahun Baru Imlek begini atau begitu. Menurut pemahaman dan keyakinan saya, perayaan Tahun Baru Imlek lepas dari urusan agama atau keimanan apapun. Untuk saya dan keluarga, perayaan Tahun Baru Imlek adalah bagian dari budaya Tionghoa, yang kami dengan sadar ingin memeliharanya dan meneruskannya ke anak-anak dan keturunan kami.
Kejujuran Orang Jepang Yang Sulit Ditiru Orang Indonesia
Sebenarnya sih ini bukan pasar yah karena penjual disana adalah para petani yang membuka lapak sendiri-sendiri untuk menjual hasil kebunnya yang tersisa (kebanyakan).
Dan kalau dilihat, tidak ada bedanya dengan pasar yang ada di Indonesia, kecuali satu perbedaannya yaitu tidak ada orang yang menjaga untuk lapaknya tersebut.
Jadi bagaimana transaksinya? mudah kok, mereka (si penjual) telah mencantumkan harga di setiap barang dagangannya dan apabila ada pembeli yang datang untuk membelinya, si pembeli cukup masukkan uang seharga barang yang dibeli ke tempat yang telah disediakan.
Dan percaya atau tidak, boleh dibilang hampir tidak ada satupun petani yang rugi karena berdagang dengan cara sepeti ini. Atau dengan kata lain, semua pembeli selalu membayar apa yang mereka ambil.
Nah, ini dia sebenarnya yang ingin kami bahas, yaitu KEJUJURAN yang menurut kami saat ini semakin langka di dunia, terutama di Indonesia.
Kami sempat membaca berita bahwa ada sekolah menengah di Indonesia yang mendirikan 'kantin kejujuran' dan hanya dalam waktu hitungan minggu, kantin tersebut bangkrut karena ternyata banyak siswa/ siswi yang tidak membayar sehabis makan.
Padahal di lain sisi, kantin itu berada di salah satu sekolah favorit di daerahnya yang berarti pasti sebagian besar siswa/ siswi disana dari golongan cukup mampu.
Mohon maaf kalau kami tidak sependapat dengan anggapan bahwa 'orang yang tidak jujur itu pasti identik dengan orang miskin' dan karena mereka tidak punya uang makanya mereka berbuat tidak jujur.
Menurut kami, KEJUJURAN bukanlah sesuatu yang bisa diukur dari banyaknya materi maupun tingkat pendidikan tetapi lebih ke moral dan rasa malu yang bisa ditanamkan oleh orang tua maupun lingkungan sekitar.
Dalam hal ini, kita tidak harus selalu mencontoh teknologi yang berasal dari Jepang saja tetapi tidak ada salahnya kita juga mencontoh moral dan rasa malu yang mereka miliki.
Benar, tidak semua orang Jepang disana jujur tetapi setidaknya kalau bicara persentase, tentu jauh lebih baik dari negara kita. Setuju kan dengan kita?
Dan kalau dilihat, tidak ada bedanya dengan pasar yang ada di Indonesia, kecuali satu perbedaannya yaitu tidak ada orang yang menjaga untuk lapaknya tersebut.
Jadi bagaimana transaksinya? mudah kok, mereka (si penjual) telah mencantumkan harga di setiap barang dagangannya dan apabila ada pembeli yang datang untuk membelinya, si pembeli cukup masukkan uang seharga barang yang dibeli ke tempat yang telah disediakan.
Dan percaya atau tidak, boleh dibilang hampir tidak ada satupun petani yang rugi karena berdagang dengan cara sepeti ini. Atau dengan kata lain, semua pembeli selalu membayar apa yang mereka ambil.
Nah, ini dia sebenarnya yang ingin kami bahas, yaitu KEJUJURAN yang menurut kami saat ini semakin langka di dunia, terutama di Indonesia.
Kami sempat membaca berita bahwa ada sekolah menengah di Indonesia yang mendirikan 'kantin kejujuran' dan hanya dalam waktu hitungan minggu, kantin tersebut bangkrut karena ternyata banyak siswa/ siswi yang tidak membayar sehabis makan.
Padahal di lain sisi, kantin itu berada di salah satu sekolah favorit di daerahnya yang berarti pasti sebagian besar siswa/ siswi disana dari golongan cukup mampu.
Mohon maaf kalau kami tidak sependapat dengan anggapan bahwa 'orang yang tidak jujur itu pasti identik dengan orang miskin' dan karena mereka tidak punya uang makanya mereka berbuat tidak jujur.
Menurut kami, KEJUJURAN bukanlah sesuatu yang bisa diukur dari banyaknya materi maupun tingkat pendidikan tetapi lebih ke moral dan rasa malu yang bisa ditanamkan oleh orang tua maupun lingkungan sekitar.
Dalam hal ini, kita tidak harus selalu mencontoh teknologi yang berasal dari Jepang saja tetapi tidak ada salahnya kita juga mencontoh moral dan rasa malu yang mereka miliki.
Benar, tidak semua orang Jepang disana jujur tetapi setidaknya kalau bicara persentase, tentu jauh lebih baik dari negara kita. Setuju kan dengan kita?
Puisi : "KuasaNYA Tidak Pernah Tersembunyi ".
Karya: Ulil Absar Abdala (Cendekiawan Muslim)
Ia yg rebah, di pangkuan perawan suci, bangkit setelah tiga hari, melawan mati.
Ia yg lemah, menghidupkan harapan yg nyaris punah.
Ia yang maha lemah, jasadnya menanggungkan derita kita.
Ia yang maha lemah, deritanya menaklukkan raja-raja dunia.
Ia yang jatuh cinta pada pagi, setelah dirajam nyeri.
Ia yang tengadah ke langit suci, terbalut kain merah
kirmizi: Cintailah aku!
Mereka bertengkar tentang siapa yang mati di palang kayu.
Aku tak tertarik pada debat ahli teologi.
Darah yang mengucur itu lebih menyentuhku.
Saat aku jumawa dengan imanku, tubuh nyeri yang tergeletak di kayu itu, terus mengingatkanku: Bahkan Ia pun menderita, bersama yang nista.
Muhammadku, Yesusmu, Krisnamu, Buddhamu, Konfuciusmu – mereka semua guru-guruku, yang mengajarku tentang keluasan dunia, dan cinta.
Penyakitmu, wahai kaum beriman:
Kalian mudah puas diri, pongah, jumawa, bagai burung merak.
Kalian gemar menghakimi!
Tubuh yang mengucur darah di kayu itu, bukan burung merak.
Ia mengajar kita, tentang cinta, untuk mereka yang disesatkan dan dinista.
Penderitaan kadang mengajarmu tentang iman yang rendah hati.
Huruf-huruf dalam kitab suci, kerap membuatmu merasa paling suci.
Ya, Jesusmu adalah juga Jesusku.
Ia telah menebusku dari iman yang jumawa dan tinggi hati.
Ia membuatku cinta pada yang dinista!
Semoga Semua Hidup Berbahagia dalam kasih Tuhan.
Ia yg rebah, di pangkuan perawan suci, bangkit setelah tiga hari, melawan mati.
Ia yg lemah, menghidupkan harapan yg nyaris punah.
Ia yang maha lemah, jasadnya menanggungkan derita kita.
Ia yang maha lemah, deritanya menaklukkan raja-raja dunia.
Ia yang jatuh cinta pada pagi, setelah dirajam nyeri.
Ia yang tengadah ke langit suci, terbalut kain merah
kirmizi: Cintailah aku!
Mereka bertengkar tentang siapa yang mati di palang kayu.
Aku tak tertarik pada debat ahli teologi.
Darah yang mengucur itu lebih menyentuhku.
Saat aku jumawa dengan imanku, tubuh nyeri yang tergeletak di kayu itu, terus mengingatkanku: Bahkan Ia pun menderita, bersama yang nista.
Muhammadku, Yesusmu, Krisnamu, Buddhamu, Konfuciusmu – mereka semua guru-guruku, yang mengajarku tentang keluasan dunia, dan cinta.
Penyakitmu, wahai kaum beriman:
Kalian mudah puas diri, pongah, jumawa, bagai burung merak.
Kalian gemar menghakimi!
Tubuh yang mengucur darah di kayu itu, bukan burung merak.
Ia mengajar kita, tentang cinta, untuk mereka yang disesatkan dan dinista.
Penderitaan kadang mengajarmu tentang iman yang rendah hati.
Huruf-huruf dalam kitab suci, kerap membuatmu merasa paling suci.
Ya, Jesusmu adalah juga Jesusku.
Ia telah menebusku dari iman yang jumawa dan tinggi hati.
Ia membuatku cinta pada yang dinista!
Semoga Semua Hidup Berbahagia dalam kasih Tuhan.
Budaya Menghukum
*RHENALD KASALI *
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. *
Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali.
Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.
Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. *
Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.
Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai?
Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. "Maaf Bapak dari mana?"
"Dari Indonesia," jawab saya.
Dia pun tersenyum.*
*BUDAYA MENGHUKUM *
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya.
Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.
"Saya mengerti," jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun
tetap simpatik itu. "Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia
yang anak anaknya dididik di sini,"lanjutnya. "Di negeri Anda, guru
sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk
menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! " Dia pun melanjutkan argumentasinya.
"Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat," ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.
Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai "A", dari program master hingga doktor.
Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap.
Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafikgrafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.
Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.
Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering
saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut "menelan" mahasiswanya yang duduk di bangku ujian. *
Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.
Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.
Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.
Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. "Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan," ujarnya dengan penuh kesungguhan.
Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.
Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. "Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti."
Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.
Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna),tetapi saya mengatakan "gurunya salah". Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.
*MELAHIRKAN KEHEBATAN *
Bisakah kita mencetak orang orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru,sundutan rokok, dan seterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau,...; Nanti,...; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.
Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.
Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.*
Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.
Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti. (*) *
*RHENALD KASALI *
*Ketua Program MM UI*
LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. *
Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali.
Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.
Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. *
Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.
Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai?
Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. "Maaf Bapak dari mana?"
"Dari Indonesia," jawab saya.
Dia pun tersenyum.*
*BUDAYA MENGHUKUM *
Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya.
Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.
"Saya mengerti," jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun
tetap simpatik itu. "Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia
yang anak anaknya dididik di sini,"lanjutnya. "Di negeri Anda, guru
sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk
menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! " Dia pun melanjutkan argumentasinya.
"Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat," ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.
Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.
Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai "A", dari program master hingga doktor.
Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.
Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap.
Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafikgrafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.
Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.
Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering
saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut "menelan" mahasiswanya yang duduk di bangku ujian. *
Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.
Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.
Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.
Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. "Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan," ujarnya dengan penuh kesungguhan.
Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.
Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. "Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti."
Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.
Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna),tetapi saya mengatakan "gurunya salah". Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.
*MELAHIRKAN KEHEBATAN *
Bisakah kita mencetak orang orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru,sundutan rokok, dan seterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau,...; Nanti,...; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.
Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.
Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.*
Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.
Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti. (*) *
*RHENALD KASALI *
*Ketua Program MM UI*
Cerita dari Tiongkok
Kejujuran
Pada jaman dulu, di sebuah kota kecil di Tiongkok Utara terdapat dua toko yang menjual beras, toko yang satu bernama Yong Chang, yang satunya lagi bernama Feng Yu. Pemilik tua toko beras Feng Yu melihat saat itu situasi sedang kacau oleh peperangan tidak mudah untuk berdagang, dia lalu memikirkan suatu rencana yang bisa mendatangkan keuntungan yang lebih besar.
Hari itu, dia mengundang ahli pembuat timbangan ke rumahnya, dengan sembunyi-sembunyi dia berkata kepada ahli pembuat timbangan itu, Tolong Anda buatkan satu timbangan yang ukuran beratnya 1kg sama dengan 15,5 kati, nanti ongkos pembuatannya saya tambah seratus tael.(1 kg yang sebenarnya adalah 16 kati)
Demi untuk mendapatkan uang seratus tael lebih banyak, dia telah mengabaikan moralnya, dan segera menyanggupi pemilik toko tua itu. Setelah selesai berpesan, pemilik toko itu pun meninggalkan ahli timbangan itu seorang diri di halaman rumahnya untuk membuat timbangan, dia sendiri berjalan ke dalam toko mengurus dagangannya.
Pemilik toko beras tua itu mempunyai empat orang putra, semua anaknya memban-tu dia mengolah toko beras itu. Putra yang bungsu dua bulan yang lalu baru menikah, istrinya adalah putri seorang guru pengajar.
Ketika mertuanya berpesan dengan ahli pembuat timbangan, dia sedang menjahit di dalam kamar, percakapan mertuanya dengan ahli timbangan telah terdengar semuanya olehnya.
Setelah ditinggal pergi oleh si pemilik toko, menantu baru itu merenung sejenak, berjalan keluar dari kamar dan berbicara dengan ahli pembuat timbangan itu, Mertua saya itu sudah tua, pikirannya agak kacau, tadi pasti salah mengucapkan kata-kata. Mohon Anda buatkan timbangan yang ukuran beratnya 1kg sama dengan 16,5 kati, nanti saya berikan ongkos lebih 200 tael. Tetapi, Anda harus berjanji tidak memberitahukan hal ini kepada mertua saya itu.¡¨ Ahli pembuat timbangan itu demi mendapatkan uang 200 tael lebih banyak lagi, dia mengabulkan permintaan itu.
Timbangan yang ukuran beratnya 1kg sama dengan 16,5 kati dengan cepat telah selesai dibuat, dan ahli pembuat timbangan itu sungguh tidak memberitahu perubahan berat timbangan itu kepada pemilik tua.
Pemilik toko yang tua itu sudah pernah beberapa kali membuatkan dacin kepada ahli timbangan itu, sangat mempercayai keahliannya, jadi timbangan baru setelah selesai dibuat hari itu juga dibawa ke dalam toko beras untuk dipergunakan.
Beberapa waktu kemudian, perdagangan toko beras Feng Yu kian makmur, pelanggan lama dari toko beras Yong Chang juga ikut meramaikan. Mereka berbondong-bondong beralih ke toko beras Feng Yu untuk membeli beras.
Tidak lama setelah itu, orang-orang yang tinggal di sebelah barat dan timur jalanan kota kabupaten itu juga mencari yang jauh dan melepaskan yang dekat, mereka menelusuri kampung dan jalanan datang ke Feng Yu untuk membeli beras, sedangkan toko beras Yong Chang yang berada di depan jalanan menjadi sepi sekali.
Tiba pada akhir tahun, toko beras Feng Yu mendapatkan keuntungan besar, se-dangkan toko beras Yong Chang merugi hingga tidak bisa melanjutkan perdagangan, toko beras itu akhirnya dipindah-tangankan kepada Feng Yu.
Pada malam tahun baru, keluarga besar pemilik toko Feng Yu duduk berkeliling makan Shuijiao (sejenis pangsit, yang merupakan makanan utama malam tahun baru imlek untuk penduduk Tiongkok Utara) bersama.
Hati pemilik tua sedang bergembira, dia mengeluarkan pertanyaan untuk semua orang. Dia ingin tahu siapa yang dapat menebak bagaimana dia bisa menjadi kaya raya. Mereka semua berebut untuk berbicara, ada yang mengatakan berkat perlindungan Yang Kuasa, ada yang mengatakan pemilik tua menggunakan cara yang tepat untuk mengelola, ada juga yang mengatakan letak toko beras itu sangat strategis, ada pula yang berkata berkat kerja sama dari seluruh anggota keluarga.
Pemilik tua itu dengan tertawa dan berkata, Jawaban kalian semuanya salah. Kita menggantungkan apa untuk menjadi kaya? Menggantungkan timbangan yang kita miliki! Timbangan kita beratnya 1kg sama dengan 15,5 kati, setiap menjual 1kg beras, kurang 0,5 kati, setiap hari menjual ratusan bahkan ribuan kilo beras, maka akan mendapatkan untung banyak, dengan mengumpul keuntungan ini dari hari ke hari, maka akhirnya kita menjadi kaya.
Selanjutnya dia menceritakan bagaimana dia pada awal tahun telah membuat timbangan yang berat 1 kilonya sama dengan 15,5 kati dengan menambahkan 100 tael kepada ahli pembuat timbangan.
Mendengarkan penuturan ini, anak cucunya sangat takjub hingga melupakan Shuijiao di mangkuk mereka. Setelah ketakjuban mereda, semua orang memuji pemilik tua alias orang tua mereka ini sangat hebat, tidak menunjukkan gelagat sedikitpun, hingga orang sendiripun tidak menyadari, uang sudah masuk ke dalam saku. Mendengarkan perkataan ini pemilik tua merasa bangga, girang bukan kepalang, berulang-ulang memegangi janggut panjangnya.
Saat itu, menantu barunya perlahan-lahan berdiri dari atas bangkunya, dan berbicara kepada sang pemilik tua, ¡§Ada satu hal yang ingin saya sampaikan kepada ayah, sebelum saya beritahukan kepada ayah, saya berharap ayahanda mau berjanji memaafkan kesalahan saya.¡¨
Dia menunggu pemilik tua menganggukkan kepala, dengan tenang-tenang saja menantu baru itu menceritakan kepada semua orang, tentang bagaimana dia pada awal tahun itu telah memberikan uang 200 tael lebih banyak kepada ahli pembuat timbangan untuk membuatkan timbangan yang beratnya 1 kilo sama dengan 16,5 kati.
Dia berkata, ¡§Ucapan ayah sangat benar sekali, kita menjadi kaya berkat timbangan yang kita pakai. Timbangan kita setiap 1 kilo mempunyai kelebihan berat 0,5 kati, semua pelanggan tahu kita berdagang sangat jujur tidak mencuri timbangan, maka mereka semua mau membeli beras kita, maka usaha perdagangan kita menjadi makmur. Walaupun setiap kilonya kita mendapatkan untung lebih sedikit, tetapi jika penjualannya banyak keuntungan yang didapatkan akan besar pula. Kita telah menjadi kaya raya berkat ke-jujuran yang kita tunjukkan kepada pelanggan ¨
Kali ini semua orang dibuat jadi lebih takjub, mereka terperangah. Pemilik tua tidak percaya bahwa hal ini adalah benar, dia mengambil dan menera timbangan yang dipergunakan setiap hari untuk menjual beras. Ternyata memang benar berat 1 kg-nya sama dengan 16,5 kati. Pemilik tua itu tercengang kaget, dia tidak mengatakan sepatah katapun, dengan perlahan-lahan berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Keesokan pagi setelah sarapan pagi, tepat pada awal tahun baru tanggal satu, pemilik tua mengumpulkan seluruh anggota keluarga, sambil melepaskan kunci kasir yang terikat di pinggangnya ia berkata, ¡§Saya sudah tua, sudah tidak berguna. Kemarin semalaman saya telah mempertimbangkan, memutuskan mulai saat ini, menyerahkan kendali toko ini kepada menantu saya yang keempat, dikemudian hari, kita semua orang mematuhi kehendak dia!¡¨
Semua orang bagai sebuah timbangan, dengan timpang sebelah (tidak jujur), orang lain akan dapat melihatnya dengan sangat jelas. Berdagang yang diutamakan adalah ¡¥kejujuran¡¦, dan sebagai manusia bukankah kita juga harus demikian?
Pada jaman dulu, di sebuah kota kecil di Tiongkok Utara terdapat dua toko yang menjual beras, toko yang satu bernama Yong Chang, yang satunya lagi bernama Feng Yu. Pemilik tua toko beras Feng Yu melihat saat itu situasi sedang kacau oleh peperangan tidak mudah untuk berdagang, dia lalu memikirkan suatu rencana yang bisa mendatangkan keuntungan yang lebih besar.
Hari itu, dia mengundang ahli pembuat timbangan ke rumahnya, dengan sembunyi-sembunyi dia berkata kepada ahli pembuat timbangan itu, Tolong Anda buatkan satu timbangan yang ukuran beratnya 1kg sama dengan 15,5 kati, nanti ongkos pembuatannya saya tambah seratus tael.(1 kg yang sebenarnya adalah 16 kati)
Demi untuk mendapatkan uang seratus tael lebih banyak, dia telah mengabaikan moralnya, dan segera menyanggupi pemilik toko tua itu. Setelah selesai berpesan, pemilik toko itu pun meninggalkan ahli timbangan itu seorang diri di halaman rumahnya untuk membuat timbangan, dia sendiri berjalan ke dalam toko mengurus dagangannya.
Pemilik toko beras tua itu mempunyai empat orang putra, semua anaknya memban-tu dia mengolah toko beras itu. Putra yang bungsu dua bulan yang lalu baru menikah, istrinya adalah putri seorang guru pengajar.
Ketika mertuanya berpesan dengan ahli pembuat timbangan, dia sedang menjahit di dalam kamar, percakapan mertuanya dengan ahli timbangan telah terdengar semuanya olehnya.
Setelah ditinggal pergi oleh si pemilik toko, menantu baru itu merenung sejenak, berjalan keluar dari kamar dan berbicara dengan ahli pembuat timbangan itu, Mertua saya itu sudah tua, pikirannya agak kacau, tadi pasti salah mengucapkan kata-kata. Mohon Anda buatkan timbangan yang ukuran beratnya 1kg sama dengan 16,5 kati, nanti saya berikan ongkos lebih 200 tael. Tetapi, Anda harus berjanji tidak memberitahukan hal ini kepada mertua saya itu.¡¨ Ahli pembuat timbangan itu demi mendapatkan uang 200 tael lebih banyak lagi, dia mengabulkan permintaan itu.
Timbangan yang ukuran beratnya 1kg sama dengan 16,5 kati dengan cepat telah selesai dibuat, dan ahli pembuat timbangan itu sungguh tidak memberitahu perubahan berat timbangan itu kepada pemilik tua.
Pemilik toko yang tua itu sudah pernah beberapa kali membuatkan dacin kepada ahli timbangan itu, sangat mempercayai keahliannya, jadi timbangan baru setelah selesai dibuat hari itu juga dibawa ke dalam toko beras untuk dipergunakan.
Beberapa waktu kemudian, perdagangan toko beras Feng Yu kian makmur, pelanggan lama dari toko beras Yong Chang juga ikut meramaikan. Mereka berbondong-bondong beralih ke toko beras Feng Yu untuk membeli beras.
Tidak lama setelah itu, orang-orang yang tinggal di sebelah barat dan timur jalanan kota kabupaten itu juga mencari yang jauh dan melepaskan yang dekat, mereka menelusuri kampung dan jalanan datang ke Feng Yu untuk membeli beras, sedangkan toko beras Yong Chang yang berada di depan jalanan menjadi sepi sekali.
Tiba pada akhir tahun, toko beras Feng Yu mendapatkan keuntungan besar, se-dangkan toko beras Yong Chang merugi hingga tidak bisa melanjutkan perdagangan, toko beras itu akhirnya dipindah-tangankan kepada Feng Yu.
Pada malam tahun baru, keluarga besar pemilik toko Feng Yu duduk berkeliling makan Shuijiao (sejenis pangsit, yang merupakan makanan utama malam tahun baru imlek untuk penduduk Tiongkok Utara) bersama.
Hati pemilik tua sedang bergembira, dia mengeluarkan pertanyaan untuk semua orang. Dia ingin tahu siapa yang dapat menebak bagaimana dia bisa menjadi kaya raya. Mereka semua berebut untuk berbicara, ada yang mengatakan berkat perlindungan Yang Kuasa, ada yang mengatakan pemilik tua menggunakan cara yang tepat untuk mengelola, ada juga yang mengatakan letak toko beras itu sangat strategis, ada pula yang berkata berkat kerja sama dari seluruh anggota keluarga.
Pemilik tua itu dengan tertawa dan berkata, Jawaban kalian semuanya salah. Kita menggantungkan apa untuk menjadi kaya? Menggantungkan timbangan yang kita miliki! Timbangan kita beratnya 1kg sama dengan 15,5 kati, setiap menjual 1kg beras, kurang 0,5 kati, setiap hari menjual ratusan bahkan ribuan kilo beras, maka akan mendapatkan untung banyak, dengan mengumpul keuntungan ini dari hari ke hari, maka akhirnya kita menjadi kaya.
Selanjutnya dia menceritakan bagaimana dia pada awal tahun telah membuat timbangan yang berat 1 kilonya sama dengan 15,5 kati dengan menambahkan 100 tael kepada ahli pembuat timbangan.
Mendengarkan penuturan ini, anak cucunya sangat takjub hingga melupakan Shuijiao di mangkuk mereka. Setelah ketakjuban mereda, semua orang memuji pemilik tua alias orang tua mereka ini sangat hebat, tidak menunjukkan gelagat sedikitpun, hingga orang sendiripun tidak menyadari, uang sudah masuk ke dalam saku. Mendengarkan perkataan ini pemilik tua merasa bangga, girang bukan kepalang, berulang-ulang memegangi janggut panjangnya.
Saat itu, menantu barunya perlahan-lahan berdiri dari atas bangkunya, dan berbicara kepada sang pemilik tua, ¡§Ada satu hal yang ingin saya sampaikan kepada ayah, sebelum saya beritahukan kepada ayah, saya berharap ayahanda mau berjanji memaafkan kesalahan saya.¡¨
Dia menunggu pemilik tua menganggukkan kepala, dengan tenang-tenang saja menantu baru itu menceritakan kepada semua orang, tentang bagaimana dia pada awal tahun itu telah memberikan uang 200 tael lebih banyak kepada ahli pembuat timbangan untuk membuatkan timbangan yang beratnya 1 kilo sama dengan 16,5 kati.
Dia berkata, ¡§Ucapan ayah sangat benar sekali, kita menjadi kaya berkat timbangan yang kita pakai. Timbangan kita setiap 1 kilo mempunyai kelebihan berat 0,5 kati, semua pelanggan tahu kita berdagang sangat jujur tidak mencuri timbangan, maka mereka semua mau membeli beras kita, maka usaha perdagangan kita menjadi makmur. Walaupun setiap kilonya kita mendapatkan untung lebih sedikit, tetapi jika penjualannya banyak keuntungan yang didapatkan akan besar pula. Kita telah menjadi kaya raya berkat ke-jujuran yang kita tunjukkan kepada pelanggan ¨
Kali ini semua orang dibuat jadi lebih takjub, mereka terperangah. Pemilik tua tidak percaya bahwa hal ini adalah benar, dia mengambil dan menera timbangan yang dipergunakan setiap hari untuk menjual beras. Ternyata memang benar berat 1 kg-nya sama dengan 16,5 kati. Pemilik tua itu tercengang kaget, dia tidak mengatakan sepatah katapun, dengan perlahan-lahan berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Keesokan pagi setelah sarapan pagi, tepat pada awal tahun baru tanggal satu, pemilik tua mengumpulkan seluruh anggota keluarga, sambil melepaskan kunci kasir yang terikat di pinggangnya ia berkata, ¡§Saya sudah tua, sudah tidak berguna. Kemarin semalaman saya telah mempertimbangkan, memutuskan mulai saat ini, menyerahkan kendali toko ini kepada menantu saya yang keempat, dikemudian hari, kita semua orang mematuhi kehendak dia!¡¨
Semua orang bagai sebuah timbangan, dengan timpang sebelah (tidak jujur), orang lain akan dapat melihatnya dengan sangat jelas. Berdagang yang diutamakan adalah ¡¥kejujuran¡¦, dan sebagai manusia bukankah kita juga harus demikian?
