Romantis! Lelaki Ini Nikahi Wanita yang Mendonorkan Ginjal Untuknya
Indiana , Datangnya cinta memang tak bisa diduga-duga. Seperti yang dialami Chelsea Claire (26). Setelah mendonorkan ginjalnya kepada pria bernama Kyle Froelich (23), Chelsea pun dipersunting Kyle tiga tahun setelah melakukan transplantasi ginjal.
Dilansir news.com.au, Chelsea dan Kyle bertemu di sebuah pameran mobil tahun 2009 saat Chelsea berusia 22 tahun dan Kyle 19 tahun. Chelsea adalah senior Kyle saat di SMA. Dari temannya, Chelsea mendengar bahwa Kyle menderita penyakit ginjal kronis yang membuatnya butuh transplantasi ginjal.
Padahal, Chelsea tidak pernah mengenal Kyle sebelumnya. Namun, ia berjanji akan memberi Kyle salah satu ginjalnya. Keluarga dan teman-teman sempat meminta Chelsea mempertimbangkan keputusannya lagi tapi Chelsea tetap kekeuh ingin mendonorkan ginjalnya.
"Keluargaku sempat khawatir dengan keputusanku. Aku juga sempat beradu pendapat dengan ibu. Bahkan, mereka berkata padaku, Chelsea, kau tidak cukup hanya pergi ke Wal-Mart lantas bisa membeli ginjal," kata Chelsea menirukan perkataan keluarganya.
Namun, Chelsea memiliki argumen di balik itu semua. Dia tidak tega pada Kyle dan tak ingin sesuatu yang pernah terjadi pada ayahnya, terulang pada orang lain. Ayah Chelsea meninggal sebelum menemukan donor untuk transplantasi sumsum tulang.
Setelah ginjal Chelsea ditranplantasikan kepada Kyle, kondisi Kyle mulai membaik karena ginjal Chelsea bisa segera beradaptasi dan bekerja di tubuh Kyle. Pasangan ini menikah pada 12 Oktober lalu di Danville Conservation Club, tempat diselenggarakannya pameran mobil di mana mereka pertama bertemu.
Chelsea mempunyai putri bernama Aby (6) dari pernikahan sebelumnya dan kini ia sudah memiliki anak berusia 11 bulan hasil buah cintanya dengan Kyle. Di Amerika Serikat, menurut Organ Procurement and Transplantation Network, tahun ini ada 3.439 transplantasi ginjal dari donor hidup dan 4.785 dari donor yang meninggal. Sementara itu, ada 110.000 pasien di daftar tunggu untuk mendapatkan ginjal baru.
Membangun nilai sepahit apapun pengalaman hidup
Selamat jalan Ny Siauw Giok Bie.
INDONESIA: TAN KIEP NIO – NY. SIAUW GIOK BIE 23 JANUARI 1919 - 18 Juli 2013 Tan Kiep Nio, lahir di Kraksaan pada tanggal 23 Januari 1919, tapi besar di Madura sehingga cukup terkenal sebagai orang “Madura” di Kota Malang. Ia-pun cukup terkenal dalam komunitas Indonesia di kota Koln, Jerman. Ia meninggal dengan tenang pada usia 94 lebih, dikelilingi oleh kedua putri-nya, Ting Ling dan Ting Lan, di kota Miami, Amerika Serikat, pada pukul 1:30 pagi 18 Juli 2013. Pada hari ini di kota Miami, jenazahnya dilihat untuk terakhir kalinya oleh para anak, cucu, buyut dan kerabat dekat. Pada tanggal 24 Juli yad, ia akan dikremasi.
Tulisan ini dibuat untuk mengenang Tan Kiep Nio yang kehidupan panjangnya diwarnai oleh banyak kejadian dan perbuatan baik yang patut diangkat sebagai peringatan membangun untuk keluarga yang ditinggal, terutama keturunan dan generasi mendatang.
Tan Kiep Nio tumbuh dalam sebuah keluarga peranakan Tionghoa di Madura dan kemudian pindah ke Surabaya. Sejak usia 9 thaun ia sudah yatim piatu dan besar di bawah asuhan para kakaknya. Karakter kuat dan industrialis nampak sejak ia remaja. Tanpa pendidikan formal, ia tumbuh sebagai seorang yang trampil dalam berbagai bidang, termasuk pangkas rambut dan masakan. Ketrampilan yang memainkan peranan di kehidupannya.
Keramahan dan kecantikannya membuat Kiep, demikian ia dikenal di antara para temannya, populer. Salah satu pemuda yang giat mengecannya adalah Siauw Giok Bie, jagoan yang cukup terkenal dari daerah Kapasan, Surabaya. Ada lagi seorang pemuda Tionghoa yang sudah menjadi dokter, yang juga giat mengejar Kiep. Para kakak Kiep cenderung menganjurkannya untuk menikahi si dokter. Giok Bie, yang dikenal brandalan, dianggap kedua orang tua Kiep, tidak akan membuat hidup Kiep tenang dan mapan.
Akan tetapi sikap maha berani dan sikap selalu siap membela kawan Giok Bie akhirnya membuat Kiep memilihnya sebagai suami.
Terkaan para kakak Kiep ternyata tidak meleset. Kiep, dalam hidupnya, tidak bisa 100% bersandar ke suaminya untuk hidup mapan dan tenang. Bukan karena semata-mata kebrandalan, tetapi karena pilihan hidup Giok Bie dan sepak terjangnya. Siauw Giok Bie, adik Siauw Giok Tjhan, seorang tokoh politik peranakan Tionghoa, kemudian berkecimpung dalam bidang politik pula. Kakak beradik Siauw ini aktif berkecimpung dalam kegiatan perjuangan kemerdekaan Indonesia dan setelah kemerdekaan diproklamasikan, aktif dalam kegiatan mempertahankan kemerdekaan. Kegiatan yang oleh komunitas Tionghoa dianggap honghiam – berbahaya dan merugikan keluarga.
Di zaman pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan, 1942-1947, keluarga Siauw Giok Tjhan dan keluarga Siauw Giok Bie tinggal bersama di jalan kayu Tangan, Malang.
Keluarga Siauw Giok Tjhan mengikutsertakan empat anak kandung dan tiga adik ipar. Keluarga Siauw Giok Bie mengikutsertakan tiga anak kandung. Kedua Siauw bersaudara lebih banyak menghabiskan waktunya berpolitik. Rumah kediaman di Kayu Tangan kerap dijadikan sarang di mana tokoh-tokoh politik nasional bertemu dan menginap. Di antaranya, Tan Ling Djie, Tjoa Sik Ien, Alimin, Norola, Sukarni, Adam Malik dan Mursalin.
Bagaimana kedua keluarga itu bertahan untuk hidup dan para anak-anak bisa sekolah? Tan Kiep Nio-lah yang paling berperan. Ia membuka kapsalon dan cafe sederhana, yang ia namakan the Cosy Corner. Kedua usaha ini cukup berhasil dan bukan saja mampu mengongkosi penghidupan kedua keluarga yang cukup besar tetapi juga membantu banyak pekerja muda.
Keramahan dan kemurahan hati Tan Kiep Nio tampak jelas dari fase hidup ini. Ia selalu siap membantu orang yang kesusahan. Manifestasi sikap: uang selalu bisa dicari, oleh karena itu kalau ada harus dikeluarkan untuk hal-hal yang penting dan berdermawan , nampak dari tindak tanduknya.
Ia tanpa pamrih mendukung kegiatan politik suami dan iparnya.
Di awal kemerdekaan, Angkatan Muda Tionghoa dan Palang Biru yang dipimpin oleh Siauw Giok Bie banyak berjasa. Tan Kiep Nio memainkan peranan dalam berbagai kegiatan ini.
Setelah kemerdekaan terkonsolidasi dan Siauw Giok Tjhan dengan beberapa kawan politiknya mendirikan Baperki – Badan Permusyawaratan Kewarganageraan Indonesia pada tahun 1954, Siauw Giok Bie segera aktif mengembangkan cabang Jawa Timur, sehingga ia-pun diangkat sebagai ketua Baperki Jawa Timur. Ia-pun aktif sebagai ketua Gaperon – Gabungan Perusahaan Rokok Nasional, ketua Ang Hien Ho, wakil ketua Persahabatan Tiongkok Indonesia cabang Jawa Timur dan menjadi anggota DPRD Jawa Timur, sebagai wakil Baperki.
Kesemuanya ini bisa dilakukan dengan baik oleh Siauw Giok Bie, karena ia ber-isteri Tan Kiep Nio. Semua kebutuhan hidup keluarga (lima anak) ditanggung oleh Kiep yang sangat trampil dalam bidang yang dikenal sebagai Ceng-kauw, sistem jual beli berlian/perhiasan.
Ketrampilannya dalam bidang ini membawa posisi keluarga Siauw cukup mapan. Tidak mewah, tetapi serba kecukupan. Akan tetapi keberhasilan tidak mengubah sikap Kiep. Ia tetap murah hati dan ringan tangan. Teman dan keluarga yang kesusahan sering dibantunya.
Keluarga Siauw Giok Tjhan, seorang full-time politician, yang kecil penghasilannya, kerap dibantu oleh Kiep. Anak-anak Siauw Giok Tjhan mengenang
bagaimana kalau Kiep datang ke Jakarta dari Malang, mereka memperoleh pakaian dan sepatu baru. Dan diajak makan di tempat-tempat yang jarang dikunjungi mereka, karena keterbatasan penghasilan Siauw Giok Tjhan.
Ternyata, bukan anak-anak Siauw Giok Tjhan saja yang menerima kemurahan hati Kiep. Banyak anak-anak keluarga lain dan para teman Kiep-pun merasakan kebaikan hati Kiep.
Ketika situasi politik berubah pada akhir tahun 1965, Baperki dibubarkan dan para tokohnya masuk penjara selama 12 tahun, termasuk Siauw Giok Tjhan dan Siauw Giok Bie.
Hubungan baik Kiep mengikut sertakan tokoh-tokoh militer yang berpengaruh. Hubungan inilah yang menyelamatkan Siauw Giok Bie. Ia tidak masuk dalam daftar yang harus di “bon” dan kemudian hilang pada tahun 1965-1966. Ia tidak masuk dalam daftar Tapol yang dibuang ke pulau Buru pada tahun 1969-1971. Dan ia tidak pernah mengalami siksaan fisik.
Kemampuan Kiep untuk berdagang tetap berjalan di zaman Orde Baru yang sangat menekan keluarga para tapol. Ia bukan saja bisa menghidupkan keluarganya, menyekolahkan anak-anaknya dan mengirim makanan ke penjara, ia bahkan mampu mengirim anak-anaknya belajar ke Eropa. Semua dilakukan sendiri – single-handedly....Dalam situasi seperti itu, Kiep tetap tidak berubah. Ia tetap murah hati dan ringan tangan. Apabila bisa membantu, ia tetap membantu para teman dekatnya.
Setelah Siauw Giok Bie bebas pada tahun 1978, Kiep dan keluarga memutuskan untuk hidup di Koln, Jerman. Dengan bantuan anaknya, Ting Lian, Kiep menjalankan restoran Indonesia yang dinamakan Bali.
Di Koln, Kiep lagi-lagi menunjukkan kemurahan hati dan keramahannya. Para cucu-nya semua mengenang bagaimana Kiep selalu menyediakan waktu dan uang untuk membelikan para cucunya mainan, pakaian dan tentunya makanan yang disukainya.
Setiap tamu dari luar Jerman datang, ia selalu antusias menyiapkan makanan. Dan masakan Kiep tentunya terkenal lezat.
Yang paling menonjol dalam kehidupan di luar Indonesia, walaupun pernah mengalami persekusi politik berat, ia tidak memilki dendam. Ia damai dengan apa yang ia alami di hidupnya.
Pengalaman pahit getir diterimanya sebagai bagian dari penghidupan. Ia tidak menyesal bahkan sangat bangga pernah berperan dalam perkembangan Baperki yang dianggapnya sangat berjasa dalam sejarah Indonesia. Putranya Tiong Gie kerap menyatakan bahwa sikap positif membangun ini hendaknya
dijadikan teladan hidup semua anak dan cucu Kiep.
Ketabahan dan sikap damai ini-lah rupanya yang menyebabkan Kiep sanggup melewati berbagai masa krisis di Jerman dan Amerika, di mana ia berdomisili sejak tahun 2000. Sebelas tahun pertama dengan putrinya, Ting Soan di Los Angeles, dan dua tahun terakhir dengan putri sulungnya, Ting Ling di Miami.
Kesenangannya adalah masak. Hingga ia berusia 90 tahun, ia masih bisa menyediakan masakan-masakan lezatnya. Bilamana ada tamu dari jauh datang, ia
tetap antusias menyiapkan dan menghidangkannya. Dan ia selalu bersemangat bercerita tentang kegiatan-kegiatan politik Baperki dan pengalaman pahit sebagai pihak yang dipersekusi di zaman Orde Baru. Pengalaman yang disampaikan dengan sikap membangun dan damai.
Walaupun penghidupan di Amerika dilaluinya dengan berbagai komplikasi kesehatan, termasuk pencucian darah secara rutin, ia selalu tabah. Para dokter dan juru rawat yang merawatnya selalu kagum akan semangat hidup dan keuletan Kiep. Walaupun sakit dan terkadang lemah, ia tidak pernah manja. Sampai saat-saat terakhir bisa menjalankan berbagai hal sendiri.
Ia menghembuskan napas terakhirnya minggu lalu. Tapi ia lalui tanpa merepotkan orang-orang disekitarnya.
Meninggal dengan tenang dan dignified.
Kita semua kehilangan seorang Srikandi yang patut dijadikan teladan dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup, dalam bersikap membangun nilai sepahit apapun pengalaman hidup dan dalam bermurah hati kepada sesamanya.
Selamat Jalan Tan Kiep Nio yang tercinta.
Keponakan yang senantiasa mengenang kebaikan dan kehangatan Tan Kiep Nio: Siauw Tiong Djin
INDONESIA: TAN KIEP NIO – NY. SIAUW GIOK BIE 23 JANUARI 1919 - 18 Juli 2013 Tan Kiep Nio, lahir di Kraksaan pada tanggal 23 Januari 1919, tapi besar di Madura sehingga cukup terkenal sebagai orang “Madura” di Kota Malang. Ia-pun cukup terkenal dalam komunitas Indonesia di kota Koln, Jerman. Ia meninggal dengan tenang pada usia 94 lebih, dikelilingi oleh kedua putri-nya, Ting Ling dan Ting Lan, di kota Miami, Amerika Serikat, pada pukul 1:30 pagi 18 Juli 2013. Pada hari ini di kota Miami, jenazahnya dilihat untuk terakhir kalinya oleh para anak, cucu, buyut dan kerabat dekat. Pada tanggal 24 Juli yad, ia akan dikremasi.
Tulisan ini dibuat untuk mengenang Tan Kiep Nio yang kehidupan panjangnya diwarnai oleh banyak kejadian dan perbuatan baik yang patut diangkat sebagai peringatan membangun untuk keluarga yang ditinggal, terutama keturunan dan generasi mendatang.
Tan Kiep Nio tumbuh dalam sebuah keluarga peranakan Tionghoa di Madura dan kemudian pindah ke Surabaya. Sejak usia 9 thaun ia sudah yatim piatu dan besar di bawah asuhan para kakaknya. Karakter kuat dan industrialis nampak sejak ia remaja. Tanpa pendidikan formal, ia tumbuh sebagai seorang yang trampil dalam berbagai bidang, termasuk pangkas rambut dan masakan. Ketrampilan yang memainkan peranan di kehidupannya.
Keramahan dan kecantikannya membuat Kiep, demikian ia dikenal di antara para temannya, populer. Salah satu pemuda yang giat mengecannya adalah Siauw Giok Bie, jagoan yang cukup terkenal dari daerah Kapasan, Surabaya. Ada lagi seorang pemuda Tionghoa yang sudah menjadi dokter, yang juga giat mengejar Kiep. Para kakak Kiep cenderung menganjurkannya untuk menikahi si dokter. Giok Bie, yang dikenal brandalan, dianggap kedua orang tua Kiep, tidak akan membuat hidup Kiep tenang dan mapan.
Akan tetapi sikap maha berani dan sikap selalu siap membela kawan Giok Bie akhirnya membuat Kiep memilihnya sebagai suami.
Terkaan para kakak Kiep ternyata tidak meleset. Kiep, dalam hidupnya, tidak bisa 100% bersandar ke suaminya untuk hidup mapan dan tenang. Bukan karena semata-mata kebrandalan, tetapi karena pilihan hidup Giok Bie dan sepak terjangnya. Siauw Giok Bie, adik Siauw Giok Tjhan, seorang tokoh politik peranakan Tionghoa, kemudian berkecimpung dalam bidang politik pula. Kakak beradik Siauw ini aktif berkecimpung dalam kegiatan perjuangan kemerdekaan Indonesia dan setelah kemerdekaan diproklamasikan, aktif dalam kegiatan mempertahankan kemerdekaan. Kegiatan yang oleh komunitas Tionghoa dianggap honghiam – berbahaya dan merugikan keluarga.
Di zaman pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan, 1942-1947, keluarga Siauw Giok Tjhan dan keluarga Siauw Giok Bie tinggal bersama di jalan kayu Tangan, Malang.
Keluarga Siauw Giok Tjhan mengikutsertakan empat anak kandung dan tiga adik ipar. Keluarga Siauw Giok Bie mengikutsertakan tiga anak kandung. Kedua Siauw bersaudara lebih banyak menghabiskan waktunya berpolitik. Rumah kediaman di Kayu Tangan kerap dijadikan sarang di mana tokoh-tokoh politik nasional bertemu dan menginap. Di antaranya, Tan Ling Djie, Tjoa Sik Ien, Alimin, Norola, Sukarni, Adam Malik dan Mursalin.
Bagaimana kedua keluarga itu bertahan untuk hidup dan para anak-anak bisa sekolah? Tan Kiep Nio-lah yang paling berperan. Ia membuka kapsalon dan cafe sederhana, yang ia namakan the Cosy Corner. Kedua usaha ini cukup berhasil dan bukan saja mampu mengongkosi penghidupan kedua keluarga yang cukup besar tetapi juga membantu banyak pekerja muda.
Keramahan dan kemurahan hati Tan Kiep Nio tampak jelas dari fase hidup ini. Ia selalu siap membantu orang yang kesusahan. Manifestasi sikap: uang selalu bisa dicari, oleh karena itu kalau ada harus dikeluarkan untuk hal-hal yang penting dan berdermawan , nampak dari tindak tanduknya.
Ia tanpa pamrih mendukung kegiatan politik suami dan iparnya.
Di awal kemerdekaan, Angkatan Muda Tionghoa dan Palang Biru yang dipimpin oleh Siauw Giok Bie banyak berjasa. Tan Kiep Nio memainkan peranan dalam berbagai kegiatan ini.
Setelah kemerdekaan terkonsolidasi dan Siauw Giok Tjhan dengan beberapa kawan politiknya mendirikan Baperki – Badan Permusyawaratan Kewarganageraan Indonesia pada tahun 1954, Siauw Giok Bie segera aktif mengembangkan cabang Jawa Timur, sehingga ia-pun diangkat sebagai ketua Baperki Jawa Timur. Ia-pun aktif sebagai ketua Gaperon – Gabungan Perusahaan Rokok Nasional, ketua Ang Hien Ho, wakil ketua Persahabatan Tiongkok Indonesia cabang Jawa Timur dan menjadi anggota DPRD Jawa Timur, sebagai wakil Baperki.
Kesemuanya ini bisa dilakukan dengan baik oleh Siauw Giok Bie, karena ia ber-isteri Tan Kiep Nio. Semua kebutuhan hidup keluarga (lima anak) ditanggung oleh Kiep yang sangat trampil dalam bidang yang dikenal sebagai Ceng-kauw, sistem jual beli berlian/perhiasan.
Ketrampilannya dalam bidang ini membawa posisi keluarga Siauw cukup mapan. Tidak mewah, tetapi serba kecukupan. Akan tetapi keberhasilan tidak mengubah sikap Kiep. Ia tetap murah hati dan ringan tangan. Teman dan keluarga yang kesusahan sering dibantunya.
Keluarga Siauw Giok Tjhan, seorang full-time politician, yang kecil penghasilannya, kerap dibantu oleh Kiep. Anak-anak Siauw Giok Tjhan mengenang
bagaimana kalau Kiep datang ke Jakarta dari Malang, mereka memperoleh pakaian dan sepatu baru. Dan diajak makan di tempat-tempat yang jarang dikunjungi mereka, karena keterbatasan penghasilan Siauw Giok Tjhan.
Ternyata, bukan anak-anak Siauw Giok Tjhan saja yang menerima kemurahan hati Kiep. Banyak anak-anak keluarga lain dan para teman Kiep-pun merasakan kebaikan hati Kiep.
Ketika situasi politik berubah pada akhir tahun 1965, Baperki dibubarkan dan para tokohnya masuk penjara selama 12 tahun, termasuk Siauw Giok Tjhan dan Siauw Giok Bie.
Hubungan baik Kiep mengikut sertakan tokoh-tokoh militer yang berpengaruh. Hubungan inilah yang menyelamatkan Siauw Giok Bie. Ia tidak masuk dalam daftar yang harus di “bon” dan kemudian hilang pada tahun 1965-1966. Ia tidak masuk dalam daftar Tapol yang dibuang ke pulau Buru pada tahun 1969-1971. Dan ia tidak pernah mengalami siksaan fisik.
Kemampuan Kiep untuk berdagang tetap berjalan di zaman Orde Baru yang sangat menekan keluarga para tapol. Ia bukan saja bisa menghidupkan keluarganya, menyekolahkan anak-anaknya dan mengirim makanan ke penjara, ia bahkan mampu mengirim anak-anaknya belajar ke Eropa. Semua dilakukan sendiri – single-handedly....Dalam situasi seperti itu, Kiep tetap tidak berubah. Ia tetap murah hati dan ringan tangan. Apabila bisa membantu, ia tetap membantu para teman dekatnya.
Setelah Siauw Giok Bie bebas pada tahun 1978, Kiep dan keluarga memutuskan untuk hidup di Koln, Jerman. Dengan bantuan anaknya, Ting Lian, Kiep menjalankan restoran Indonesia yang dinamakan Bali.
Di Koln, Kiep lagi-lagi menunjukkan kemurahan hati dan keramahannya. Para cucu-nya semua mengenang bagaimana Kiep selalu menyediakan waktu dan uang untuk membelikan para cucunya mainan, pakaian dan tentunya makanan yang disukainya.
Setiap tamu dari luar Jerman datang, ia selalu antusias menyiapkan makanan. Dan masakan Kiep tentunya terkenal lezat.
Yang paling menonjol dalam kehidupan di luar Indonesia, walaupun pernah mengalami persekusi politik berat, ia tidak memilki dendam. Ia damai dengan apa yang ia alami di hidupnya.
Pengalaman pahit getir diterimanya sebagai bagian dari penghidupan. Ia tidak menyesal bahkan sangat bangga pernah berperan dalam perkembangan Baperki yang dianggapnya sangat berjasa dalam sejarah Indonesia. Putranya Tiong Gie kerap menyatakan bahwa sikap positif membangun ini hendaknya
dijadikan teladan hidup semua anak dan cucu Kiep.
Ketabahan dan sikap damai ini-lah rupanya yang menyebabkan Kiep sanggup melewati berbagai masa krisis di Jerman dan Amerika, di mana ia berdomisili sejak tahun 2000. Sebelas tahun pertama dengan putrinya, Ting Soan di Los Angeles, dan dua tahun terakhir dengan putri sulungnya, Ting Ling di Miami.
Kesenangannya adalah masak. Hingga ia berusia 90 tahun, ia masih bisa menyediakan masakan-masakan lezatnya. Bilamana ada tamu dari jauh datang, ia
tetap antusias menyiapkan dan menghidangkannya. Dan ia selalu bersemangat bercerita tentang kegiatan-kegiatan politik Baperki dan pengalaman pahit sebagai pihak yang dipersekusi di zaman Orde Baru. Pengalaman yang disampaikan dengan sikap membangun dan damai.
Walaupun penghidupan di Amerika dilaluinya dengan berbagai komplikasi kesehatan, termasuk pencucian darah secara rutin, ia selalu tabah. Para dokter dan juru rawat yang merawatnya selalu kagum akan semangat hidup dan keuletan Kiep. Walaupun sakit dan terkadang lemah, ia tidak pernah manja. Sampai saat-saat terakhir bisa menjalankan berbagai hal sendiri.
Ia menghembuskan napas terakhirnya minggu lalu. Tapi ia lalui tanpa merepotkan orang-orang disekitarnya.
Meninggal dengan tenang dan dignified.
Kita semua kehilangan seorang Srikandi yang patut dijadikan teladan dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup, dalam bersikap membangun nilai sepahit apapun pengalaman hidup dan dalam bermurah hati kepada sesamanya.
Selamat Jalan Tan Kiep Nio yang tercinta.
Keponakan yang senantiasa mengenang kebaikan dan kehangatan Tan Kiep Nio: Siauw Tiong Djin
Jagalah Mimpi Besarmu
Kita semua mempunyai mimpi, berapapun usia kita. Ingin menjadi petugas pemadam kebakaran, seorang putri, orangtua, direktur, gembala sidang dari sebuah gereja yang besar, seorang pensiunan yang bisa bersenang-senang, atau siapapun yang kita inginkan. Tapi, di dalam kehidupan sejak kita di rahim sampai ada di kuburan, mimpi itu dapat mati.
Di dalam Perjanjian Lama diceritakan tentang Yusuf yang bermimpi menjadi pemimpin yang besar sampai-sampai orangtua dan saudara-saudaranya berlutut di hadapannya. Sebelum dia menyadari mimpi itu dapat diwujudkan, saudara-saudaranya yang iri itu menjualnya ke Mesir. Di sana, bisa jadi Yusuf menyerah dan tidak lagi berusaha mewujudkan mimpinya. Bisa jadi dia tidak mau menjadi orang yang mengartikan mimpi juru roti dan juru minum karena dia tidak peduli pada sekelilingnya lagi. Tapi itu tidak dia lakukan.
Sejak Tuhan memberikan mimpi itu ke dalam hati kita melalui keinginan yang luar biasa, Dia menginginkan agar mimpi itu dapat kita wujudkan sampai menjadi sesuatu yang signifikan. Untuk mewujudkannya, sama seperti mimpi Yusuf, kita perlu memperbaiki diri kita agar mimpi yang kita punya itu jernih adanya.
Sebelum dijual, Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya (Kej 37:2) dan menyombongkan dirinya dengan menceritakan bahwa mereka akan menyembahnya. Yusuf akhirnya harus kehilangan segalanya. Bukan mimpinya yang salah, tapi sikap dari Yusuf yang salah. Para pemimpi perlu kerja keras untuk mewujudkan mimpi ini.
Namun meskipun begitu, seberapa menyakitkannya kejadian yang kita alami selama ini, tidak akan sia-sia di dalam rencana Tuhan. Tuhan tetap bisa pakai segala kejadian yang buruk di dalam hidup kita agar mimpi itu bisa terwujud. Akhirnya, setelah 13 tahun berlalu, mimpi Yusuf bisa terwujud. Setelah ‘digembleng’, Yusuf menjadi orang nomor dua di Mesir.
Mimpi Yusuf benar-benar terbukti. Di dalam Kejadian 50:18-20, saudara-saudaranya dengan menunduk dan hormat kepadanya, mengatakan bahwa mereka adalah budaknya. Namun, apa kata Yusuf waktu itu? “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”
Dapatkah Anda lihat betapa berbedanya sikap Yusuf setelah digembleng selama belasan tahun? Dia tahu betul kenapa dia mengalami kejadian yang tidak mengenakkan dalam perjalanan hidupnya. Dia tidak menyombongkan diri dan berkata, “Aku bilang juga apa, kalian pasti menyembahku”. Tapi dia tahu betul mimpinya itu setelah dia menjadi orang nomor dua di Mesir. Tanpa mimpi dan penderitaan yang dialami Yusuf, mungkin kelaparan akan menghabiskan bangsa yang besar itu. Itulah mimpi besar!
Saat ini, kita tidak tahu mimpi seperti apa yang kita punyai atau mungkin kita mengalami penderitaan yang panjang tanpa kita mengerti mengapa itu harus terjadi. Tapi marilah kita belajar merendahkan diri kita di hadapan Tuhan dan mencari tahu mimpi apa yang sudah Dia siapkan untuk kita. Biarlah hidup kita dipakai untuk kemuliaan nama-Nya semata.
Di dalam Perjanjian Lama diceritakan tentang Yusuf yang bermimpi menjadi pemimpin yang besar sampai-sampai orangtua dan saudara-saudaranya berlutut di hadapannya. Sebelum dia menyadari mimpi itu dapat diwujudkan, saudara-saudaranya yang iri itu menjualnya ke Mesir. Di sana, bisa jadi Yusuf menyerah dan tidak lagi berusaha mewujudkan mimpinya. Bisa jadi dia tidak mau menjadi orang yang mengartikan mimpi juru roti dan juru minum karena dia tidak peduli pada sekelilingnya lagi. Tapi itu tidak dia lakukan.
Sejak Tuhan memberikan mimpi itu ke dalam hati kita melalui keinginan yang luar biasa, Dia menginginkan agar mimpi itu dapat kita wujudkan sampai menjadi sesuatu yang signifikan. Untuk mewujudkannya, sama seperti mimpi Yusuf, kita perlu memperbaiki diri kita agar mimpi yang kita punya itu jernih adanya.
Sebelum dijual, Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya (Kej 37:2) dan menyombongkan dirinya dengan menceritakan bahwa mereka akan menyembahnya. Yusuf akhirnya harus kehilangan segalanya. Bukan mimpinya yang salah, tapi sikap dari Yusuf yang salah. Para pemimpi perlu kerja keras untuk mewujudkan mimpi ini.
Namun meskipun begitu, seberapa menyakitkannya kejadian yang kita alami selama ini, tidak akan sia-sia di dalam rencana Tuhan. Tuhan tetap bisa pakai segala kejadian yang buruk di dalam hidup kita agar mimpi itu bisa terwujud. Akhirnya, setelah 13 tahun berlalu, mimpi Yusuf bisa terwujud. Setelah ‘digembleng’, Yusuf menjadi orang nomor dua di Mesir.
Mimpi Yusuf benar-benar terbukti. Di dalam Kejadian 50:18-20, saudara-saudaranya dengan menunduk dan hormat kepadanya, mengatakan bahwa mereka adalah budaknya. Namun, apa kata Yusuf waktu itu? “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”
Dapatkah Anda lihat betapa berbedanya sikap Yusuf setelah digembleng selama belasan tahun? Dia tahu betul kenapa dia mengalami kejadian yang tidak mengenakkan dalam perjalanan hidupnya. Dia tidak menyombongkan diri dan berkata, “Aku bilang juga apa, kalian pasti menyembahku”. Tapi dia tahu betul mimpinya itu setelah dia menjadi orang nomor dua di Mesir. Tanpa mimpi dan penderitaan yang dialami Yusuf, mungkin kelaparan akan menghabiskan bangsa yang besar itu. Itulah mimpi besar!
Saat ini, kita tidak tahu mimpi seperti apa yang kita punyai atau mungkin kita mengalami penderitaan yang panjang tanpa kita mengerti mengapa itu harus terjadi. Tapi marilah kita belajar merendahkan diri kita di hadapan Tuhan dan mencari tahu mimpi apa yang sudah Dia siapkan untuk kita. Biarlah hidup kita dipakai untuk kemuliaan nama-Nya semata.
Berkat Bisnis Perhiasan, Remaja 17 Tahun Ini Sudah Jadi Miliuner
Jakarta - Berawal dari mimpi memiliki sebuah mobil bekas, remaja 17 tahun ini malah menjadi seorang miliuner. Wow, bagaimana bisa?
Bernama Isabella Weems, gadis yang kerap disapa Bella itu awalnya ingin mendapatkan mobil sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-16. Namun kedua orangtuanya, Crissy dan Warren, mengatakan pada Bella bahwa dirinya harus bisa menghasilkan uang sendiri dengan mulai berbisnis. Sejak itulah remaja asal Arizona, Amerika Serikat itu mulai melakukan penelitian dan mencari ide.
Seperti dikutip dari Forbes, Bella yang saat itu masih berusia 14 tahun akhirnya menemukan ide cemerlang. Ia mengkreasikan liontin menjadi aksesori cantik dan memulai membuka bisnis yang diberinama 'Origami Owl'.
Modal yang ia keluarkan saat itu sebesar US$ 350 atau sekitar Rp 3,9 juta. Bukan uang dari orangtuanya, tapi Bella dapat dari hasil ia bekerja sebagai baby sitter.
Agar bisa mendapatkan pembeli, remaja cantik itu memanfaatkan jaringan teman-temannya. Bella mulai menjual produknya di pesta-pesta pribadi yang digelar di rumah, butik, maupun acara perhiasan. Bisnis ini pun dilakukan Bella untuk menarik para pedagang yang ingin menjual produk dari Origami Owl (sebagai reseller) atau calon pengusaha yang tertarik untuk mendapat pendapatan lebih.
Namun di tahun 2010, remaja berambut pirang itu akhirnya membuka toko pribadi di sebuah mal di Arizona. Sejak saat itu, Origami Owl sukses meraih pendapatan sebesar US$ 280.000 atau sekitar Rp 3,1 miliar.
Belum sampai di situ saja. Di tahun 2012, Origami Owl berhasil meraih pendapatan hingga US$ 24 juta atau sekitar Rp 269,7 miliar. Bahkan, Bella memprediksi pendapatannya itu mencapai US$ 250 juta atau setara dengan Rp 2,8 triliun. Angka yang fantastis!
Bella tidak sendiri dalam menjalani bisnis itu. Ia dibantu oleh setidaknya 50.887 desainer perhiasan. Selain itu, Bella dibantu oleh sang ibunda, pamannya, John Weems dan Jeff Reinhart, serta tantenya, Jessica Reinhart. Adapun Robin Crossman yang menjabat sebagai CEO.
Saat ini peran Bella dalam bisnisnya yaitu melakukan pendekatan praktis untuk mengontrol usahanya. Sepulang dari sekolah, ia mengunjungi kantor Origami Owl untuk membantu beberapa hal. Kemudian saat musim panas, Bella akan menghabiskan waktu di setiap departemen perusahaan.
"Ia sangat aktif berpartisipasi. Tetapi kami ingin ia tetap memiliki hidup yang normal. Dan memiliki kesempatan untuk kuliah," ujar Robin.
Di sisi lain, impian Bella memiliki mobil sendiri akhirnya terwujud. Tahun 2012 silam, akhirnya ia membeli Jeep berwarna putih yang diberi nama Alice.
Bernama Isabella Weems, gadis yang kerap disapa Bella itu awalnya ingin mendapatkan mobil sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-16. Namun kedua orangtuanya, Crissy dan Warren, mengatakan pada Bella bahwa dirinya harus bisa menghasilkan uang sendiri dengan mulai berbisnis. Sejak itulah remaja asal Arizona, Amerika Serikat itu mulai melakukan penelitian dan mencari ide.
Seperti dikutip dari Forbes, Bella yang saat itu masih berusia 14 tahun akhirnya menemukan ide cemerlang. Ia mengkreasikan liontin menjadi aksesori cantik dan memulai membuka bisnis yang diberinama 'Origami Owl'.
Modal yang ia keluarkan saat itu sebesar US$ 350 atau sekitar Rp 3,9 juta. Bukan uang dari orangtuanya, tapi Bella dapat dari hasil ia bekerja sebagai baby sitter.
Agar bisa mendapatkan pembeli, remaja cantik itu memanfaatkan jaringan teman-temannya. Bella mulai menjual produknya di pesta-pesta pribadi yang digelar di rumah, butik, maupun acara perhiasan. Bisnis ini pun dilakukan Bella untuk menarik para pedagang yang ingin menjual produk dari Origami Owl (sebagai reseller) atau calon pengusaha yang tertarik untuk mendapat pendapatan lebih.
Namun di tahun 2010, remaja berambut pirang itu akhirnya membuka toko pribadi di sebuah mal di Arizona. Sejak saat itu, Origami Owl sukses meraih pendapatan sebesar US$ 280.000 atau sekitar Rp 3,1 miliar.
Belum sampai di situ saja. Di tahun 2012, Origami Owl berhasil meraih pendapatan hingga US$ 24 juta atau sekitar Rp 269,7 miliar. Bahkan, Bella memprediksi pendapatannya itu mencapai US$ 250 juta atau setara dengan Rp 2,8 triliun. Angka yang fantastis!
Bella tidak sendiri dalam menjalani bisnis itu. Ia dibantu oleh setidaknya 50.887 desainer perhiasan. Selain itu, Bella dibantu oleh sang ibunda, pamannya, John Weems dan Jeff Reinhart, serta tantenya, Jessica Reinhart. Adapun Robin Crossman yang menjabat sebagai CEO.
Saat ini peran Bella dalam bisnisnya yaitu melakukan pendekatan praktis untuk mengontrol usahanya. Sepulang dari sekolah, ia mengunjungi kantor Origami Owl untuk membantu beberapa hal. Kemudian saat musim panas, Bella akan menghabiskan waktu di setiap departemen perusahaan.
"Ia sangat aktif berpartisipasi. Tetapi kami ingin ia tetap memiliki hidup yang normal. Dan memiliki kesempatan untuk kuliah," ujar Robin.
Di sisi lain, impian Bella memiliki mobil sendiri akhirnya terwujud. Tahun 2012 silam, akhirnya ia membeli Jeep berwarna putih yang diberi nama Alice.
Pelukis yang suka ikut bergerilya melawan penjajah
Pahlawan Oei Ing Tien Telah Wafat
Malang, Tiga tembakan salvo menandai prosesi pemakaman ala militer bagi Indra Slamet Santosa yang terlahir dengan nama Oei Ing Tien, dengan jabatan terakhir sebagai Komisaris Utama Malang Post. Jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Suropati, jalan Veteran, Malang. Indra Slamet, adalah pahlawan bagi Negara, memiliki tanda kehormatan Satyalencana I dan II, dan tanda kehormatan veteran RI bintang gerilya.
Prosesi pemakaman dipimpin oleh Komandan Upacara Letda Sugik dari Armed 1/105 Singosari. Bertindak sebagai Inspektur Kapten Sunaryo Wahyu SH dari Kumdam V Brawijaya. “Bahwa Indra Slamet Santosa merupakan pejuang, yang memiliki Satyalancana l dan II veteran, serta bintang gerilya. Atas nama bangsa dan negara, TNI mempersembahkan kepada ibu pertiwi jasa almarhum,” teriak Sunaryo.
Pengebumian almarhum diawali prosesi oleh Romo Hari Pawanta. Kemudian dilakukan prosesi pelepasan burung merpati. Tembakan Salvo oleh pasukan kehormatan sekitar 34 personil Armed 1/105 Singosari untuk yang terakhir turut mengantar pengebumian, diikuti genderang sangkakala Peltu Hartoyo dan Kopka Sudarmanto. Jenazah kemudian masuk liang kubur diiringi lagu Gugur bunga dan amazing grace oleh eMeLGe Voice pimpinan Edi Pramono
Siapakah Oei Ing Tien ini ?
Pahlawan yang nyaris terlupakan ini adalah ayahanda dari Drs. Hariadi columnist Feng Shui di Indonesia Media yang sudah belasan tahun rajin mengisi artikel tentang Feng Shui dio majalah kesayangan anda, dan beberapa kali mengadakan ceramah tentang Feng Shui dan Pijat terapi, di Duarte Inn.
Oei Ing Tien dilahirkan di Semarang pada 22 Mei 1922, jadi usianya 91 tahun. Namun sesuai tradisi Tionghoa, orang tua sepuh yang sudah meninggal berhak ditambah umur sampai tiga tahun. Yakni satu tahun untuk Bumi, satu tahun untuk udara dan satu tahun untuk laut. Indra wafat 13 Agustus 2013 itu, ditulis berumur 93 tahun di Persemayaman yayasan Gotong Royong, demikian keterangan dari Putera tertuanya Drs. Hariadi (67) yang ahli Feng Shui, dan pemilik Rumah Makan Ringin Asri di Malang itu.
Mengapa tadi dikatakan pahlawan yang nyaris terlupakan ?
Pasalnya adalah kepahlawanannya baru terkuak saat almarhum sudah wafat. Karena selama ini Indra Slamet adalah orang yang low profile, tidak suka pencitraan, beliau memendam surat-surat sertifikat penghargaan. Sertiļ¬kat berupa tanda jasa pahlawan dikeluarkan oleh Panglima TNI Gutomo pada November 1955. Pertama, dia mendapatkan Satyalentjana dari Menteri Pertahanan Djuanda tertanggal 5 Oktober 1958, sebulan kemudian Presiden RI Soekarno, menganugerahkan Bintang Gerilya, tertanggal 10 November 1958., Kemudian pada tahun 1981, Indra menerima anugerah gelar kehormatan veteran pejuang kemerdekaan RI. Petikan surat keputusan gelar kehormatan ditujukan kepada“Oei Ing Tiem atau Indra Slamet Santosa di Jalan Oro-oro Dowo 2. Surat itu ditandatangani Laksamana TNI Sudomo selaku Wapangab atas nama Menteri Pertahanan.
Surat surat ini baru saja ditemukan dari lemarinya oleh anak-anaknya. Hal ini langsung dilaporkan ke Legiun Veteran RI, maka sontak urusan pemakaman yang sedianya akan di lakukan di TPU Sukun, diambil alih oleh Negara dan dialihkan ke Taman Makam Pahlawan Suropati. Pengambilalihan pemakaman oleh negara itu, ditegaskan Komandan Kodim 0833 Kota Malang, Letkol Inf. Gunawan Wijaya. "Melihat bintang jasanya seperti itu, sudah dipastikan almarhum bapak Indra Slamet Santosa adalah merah putih sejati,” tegas Dandim berapi-api.
Selama ini anak-anaknya hanya tahu bahwa ayahandanya melakukan perjuangan untuk kemerdekaan RI, tapi tidak sampai dihargai secara resmi oleh Negara. Dari Legiun Veteran memang diketahui bahwa Indra Slamet Santosa seorang tagger yang menuliskan “Merdeka atau Mati” ditembok dan pagar-pagar juga di gerbong-gerbong kereta dari Surabaya sampai Malang dan sekitarnya. Coretan-coretan propagandanya justru memicu semangat juang para pemuda untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Indra juga dikenal sebagai seorang pelukis yang suka ikut bergerilya melawan penjajah. Ternyata Indra juga turut andil dalam peristiwa November 1945 di Surabaya.
Setelah zaman merdeka perjalanan hidupnya menekuni pekerjaan sebagai wartawan Jawa Pos sejak 1954, Saat Kota Malang dipimpin Walikota Ebes Sugiyono, tahun 1966 ayahanda Drs Hariadi ini diangkat sebagai Kepala Departemen Penerangan Kota Malang. Sebagai PNS Indra pensiun sekitar tahun 1977 dan kembali aktif di dunia media cetak. Indra juga sempat menjabat jadi general manager (GM) Jawa Pos itu. Ayah empat anak yang pernah menjabat komisaris di majalah Liberti itu dikenal melalui tulisan Indra memberi semangat kepada warga Surabaya untuk mengusir penjajah.
Banyak handai taulan memberikan penghormatan terakhir diantaranya ; CEO Riau Pos H. Makmur SE Ak MM datang memberi penghormatan, Direktur Malang Post Juniarno D. Purwanto. Jajaran bos besar Jawa Pos. Antara lain Dorothea Eric Samola, Ratna Dewi Direktur Utama Jawa Pos Holding, Eddy Nugroho Direktur PT Jawa Pos Koran dan Andreas Didi Wakil Direktur PT Jawa Pos Koran, Pemred Malang Post, Sunavip Ra Indrata.
Indra meninggal di rumahnya jalan Taman Dieng V pada Selasa (13/ 8) sekitar pukul 06.:20 menghembuskan nafas terakhirnya lantaran sakit setelah terjatuh 5 bulan yang lalu ditambah diabitesnya . Almarhum telah pergi meninggalkan: Yang Lisa Lestari istri almarhum, empat anak yakni Hariadi, Melly Sri Wigati, Sri Rahayu dan Hariman Suwito Wibowo.
Meninggalkan enam cucu Kusno Mudiarto (anak Hariadi yang tinggal di San Diego), Ely Widiastuti (anak Hariadi), Kayla Natalia (anak Melly Sri Wigati), Angela (anak Sri Rahayu), Kiara (anak Mely) dan Kenzo (Sri Rahayu). Serta empat cicik, yakni Indira, Theo, Philip dan Gita.
‘’Satu cucu dan dua cicit tinggal dan hidup di Amerika, yakni Kusno Mudiarto dan dua anaknya Philip dan Gita, Kusno adalah anak pertama Hariadi,’’ urai Lisa.
Malang, Tiga tembakan salvo menandai prosesi pemakaman ala militer bagi Indra Slamet Santosa yang terlahir dengan nama Oei Ing Tien, dengan jabatan terakhir sebagai Komisaris Utama Malang Post. Jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Suropati, jalan Veteran, Malang. Indra Slamet, adalah pahlawan bagi Negara, memiliki tanda kehormatan Satyalencana I dan II, dan tanda kehormatan veteran RI bintang gerilya.
Prosesi pemakaman dipimpin oleh Komandan Upacara Letda Sugik dari Armed 1/105 Singosari. Bertindak sebagai Inspektur Kapten Sunaryo Wahyu SH dari Kumdam V Brawijaya. “Bahwa Indra Slamet Santosa merupakan pejuang, yang memiliki Satyalancana l dan II veteran, serta bintang gerilya. Atas nama bangsa dan negara, TNI mempersembahkan kepada ibu pertiwi jasa almarhum,” teriak Sunaryo.
Pengebumian almarhum diawali prosesi oleh Romo Hari Pawanta. Kemudian dilakukan prosesi pelepasan burung merpati. Tembakan Salvo oleh pasukan kehormatan sekitar 34 personil Armed 1/105 Singosari untuk yang terakhir turut mengantar pengebumian, diikuti genderang sangkakala Peltu Hartoyo dan Kopka Sudarmanto. Jenazah kemudian masuk liang kubur diiringi lagu Gugur bunga dan amazing grace oleh eMeLGe Voice pimpinan Edi Pramono
Siapakah Oei Ing Tien ini ?
Pahlawan yang nyaris terlupakan ini adalah ayahanda dari Drs. Hariadi columnist Feng Shui di Indonesia Media yang sudah belasan tahun rajin mengisi artikel tentang Feng Shui dio majalah kesayangan anda, dan beberapa kali mengadakan ceramah tentang Feng Shui dan Pijat terapi, di Duarte Inn.
Oei Ing Tien dilahirkan di Semarang pada 22 Mei 1922, jadi usianya 91 tahun. Namun sesuai tradisi Tionghoa, orang tua sepuh yang sudah meninggal berhak ditambah umur sampai tiga tahun. Yakni satu tahun untuk Bumi, satu tahun untuk udara dan satu tahun untuk laut. Indra wafat 13 Agustus 2013 itu, ditulis berumur 93 tahun di Persemayaman yayasan Gotong Royong, demikian keterangan dari Putera tertuanya Drs. Hariadi (67) yang ahli Feng Shui, dan pemilik Rumah Makan Ringin Asri di Malang itu.
Mengapa tadi dikatakan pahlawan yang nyaris terlupakan ?
Pasalnya adalah kepahlawanannya baru terkuak saat almarhum sudah wafat. Karena selama ini Indra Slamet adalah orang yang low profile, tidak suka pencitraan, beliau memendam surat-surat sertifikat penghargaan. Sertiļ¬kat berupa tanda jasa pahlawan dikeluarkan oleh Panglima TNI Gutomo pada November 1955. Pertama, dia mendapatkan Satyalentjana dari Menteri Pertahanan Djuanda tertanggal 5 Oktober 1958, sebulan kemudian Presiden RI Soekarno, menganugerahkan Bintang Gerilya, tertanggal 10 November 1958., Kemudian pada tahun 1981, Indra menerima anugerah gelar kehormatan veteran pejuang kemerdekaan RI. Petikan surat keputusan gelar kehormatan ditujukan kepada“Oei Ing Tiem atau Indra Slamet Santosa di Jalan Oro-oro Dowo 2. Surat itu ditandatangani Laksamana TNI Sudomo selaku Wapangab atas nama Menteri Pertahanan.
Surat surat ini baru saja ditemukan dari lemarinya oleh anak-anaknya. Hal ini langsung dilaporkan ke Legiun Veteran RI, maka sontak urusan pemakaman yang sedianya akan di lakukan di TPU Sukun, diambil alih oleh Negara dan dialihkan ke Taman Makam Pahlawan Suropati. Pengambilalihan pemakaman oleh negara itu, ditegaskan Komandan Kodim 0833 Kota Malang, Letkol Inf. Gunawan Wijaya. "Melihat bintang jasanya seperti itu, sudah dipastikan almarhum bapak Indra Slamet Santosa adalah merah putih sejati,” tegas Dandim berapi-api.
Selama ini anak-anaknya hanya tahu bahwa ayahandanya melakukan perjuangan untuk kemerdekaan RI, tapi tidak sampai dihargai secara resmi oleh Negara. Dari Legiun Veteran memang diketahui bahwa Indra Slamet Santosa seorang tagger yang menuliskan “Merdeka atau Mati” ditembok dan pagar-pagar juga di gerbong-gerbong kereta dari Surabaya sampai Malang dan sekitarnya. Coretan-coretan propagandanya justru memicu semangat juang para pemuda untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Indra juga dikenal sebagai seorang pelukis yang suka ikut bergerilya melawan penjajah. Ternyata Indra juga turut andil dalam peristiwa November 1945 di Surabaya.
Setelah zaman merdeka perjalanan hidupnya menekuni pekerjaan sebagai wartawan Jawa Pos sejak 1954, Saat Kota Malang dipimpin Walikota Ebes Sugiyono, tahun 1966 ayahanda Drs Hariadi ini diangkat sebagai Kepala Departemen Penerangan Kota Malang. Sebagai PNS Indra pensiun sekitar tahun 1977 dan kembali aktif di dunia media cetak. Indra juga sempat menjabat jadi general manager (GM) Jawa Pos itu. Ayah empat anak yang pernah menjabat komisaris di majalah Liberti itu dikenal melalui tulisan Indra memberi semangat kepada warga Surabaya untuk mengusir penjajah.
Banyak handai taulan memberikan penghormatan terakhir diantaranya ; CEO Riau Pos H. Makmur SE Ak MM datang memberi penghormatan, Direktur Malang Post Juniarno D. Purwanto. Jajaran bos besar Jawa Pos. Antara lain Dorothea Eric Samola, Ratna Dewi Direktur Utama Jawa Pos Holding, Eddy Nugroho Direktur PT Jawa Pos Koran dan Andreas Didi Wakil Direktur PT Jawa Pos Koran, Pemred Malang Post, Sunavip Ra Indrata.
Indra meninggal di rumahnya jalan Taman Dieng V pada Selasa (13/ 8) sekitar pukul 06.:20 menghembuskan nafas terakhirnya lantaran sakit setelah terjatuh 5 bulan yang lalu ditambah diabitesnya . Almarhum telah pergi meninggalkan: Yang Lisa Lestari istri almarhum, empat anak yakni Hariadi, Melly Sri Wigati, Sri Rahayu dan Hariman Suwito Wibowo.
Meninggalkan enam cucu Kusno Mudiarto (anak Hariadi yang tinggal di San Diego), Ely Widiastuti (anak Hariadi), Kayla Natalia (anak Melly Sri Wigati), Angela (anak Sri Rahayu), Kiara (anak Mely) dan Kenzo (Sri Rahayu). Serta empat cicik, yakni Indira, Theo, Philip dan Gita.
‘’Satu cucu dan dua cicit tinggal dan hidup di Amerika, yakni Kusno Mudiarto dan dua anaknya Philip dan Gita, Kusno adalah anak pertama Hariadi,’’ urai Lisa.
Belajar sampai pada akhirnya Tuhan yang menyempurnakan
B E L A J A R ...
Belajar bukan berarti hanya sekolah...
Belajar bukan berarti hanya membaca buku..
Tapi juga belajar dari setiap kejadian..
Belajar dari apa yang bisa dilakukan ...
Agar hidup ke depan lebih baik..
Aku belajar diam dari banyaknya bicara.
Aku belajar sabar dari sebuah kemarahan.
Aku belajar mengalah dari suatu keegoisan.
Aku belajar menangis dari kebahagiaan.
Aku belajar tegar dari kehilangan
Hidup Adalah BELAJAR.......
Belajar Bersyukur Meski tak Cukup,
Belajar Ikhlas Meski Tak Rela,
Belajar Taat Meski Berat,
Belajar Memahami Meski Tak Sehati,
Belajar Sabar Meski Terbebani,
Belajar Setia Meski Tergoda,
Belajar Memberi Meski Tak Seberapa,
Belajar Mengasihi Meski Disakiti,
Belajar Tenang Meski Gelisah,
Belajar Percaya Meski Susah,
Belajar dan Terus Belajar...
Belajar sampai pada akhirnya Tuhan yang menyempurnakan.
Have a blessed today
Belajar bukan berarti hanya sekolah...
Belajar bukan berarti hanya membaca buku..
Tapi juga belajar dari setiap kejadian..
Belajar dari apa yang bisa dilakukan ...
Agar hidup ke depan lebih baik..
Aku belajar diam dari banyaknya bicara.
Aku belajar sabar dari sebuah kemarahan.
Aku belajar mengalah dari suatu keegoisan.
Aku belajar menangis dari kebahagiaan.
Aku belajar tegar dari kehilangan
Hidup Adalah BELAJAR.......
Belajar Bersyukur Meski tak Cukup,
Belajar Ikhlas Meski Tak Rela,
Belajar Taat Meski Berat,
Belajar Memahami Meski Tak Sehati,
Belajar Sabar Meski Terbebani,
Belajar Setia Meski Tergoda,
Belajar Memberi Meski Tak Seberapa,
Belajar Mengasihi Meski Disakiti,
Belajar Tenang Meski Gelisah,
Belajar Percaya Meski Susah,
Belajar dan Terus Belajar...
Belajar sampai pada akhirnya Tuhan yang menyempurnakan.
Have a blessed today
Rahasia Sukses Google dan Puncak Everest
Perlunya seorang assist atau sherpa
Seorang karyawan keuangan -sebut saja Haryo- yang sudah bekerja di perusahaan kaliber MNC (multi national company), tiba-tiba datang menemui saya. Dia merasa jenuh bekerja di perusahaan lamanya dan ada sedikit masalah dengan atasannya.
Dia lalu mengundurkan diri dan ingin bergabung dengan perusahaan temannya yang lain, lalu minta pertimbangan pada saya. Dengan gaji yang sudah mendekati dua digit, saya tidak yakin perusahaan temannya mampu memberinya gaji sebesar itu.
Benar, nyatanya dia tidak bisa mendapatkan gaji mendekati dua digit. Bukan soal kemampuannya yang menjadi kendala, tapi karena perusahaan yang akan dimasuki itu -meski punya temannya yang kenal baik-, adalah perusahaan yang baru berdiri sehingga belum mampu memberikan gaji sebesar yang diharapkan. Kalaupun mampu, masih di bawah Rp 5 juta/bulan.
Keuangan oleh sebagian besar orang, memang dianggap sebagai inti tapi tetap saja fungsinya sebagai orang pendukung (back end/support). Tidak ada perusahaan yang tidak punya bagian keuangan. Sekecil apapun perusahaan itu, tetap saja bagian keuangan ada. Bila masih kecil diurus sendiri, kalau sudah mulai berkembang diurus keluarga atau teman dekatnya, kalau sudah berkembang maju diurus oleh profesional.
Berangkat dari hal ini, saya coba tanyakan apa yang bisa dilakukan oleh teman yang sudah belasan tahun bekerja di bagian keuangan tersebut. Dia pun menuliskan dalam e-mail bahwa dirinya bisa membuat laporan keuangan standard internasional, mengurus pajak dari PPN, PPn, PPh, sampai dengan pajak badan usaha sekalipun. Kecuali itu, menghitung prakiraan valuasi perusahaan serta due dilligent-pun dia kuasai.
Melihat email yang dikirimkan, saya takjub sekali. Bagaimana dengan pengetahuan yang dahsyat itu dia masih mencari-cari pekerjaan. Bukankah dia bisa membuat usaha membantu menata banyak perusahaan yang membutuhkan penyusunan keuangan yang benar? Tinggal siap menjaga rahasia dengan sumpah dan tertulis di atas materai, mestinya bisa.
Setelah itu, dia menanyakan apa tindak lanjut dari e-mailnya pada saya. Maka, kita pun bertemu dan ngobrol. Saya tanyakan, apakah memang dia benar bisa semuanya seperti yang disampaikan di e-mail, jawabnya benar bisa. Dia pun mengeksplorasi kemampuannya mengelola keuangan mulai dari patty cash, accounting, investment, strategi pembiayaan, pelaporan IFRS, pajak, dan lain-lain. Semuanya dia ceritakan dengan semangat tinggi dan menggebu. Pendek kata, dia jagoan benar. "Pokoknya, perusahaan model apa saja, aku bisa lah," ujarnya.
Kalau Anda bisa menjalankan semuanya, kenapa tidak buka konsultan pengelolaan keuangan saja? Mendapat pertanyaan seperti itu, Haryo kaget. Dia tak menduga akan mendapat tantangan sedahsyat itu. Dalam target hidupnya, dia hanya ingin menjadi pengelola keuangan profesional. Dan, itu diartikannya sebagai bagian dari perusahaan lain. Namun saat ini saya tantang bukan bagian dari perusahaan lain, tapi bikin perusahaan sendiri.
Ketika ide itu disampaikan, setengah kaget dan galau dia. Tiba-tiba yang muncul malah segala kekurangan dan kelemahannya. Dia merasa tak punya jiwa bisnis, tak punya jaringan luas, tidak punya perangkat pendukung, tak punya dana buat sewa kantor, dan belum siap mental.
Di antara kekurangannya, saya rasa hanya satu yang penting: Anda harus siap mental. Yakinlah bahwa bisa berhasil, dicoba dulu. Hadapi dulu. Kalau tidak dimulai, kapan lagi. Saya serang nyalinya (gut). Soal perlengkapan, bisa dibantu gampang, asal nyalinya siap.
Ternyata, Haryo pun berani dan siap. Didukung oleh keluarganya juga. Tekadnya yang kuat akhirnya membuat dia siap mental tidak mendapatkan pemasukan yang signifikan di awal, dibanding di kantor sebelumnya. Namun, dia mulai menghadapi kenyataan bahwa untuk bisa bekerja dengan baik, harus ulet, keras, terus menerus. Akhirnya, dengan servis yang bagus, pelanggan satu per satu didapat. Maka suatu ketika, ketika saya tanyakan apakah mau direkrut dengan gaji Rp 10 juta, dengan tidak pongah Haryo menjawab: nggak mau lah!
Sekarang, dalam waktu 3 tahun Haryo sudah punya karyawan yang membantunya, memiliki kantor sendiri, dan sudah bisa mencicil mobil. Bahkan setiap bulan sudah menjadwalkan acara liburan luar kota bersama keluarga. Kerja kerasnya telah membuahkan hasil.
Haryo hanya salah satu contoh. Banyak cerita sukses yang dimulai dari ketidakyakinan. Tapi setelah mendapat masukan/bantuan (assist) dari orang lain, orang itu baru berani, horisonnya terbuka, dan berani berdikari. Kadang, dibutuhkan orang lain untuk membantu meyakinkan bahwa kemampuannya itu dahsyat dan bisa menghasilkan uang (monetize). Bantuan yang tulus sering memudahkan atau melancarkan usaha seseorang untuk menghasilkan yang diharapkan (goal).
Seorang Sir Edmund Hillary yang sukses mencapai puncak Everest pada tahun 1953, tentu bukan sendiri, tapi atas bantuan peran pemandu (sherpa) Tenzing Norgay. Tenzing adalah orang Nepal asli yang terbiasa dengan keganasan alam Everest. Meski Tenzing berada di depan Hillary dan tinggal selangkah berada di puncak, dia mempersilakan Hillary untuk menjejakkan kakinya ke puncak dulu. Dan, Hillary pun dikenal seantero jagad.
Tenzing sadar bahwa Hillary memiliki impian untuk menjadi orang pertama di Puncak Everest. Sementara dia hanya ingin menjadi pemandu yang baik yang bisa mengantarkan pendaki yang dipandunya mencapai puncak.
Dan, tahukah Anda bahwa sepasang pemuda jenius Larry Page dan Sergei Brin selama 3 tahun (dari 1998-2001) yang bercita-cita jadi terdahsyat di kolong langit, kelimpungan tak dapat pemasukan karena menolak iklan banner. Maka dengan sentuhan DR Eric Schmidt sebagai CEO yang juga memposisikan bagai "sherpa", maka jadilah Google yang top markotop!
Seorang karyawan keuangan -sebut saja Haryo- yang sudah bekerja di perusahaan kaliber MNC (multi national company), tiba-tiba datang menemui saya. Dia merasa jenuh bekerja di perusahaan lamanya dan ada sedikit masalah dengan atasannya.
Dia lalu mengundurkan diri dan ingin bergabung dengan perusahaan temannya yang lain, lalu minta pertimbangan pada saya. Dengan gaji yang sudah mendekati dua digit, saya tidak yakin perusahaan temannya mampu memberinya gaji sebesar itu.
Benar, nyatanya dia tidak bisa mendapatkan gaji mendekati dua digit. Bukan soal kemampuannya yang menjadi kendala, tapi karena perusahaan yang akan dimasuki itu -meski punya temannya yang kenal baik-, adalah perusahaan yang baru berdiri sehingga belum mampu memberikan gaji sebesar yang diharapkan. Kalaupun mampu, masih di bawah Rp 5 juta/bulan.
Keuangan oleh sebagian besar orang, memang dianggap sebagai inti tapi tetap saja fungsinya sebagai orang pendukung (back end/support). Tidak ada perusahaan yang tidak punya bagian keuangan. Sekecil apapun perusahaan itu, tetap saja bagian keuangan ada. Bila masih kecil diurus sendiri, kalau sudah mulai berkembang diurus keluarga atau teman dekatnya, kalau sudah berkembang maju diurus oleh profesional.
Berangkat dari hal ini, saya coba tanyakan apa yang bisa dilakukan oleh teman yang sudah belasan tahun bekerja di bagian keuangan tersebut. Dia pun menuliskan dalam e-mail bahwa dirinya bisa membuat laporan keuangan standard internasional, mengurus pajak dari PPN, PPn, PPh, sampai dengan pajak badan usaha sekalipun. Kecuali itu, menghitung prakiraan valuasi perusahaan serta due dilligent-pun dia kuasai.
Melihat email yang dikirimkan, saya takjub sekali. Bagaimana dengan pengetahuan yang dahsyat itu dia masih mencari-cari pekerjaan. Bukankah dia bisa membuat usaha membantu menata banyak perusahaan yang membutuhkan penyusunan keuangan yang benar? Tinggal siap menjaga rahasia dengan sumpah dan tertulis di atas materai, mestinya bisa.
Setelah itu, dia menanyakan apa tindak lanjut dari e-mailnya pada saya. Maka, kita pun bertemu dan ngobrol. Saya tanyakan, apakah memang dia benar bisa semuanya seperti yang disampaikan di e-mail, jawabnya benar bisa. Dia pun mengeksplorasi kemampuannya mengelola keuangan mulai dari patty cash, accounting, investment, strategi pembiayaan, pelaporan IFRS, pajak, dan lain-lain. Semuanya dia ceritakan dengan semangat tinggi dan menggebu. Pendek kata, dia jagoan benar. "Pokoknya, perusahaan model apa saja, aku bisa lah," ujarnya.
Kalau Anda bisa menjalankan semuanya, kenapa tidak buka konsultan pengelolaan keuangan saja? Mendapat pertanyaan seperti itu, Haryo kaget. Dia tak menduga akan mendapat tantangan sedahsyat itu. Dalam target hidupnya, dia hanya ingin menjadi pengelola keuangan profesional. Dan, itu diartikannya sebagai bagian dari perusahaan lain. Namun saat ini saya tantang bukan bagian dari perusahaan lain, tapi bikin perusahaan sendiri.
Ketika ide itu disampaikan, setengah kaget dan galau dia. Tiba-tiba yang muncul malah segala kekurangan dan kelemahannya. Dia merasa tak punya jiwa bisnis, tak punya jaringan luas, tidak punya perangkat pendukung, tak punya dana buat sewa kantor, dan belum siap mental.
Di antara kekurangannya, saya rasa hanya satu yang penting: Anda harus siap mental. Yakinlah bahwa bisa berhasil, dicoba dulu. Hadapi dulu. Kalau tidak dimulai, kapan lagi. Saya serang nyalinya (gut). Soal perlengkapan, bisa dibantu gampang, asal nyalinya siap.
Ternyata, Haryo pun berani dan siap. Didukung oleh keluarganya juga. Tekadnya yang kuat akhirnya membuat dia siap mental tidak mendapatkan pemasukan yang signifikan di awal, dibanding di kantor sebelumnya. Namun, dia mulai menghadapi kenyataan bahwa untuk bisa bekerja dengan baik, harus ulet, keras, terus menerus. Akhirnya, dengan servis yang bagus, pelanggan satu per satu didapat. Maka suatu ketika, ketika saya tanyakan apakah mau direkrut dengan gaji Rp 10 juta, dengan tidak pongah Haryo menjawab: nggak mau lah!
Sekarang, dalam waktu 3 tahun Haryo sudah punya karyawan yang membantunya, memiliki kantor sendiri, dan sudah bisa mencicil mobil. Bahkan setiap bulan sudah menjadwalkan acara liburan luar kota bersama keluarga. Kerja kerasnya telah membuahkan hasil.
Haryo hanya salah satu contoh. Banyak cerita sukses yang dimulai dari ketidakyakinan. Tapi setelah mendapat masukan/bantuan (assist) dari orang lain, orang itu baru berani, horisonnya terbuka, dan berani berdikari. Kadang, dibutuhkan orang lain untuk membantu meyakinkan bahwa kemampuannya itu dahsyat dan bisa menghasilkan uang (monetize). Bantuan yang tulus sering memudahkan atau melancarkan usaha seseorang untuk menghasilkan yang diharapkan (goal).
Seorang Sir Edmund Hillary yang sukses mencapai puncak Everest pada tahun 1953, tentu bukan sendiri, tapi atas bantuan peran pemandu (sherpa) Tenzing Norgay. Tenzing adalah orang Nepal asli yang terbiasa dengan keganasan alam Everest. Meski Tenzing berada di depan Hillary dan tinggal selangkah berada di puncak, dia mempersilakan Hillary untuk menjejakkan kakinya ke puncak dulu. Dan, Hillary pun dikenal seantero jagad.
Tenzing sadar bahwa Hillary memiliki impian untuk menjadi orang pertama di Puncak Everest. Sementara dia hanya ingin menjadi pemandu yang baik yang bisa mengantarkan pendaki yang dipandunya mencapai puncak.
Dan, tahukah Anda bahwa sepasang pemuda jenius Larry Page dan Sergei Brin selama 3 tahun (dari 1998-2001) yang bercita-cita jadi terdahsyat di kolong langit, kelimpungan tak dapat pemasukan karena menolak iklan banner. Maka dengan sentuhan DR Eric Schmidt sebagai CEO yang juga memposisikan bagai "sherpa", maka jadilah Google yang top markotop!
Meninggal 3 Kali dan Kena Stroke
Willow Page, Bayi 13 Bulan yang 'Meninggal' 3 Kali dan Kena Stroke
Jakarta, Di usianya yang baru menginjak 13 bulan, bayi perempuan bernama Willow Page ini menderita stroke dan tiga kali serangan jantung dalam satu waktu. Bahkan, Willow sempat 'meninggal' tiga kali di rumah sakit.
Menurut tim medis, putri Denise dan Iain Page itu tertular infeksi dada minor. Bahkan, jika Willow bisa bertahan hidup, dokter mengatakan ia akan mengalami kerusakan otak yang cukup parah. Namun, keadaan berubah drastis ketika Willow menunjukkan kemajuan yang pesat hanya dalam waktu sebulan.
Denise (34) dan Iain (39) membawa putri mereka ke Northampton General Hospital pada tanggal 23 Juni setelah Willow berulang kali sakit keras. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan Willow menderita serangan jantung karena ada infeksi di dadanya.
Tiga jam kemudian kondisi Willow memburuk dan jantungnya sempat berhenti berdetak selama 4,5 menit. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa Willow tertular miokarditis, bentuk parah dari penyakit jantung.
Kebanyakan kasus miokarditis ditularkan melalui virus seperti gondok dan flu. Akibat infeksi ini, otot jantung akan terangsang hingga menimbulkan penyakit jantung yang lebih berbahaya. Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang jelas untuk miokarditis.
Akibat miokarditis, jantung Willow hanya berfungsi seperempatnya. Ia kemudian dirujuk ke bangsal khusus penyakit jantung di Glenfield Hospital, Leicester, untuk menjalani transplantasi. Untuk bisa bertahan hidup, berbagai alat pun dipasang pada tubuh Willow.
Setelah 12 hari dirawat, mesin pernapasan ECMO menunjukkan bahwa Willow sudah pulih. Tapi, 45 menit kemudian, Willow mengalami serangan jantung yang ketiga dan ia terkena stroke. Selama dua hari selanjutnya, ia mengalami ketidakstabilan tubuh sebanyak 25 kali dan sempat dua kali mengalami 'kematian'.
Dokter mengatakan bahwa Willow memiliki perdarahan di otak dan itu bisa membunuhnya atau setidaknya akan mengakibatkan kerusakan otak yang parah. Tapi, sebulan kemudian, Willow pun menunjukkan kemajuan dan ia bisa pulang ke rumah.
"Sepanjang waktu Willow di rumah sakit kami hanya berpikir hal ini tidak terjadi pada kami karena kami sangat ketakutan. Ketika ia mengalami serangan jantung pertama, itu hal yang terburuk tapi nyatanya ia mengalami serangan jantung kedua kalinya disertai stroke,' kata Denise.
Seperti dilansir Daily Mail, Denise dan suaminya tetap khawatir apakah putrinya kelak masih bisa berjalan atau berbicara. Kini, dua bulan pasca serangan jantung yang dialami Willow, ia masih bisa tumbuh seperti anak sebayanya.
"Bayi saya kembali menjadi gadis kecil yang bahagia. Pemulihannya adalah sebuah keajaiban. Dia sudah meninggal tiga kali tapi masih memiliki kesempatan hidup,' tutur Iain.
"Dia adalah pejuang kecil yang membuat semua orang kagum. Kami sangat bangga padanya dan senang ada dia di rumah," pungkas Iain.
Jakarta, Di usianya yang baru menginjak 13 bulan, bayi perempuan bernama Willow Page ini menderita stroke dan tiga kali serangan jantung dalam satu waktu. Bahkan, Willow sempat 'meninggal' tiga kali di rumah sakit.
Menurut tim medis, putri Denise dan Iain Page itu tertular infeksi dada minor. Bahkan, jika Willow bisa bertahan hidup, dokter mengatakan ia akan mengalami kerusakan otak yang cukup parah. Namun, keadaan berubah drastis ketika Willow menunjukkan kemajuan yang pesat hanya dalam waktu sebulan.
Denise (34) dan Iain (39) membawa putri mereka ke Northampton General Hospital pada tanggal 23 Juni setelah Willow berulang kali sakit keras. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan Willow menderita serangan jantung karena ada infeksi di dadanya.
Tiga jam kemudian kondisi Willow memburuk dan jantungnya sempat berhenti berdetak selama 4,5 menit. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa Willow tertular miokarditis, bentuk parah dari penyakit jantung.
Kebanyakan kasus miokarditis ditularkan melalui virus seperti gondok dan flu. Akibat infeksi ini, otot jantung akan terangsang hingga menimbulkan penyakit jantung yang lebih berbahaya. Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang jelas untuk miokarditis.
Akibat miokarditis, jantung Willow hanya berfungsi seperempatnya. Ia kemudian dirujuk ke bangsal khusus penyakit jantung di Glenfield Hospital, Leicester, untuk menjalani transplantasi. Untuk bisa bertahan hidup, berbagai alat pun dipasang pada tubuh Willow.
Setelah 12 hari dirawat, mesin pernapasan ECMO menunjukkan bahwa Willow sudah pulih. Tapi, 45 menit kemudian, Willow mengalami serangan jantung yang ketiga dan ia terkena stroke. Selama dua hari selanjutnya, ia mengalami ketidakstabilan tubuh sebanyak 25 kali dan sempat dua kali mengalami 'kematian'.
Dokter mengatakan bahwa Willow memiliki perdarahan di otak dan itu bisa membunuhnya atau setidaknya akan mengakibatkan kerusakan otak yang parah. Tapi, sebulan kemudian, Willow pun menunjukkan kemajuan dan ia bisa pulang ke rumah.
"Sepanjang waktu Willow di rumah sakit kami hanya berpikir hal ini tidak terjadi pada kami karena kami sangat ketakutan. Ketika ia mengalami serangan jantung pertama, itu hal yang terburuk tapi nyatanya ia mengalami serangan jantung kedua kalinya disertai stroke,' kata Denise.
Seperti dilansir Daily Mail, Denise dan suaminya tetap khawatir apakah putrinya kelak masih bisa berjalan atau berbicara. Kini, dua bulan pasca serangan jantung yang dialami Willow, ia masih bisa tumbuh seperti anak sebayanya.
"Bayi saya kembali menjadi gadis kecil yang bahagia. Pemulihannya adalah sebuah keajaiban. Dia sudah meninggal tiga kali tapi masih memiliki kesempatan hidup,' tutur Iain.
"Dia adalah pejuang kecil yang membuat semua orang kagum. Kami sangat bangga padanya dan senang ada dia di rumah," pungkas Iain.
Paus Yang Tidak Percaya Tuhan Katolik
Paus Fransiskus: Saya Percaya Tuhan, tetapi Bukan Tuhan Katolik
VATICAN CITY — Paus Fransiskus kembali membuat pernyataan yang mencengangkan. Dalam wawancara dengan harian terbitan Italia, La Repubblica, Paus asal Argentina itu menjelaskan keyakinannya akan Tuhan.
"Saya percaya akan Tuhan, tetapi bukan (kepada) Tuhan Katolik," kata Paus kepada pendiri dan mantan editor harian La Repubblica, Eugenio Scalfari.
Scalfari yang sudah cukup terkejut mendapatkan kesempatan wawancara pribadi dengan Paus, semakin terkejut dengan pernyataan itu. Lalu, Scalfari meminta Paus untuk mengelaborasi pernyataannya itu.
"Tuhan bukan Katolik. Tuhan adalah universal, dan kita adalah umat Katolik karena cara kita memuja Dia," ujar Paus.
Lebih jauh Paus Fransiskus menjelaskan bahwa sebagai pemimpin umat Katolik, dia memercayai Tuhan dan Yesus Kristus sebagai inkarnasi Tuhan.
"Yesus adalah guru dan pemimpin saya. Tetapi Tuhan, Bapa, adalah cahaya dan Sang Pencipta. Itulah yang saya yakini. Apakah menurut Anda keyakinan kita jauh berbeda?" tanya Paus kepada Scalfari.
Paus berusia 76 tahun ini menambahkan, dia tak selalu sepakat dengan apa yang selama ini menjadi standar Gereja Katolik.
"Pandangan Vatikan sentris telah mengabaikan dunia di sekitar kita. Saya tak sepakat dengan cara ini, dan saya akan lakukan apa pun untuk mengubahnya," Paus menegaskan.
Sejak terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus terbukti menjadi seorang Paus beraliran liberal. Bahkan dia bersikap lebih lunak terhadap hal-hal yang selama ini ditentang keras Vatikan seperti homoseksualitas dan ateisme.
VATICAN CITY — Paus Fransiskus kembali membuat pernyataan yang mencengangkan. Dalam wawancara dengan harian terbitan Italia, La Repubblica, Paus asal Argentina itu menjelaskan keyakinannya akan Tuhan.
"Saya percaya akan Tuhan, tetapi bukan (kepada) Tuhan Katolik," kata Paus kepada pendiri dan mantan editor harian La Repubblica, Eugenio Scalfari.
Scalfari yang sudah cukup terkejut mendapatkan kesempatan wawancara pribadi dengan Paus, semakin terkejut dengan pernyataan itu. Lalu, Scalfari meminta Paus untuk mengelaborasi pernyataannya itu.
"Tuhan bukan Katolik. Tuhan adalah universal, dan kita adalah umat Katolik karena cara kita memuja Dia," ujar Paus.
Lebih jauh Paus Fransiskus menjelaskan bahwa sebagai pemimpin umat Katolik, dia memercayai Tuhan dan Yesus Kristus sebagai inkarnasi Tuhan.
"Yesus adalah guru dan pemimpin saya. Tetapi Tuhan, Bapa, adalah cahaya dan Sang Pencipta. Itulah yang saya yakini. Apakah menurut Anda keyakinan kita jauh berbeda?" tanya Paus kepada Scalfari.
Paus berusia 76 tahun ini menambahkan, dia tak selalu sepakat dengan apa yang selama ini menjadi standar Gereja Katolik.
"Pandangan Vatikan sentris telah mengabaikan dunia di sekitar kita. Saya tak sepakat dengan cara ini, dan saya akan lakukan apa pun untuk mengubahnya," Paus menegaskan.
Sejak terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus terbukti menjadi seorang Paus beraliran liberal. Bahkan dia bersikap lebih lunak terhadap hal-hal yang selama ini ditentang keras Vatikan seperti homoseksualitas dan ateisme.
9 tahun Mengajar Sambil Gendong Anaknya yang Lumpuh
Ibu Guru Wiyata Bakti 9 tahun Mengajar Sambil Gendong Anaknya yang Lumpuh
Kondisi yang cukup memprihatinkan dialami seorang guru wiyata di Grobogan,JawaTengah. Sambil mengajar ia harus menggendong anaknya yang masih balita karena mengalami penyakit lumpuh layu disekolah. Bertahun-tahun ia harus berjuang sendirian demi kesembuhan anak satu-satunya ini.
Adalah Retno Ambarwati, wanita dua puluh sembilan tahun warga desa Tunggak kecamatan Toroh, Grobogan, Jawa Tengah ini harus mengajar sambil menggendong anaknya di SDN 3 Tunggak . Retno guru kelas lima sekolah dasar ini terus menggendong anaknya Fakhri Munif Assahri yang masih berusia tiga setengah tahun didepan murid-muridnya.
Aktivitas ini selalu dijalani ibu single parent ini sejak satu bulan lalu setelah nenek Fakhri sering sakit-sakitan. Retno yang hanya tinggal bersama ibunya terpaksa berjuang merawat anaknya sendiri sehingga sampai Fahri harus dibawa ke sekolah .
Menurut Retno, (2/10) Fakhri anaknya, mengalami radang otak hingga mengalami lumpuh layu sejak usia enam bulan. Retno mengaku sudah empat kali membawa anaknya ke rumah sakit,namun belum ada perkembangan dialami anaknya. Retno, guru wiyata yang sudah mengabdikan diri selama sembilan tahun ini mengaku tidak sanggup lagi untuk mengobatkan anaknya kerumah sakit. Honornya yang hanya dua ratus ribu per bulan hanya cukup untuk biaya hidup dan biaya pengobatan ibunya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selain mengajar, Retno juga mengajar les privat dirumahnya.
Sementara itu Kadinas Kesehatan dr. Juhari Angkasa mengatakan pihaknya akan membantu pengobatan Fakhri hingga sembuh. Juhari juga akan mengusahakan memberikan Jamkesda agar proses pengobatan Fakhri lebih mudah.”Kita akan bantu pengobatan Fakhri melalui program Jamkesda sampai sembuh,” ujar Juhari
Dalam seminggu sekali Fakhri harus mendapatkan terapi dirumah sakit. Untuk membantu belajar berdiri,Fakhri harus menggunakan sepatu terapi. Meski mengaku kerepotan saat menggendong anak sambil mengajar, Retno mengaku ikhlas dan membuang rasa malu dalam menjalani rutinitas ini.
Kondisi yang cukup memprihatinkan dialami seorang guru wiyata di Grobogan,JawaTengah. Sambil mengajar ia harus menggendong anaknya yang masih balita karena mengalami penyakit lumpuh layu disekolah. Bertahun-tahun ia harus berjuang sendirian demi kesembuhan anak satu-satunya ini.
Adalah Retno Ambarwati, wanita dua puluh sembilan tahun warga desa Tunggak kecamatan Toroh, Grobogan, Jawa Tengah ini harus mengajar sambil menggendong anaknya di SDN 3 Tunggak . Retno guru kelas lima sekolah dasar ini terus menggendong anaknya Fakhri Munif Assahri yang masih berusia tiga setengah tahun didepan murid-muridnya.
Aktivitas ini selalu dijalani ibu single parent ini sejak satu bulan lalu setelah nenek Fakhri sering sakit-sakitan. Retno yang hanya tinggal bersama ibunya terpaksa berjuang merawat anaknya sendiri sehingga sampai Fahri harus dibawa ke sekolah .
Menurut Retno, (2/10) Fakhri anaknya, mengalami radang otak hingga mengalami lumpuh layu sejak usia enam bulan. Retno mengaku sudah empat kali membawa anaknya ke rumah sakit,namun belum ada perkembangan dialami anaknya. Retno, guru wiyata yang sudah mengabdikan diri selama sembilan tahun ini mengaku tidak sanggup lagi untuk mengobatkan anaknya kerumah sakit. Honornya yang hanya dua ratus ribu per bulan hanya cukup untuk biaya hidup dan biaya pengobatan ibunya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selain mengajar, Retno juga mengajar les privat dirumahnya.
Sementara itu Kadinas Kesehatan dr. Juhari Angkasa mengatakan pihaknya akan membantu pengobatan Fakhri hingga sembuh. Juhari juga akan mengusahakan memberikan Jamkesda agar proses pengobatan Fakhri lebih mudah.”Kita akan bantu pengobatan Fakhri melalui program Jamkesda sampai sembuh,” ujar Juhari
Dalam seminggu sekali Fakhri harus mendapatkan terapi dirumah sakit. Untuk membantu belajar berdiri,Fakhri harus menggunakan sepatu terapi. Meski mengaku kerepotan saat menggendong anak sambil mengajar, Retno mengaku ikhlas dan membuang rasa malu dalam menjalani rutinitas ini.
Orang Miskin Yang Meraih S2 Termuda
Sushma Verma, Mahasiswa S2 Termuda
India merupakan salah satu negara yang pendidikan dan kesejahteraan bagi anak perempuan masih sangat terbatas. Meski demikian, semangat anak yang tinggal di India Utara, Sushma Verma, membuktikan dirinya dengan memulai kuliah S2 di umur 13 tahun.
Usianya yang masih 13 tahun, remaja ini telah mengecap pendidikan sebagai mahasiswa S2. Ia menyelesaikan pendidikan formal hingga sekolah menengah pada usia 7 tahun. Meski demikian, ia bukan dari anak orang tua yang keras. Orang tuanya juga tidak mengenyam pendidikan tinggi dan miskin. Bahkan mereka memberikan kebebasan pada Verma untuk melakukan apa yang diinginkannya.
“Mereka mengijinkan saya melakukan apa yang ingin saya lakukan. Saya berharap orang tua lainnya juga tak memaksakan pilihan mereka pada anak-anak,” ungkap verma dengan tutur bahasa yang sangat dewasa dibanding umurnya.
Dilansir dari AP, Verma menjalani kehidupan sederhana bersama orang tua dan 3 adiknya. Sehari-hari mereka makan, tidur, dan belajar bersama pada sebuah apartemen satu kamar yang sangat sempit diwilayah Lucknow.
Verma mengakui bahwa atmosfir tempat tinggal dan kehidupannya sangat tidak mendukung untuk belajar, bahkan meraih mimpi. Sang ayah hanyalah pekerja konstruksi yang mendapatkan penghasilan kurang dari Rp 30 ribu per hari.
Barang mewah yang mereka miliki hanya sebuah meja belajar dan komputer bekas. Namun dengan kondisi yang tak ada TV dan berbagai peralatan zona nyaman lainnya, memberikan manfaat bagi Verma. Sehingga dia hanya memiliki pilihan untuk belajar.
Gadis ini mulai kuliah di B. R. Ambedkar Central University. Untuk menempuh perjalanan ke sana, sang ayah dengan setia mengantar jemput menggunakan sepeda kayuh. Kecemerlangan pendidikan Verma sepertinya merupakan benih dari kakak lelakinya.
Sang kakak lulus SMA pada usia 9 tahun dan pada tahun 2007 lalu, ia menjadi lulusan ilmu komputer termuda di usia 14 tahun. Yang membuat ia dan sang kakak berhasil hingga kini adalah banjir dukungan dari sang orang tua yang melakukan apapun demi pendidikan sang anak.
India merupakan salah satu negara yang pendidikan dan kesejahteraan bagi anak perempuan masih sangat terbatas. Meski demikian, semangat anak yang tinggal di India Utara, Sushma Verma, membuktikan dirinya dengan memulai kuliah S2 di umur 13 tahun.
Usianya yang masih 13 tahun, remaja ini telah mengecap pendidikan sebagai mahasiswa S2. Ia menyelesaikan pendidikan formal hingga sekolah menengah pada usia 7 tahun. Meski demikian, ia bukan dari anak orang tua yang keras. Orang tuanya juga tidak mengenyam pendidikan tinggi dan miskin. Bahkan mereka memberikan kebebasan pada Verma untuk melakukan apa yang diinginkannya.
“Mereka mengijinkan saya melakukan apa yang ingin saya lakukan. Saya berharap orang tua lainnya juga tak memaksakan pilihan mereka pada anak-anak,” ungkap verma dengan tutur bahasa yang sangat dewasa dibanding umurnya.
Dilansir dari AP, Verma menjalani kehidupan sederhana bersama orang tua dan 3 adiknya. Sehari-hari mereka makan, tidur, dan belajar bersama pada sebuah apartemen satu kamar yang sangat sempit diwilayah Lucknow.
Verma mengakui bahwa atmosfir tempat tinggal dan kehidupannya sangat tidak mendukung untuk belajar, bahkan meraih mimpi. Sang ayah hanyalah pekerja konstruksi yang mendapatkan penghasilan kurang dari Rp 30 ribu per hari.
Barang mewah yang mereka miliki hanya sebuah meja belajar dan komputer bekas. Namun dengan kondisi yang tak ada TV dan berbagai peralatan zona nyaman lainnya, memberikan manfaat bagi Verma. Sehingga dia hanya memiliki pilihan untuk belajar.
Gadis ini mulai kuliah di B. R. Ambedkar Central University. Untuk menempuh perjalanan ke sana, sang ayah dengan setia mengantar jemput menggunakan sepeda kayuh. Kecemerlangan pendidikan Verma sepertinya merupakan benih dari kakak lelakinya.
Sang kakak lulus SMA pada usia 9 tahun dan pada tahun 2007 lalu, ia menjadi lulusan ilmu komputer termuda di usia 14 tahun. Yang membuat ia dan sang kakak berhasil hingga kini adalah banjir dukungan dari sang orang tua yang melakukan apapun demi pendidikan sang anak.
Che Guevara Bukan Pahlawan
Pengakuan Agen CIA yang Tangkap Che Guevara: Dia Kriminal
Mario Teran, seorang sersan yang kecanduan alkohol dan diliputi dendam karena 3 rekannya tewas di tangan tentara gerilya Guevara, menawarkan diri jadi eksekutor. Ia memasuki pondok tempat Che ditahan.
Dikisahkan, Che kala itu berdiri, mengucap kalimat terakhirnya: "Aku tahu kau datang untuk membunuhku. Tembak. Lakukan. Tembak, pengecut! Kau hanya akan membunuh seorang pria."
Teran akhirnya melepas tembakan dari senapan semi-otomatis M1 Garand di tangannya. Pertama di lengan dan kaki Che -- yang menggeliat dan menggigit pergelangan tangannya menahan sakit. Tembakan kembali diletuskan, di dada, juga tenggorokan. Total 9 tembakan. Che Guevara dinyatakan meninggal dunia pada pukul 13.10 waktu setempat. Di usia 39 tahun.
Meski berakhir tragis, Che menjadi legenda, tokoh revolusi dan perlawanan, hingga simbol dalam budaya populer. Namun, hingga saat ini, mantan agen CIA yang ikut menangkap Guevara tetap berpendapat, revolusioner Marxis itu tak layak dipuja.
Felix Rodriguez -- nama agen CIA itu -- mengatakan, Che tak lebih dari kriminal dan pembunuh.
"Aku yakin pada akhirnya orang akan tahu siapa dia sebenarnya. Dia seorang pembunuh," kata dia seperti dikabarkan situs Newsmax, 8 Oktober 2013. "Dia hanya punya sedikit penghargaan pada hidup. Ia menikmati membunuh orang."
Dalam wawancara dengan Newsmax, Rodriguez -- sebagai orang pertama -- menyampaikan detil penangkapan hingga eksekusi Guevara.
Rodriguez, keturunan Kuba-Amerika kala itu direkrut dan dilatih sebagai ketua tim pelacakan Guevara -- yang menjadi instrumen Revolusi Kuba Fidel Castro. Ia mengaku secara langsung berbicang dengan militer yang pernah melatih Che.
"Kami mendapatkan kisah dari orang yang pernah melatihnya di Meksiko, dia orang Kuba," kata dia. Kata orang itu Che suka membunuh. "Suatu hari Guevara bertanya, 'Bagaimana rasanya menembak orang dan melihat darah mengalir dari tubuhnya'," kata Rodriguez.
Pengejaran berakhir Minggu 8 Oktober. Diawali baku tembak yang melukai kaki kanan Che. Terluka, lalu tertangkap, menurut Rodriguez mengatakan, Guevara masih ingin menyelamatkan dirinya sendiri.
"Tentara yang menangkapnya mengatakan, saat Guevara bertatap muka dengan mereka, ia berkata, 'Jangan tembak, aku Che. Aku lebih berharga untukmu hidup-hidup daripada mati'," kata Rodriguez.
Jelang Eksekusi Mati
Guevara lalu ditangkap dan dibawa ke Prado, tempat dia ditahan di sebuah gedung sekolah tua. Rodriguez akhirnya naik helikopter untuk menemuinya.
"Perasaanku campur aduk saat itu...saat aku melihatnya untuk kali pertamanya. Aku merasa kasihan," kata dia. "Ia seperti pengemis. Tak pakai seragam, tak pakai sepatu, hanya selembar kulit di tubuhnya. Jauh dari penampilannya saat berkunjung ke Uni Soviet dan China."
Kolonel Zenteno yang pergi bersama Rodriguez, menginterogasi Guevara. Namun Che tak menjawab. Ia ada di lantai dalam kondisi terikat, jasad 2 gerilyawan Kuba ada di depannya.
"Aku berdiri di depannya dan berkata, 'Che Guevara, aku datang untuk bicara denganmu'," kata Rodriguez.
Rodriguez mengatakan Che punya alasan memilih Bolivia sebagai tempat gerilya. "Satu, itu jauh dari Amerika Serikat. Kedua, itu adalah negara yang sangat miskin sehingga ia tidak merasa bahwa Amerika Serikat akan memiliki banyak kepentingan dengan Bolivia, dan ketiga dan yang paling penting baginya, itu berbatasan dengan lima negara yang berbeda." Setelah Bolivia, Guevara mengincar Argentina, Brasil, Chili, Peru.
Sebagai agen CIA, Rodriguez diperintahkan menjaga Che Guevara tetap hidup. Namun, kemudian ia mendapat perintah dengan kode rahasia: 500 dan 600. '500' adalah kode untuk Guevara, sementara '600' artinya bunuh dia!
Rodriguez mengatakan, saat Guevara tahu ia akan dieksekusi, wajahnya menjadi putih pucat. Dan ia berkata, "Lebih baik seperti ini, aku seharusnya tidak pernah ditangkap hidup-hidup."
Che lalu menarik pipa dari punggung, mengatakan, ingin memberikannya pada tentara yang memperlakukannya dengan baik.
Saat ditanya, apa pesan terakhirnya, Rodriguez mengatakan, Che menjawab, "Jika kau bisa, katakan pada Fidel (Castro), ia segera akan menyaksikan kemenangan revolusi di Amerika."
Lalu, Rodriguez menambahkan, ekspresi Che berubah. Dan ia berkata, "Jika bisa, katakan pada istriku untuk menikah lagi dan mencoba untuk hidup bahagia." Itu kata-kata terakhirnya Guevara pada Rodriguez.
"Ia mendekatiku, kami bersalaman, dan berpelukan. Dia lalu berdiri, mengira aku akan menembaknya," kata Rodriguez.
Perkirakaannya salah, Rodriguez meninggalkan ruangan, dan 2 menit kemudian suara tembakan terdengar.
Guevara akhirnya tewas. Ia yang tak percaya Tuhan, diberkati oleh seorang imam Katolik.
Sehari setelahnya, sebuah rapat digelar militer Bolivia, dipimpin Jenderal Ovando Candia. Salah satu kolonel mengatakan, Castro tak percaya Guevara tewas dan meminta agar kepalanya dipenggal dan diawetkan dalam formalin.
Tapi Rodriguez menolak. "Aku berkata saat itu, 'jangan jenderal, Anda tak bisa melakukannya'." Jenderal itu balik bertanya mengapa tidak? Apalagi Castro selalu membantah.
"Anda tak bisa memenggal kepala seorang manusia dan menjadikannya bukti," jawab Rodriguez kala itu. Lalu ia menyarankan untuk memotong salah satu jari Che sebagai bukti mencocokkan sidik jari. Tapi sang jenderal malah memutuskan untuk memutilasi dua tangannya. Guevara dikubur tanpa tangan.
Rodriguez menyayangkan bagaimana Guevara lantas menjadi ikon budaya populer, gambar di kaus dan stiker. Anak-anak muda memakainya tanpa tahu siapa dia.
"Di Paris, misalnya, ada pemuda memakai kaus Che Guevara, saat ditanya siapa yang terpampang di pakaiannya, ia menjawab, 'Penyanyi rock'," kata Rodriguez.
Ia melanjutkan, "Padahal orang ini (Che) adalah kriminal. Ada banyak catatan yang bisa dicek, ia berkata berulang kali, seandainya dia punya bom atom ia akan melemparkan ke New York. Untuk menerapkan sosialisme di AS, dia menilai, layak untuk mengorbankan jutaan rakyat AS"
Mario Teran, seorang sersan yang kecanduan alkohol dan diliputi dendam karena 3 rekannya tewas di tangan tentara gerilya Guevara, menawarkan diri jadi eksekutor. Ia memasuki pondok tempat Che ditahan.
Dikisahkan, Che kala itu berdiri, mengucap kalimat terakhirnya: "Aku tahu kau datang untuk membunuhku. Tembak. Lakukan. Tembak, pengecut! Kau hanya akan membunuh seorang pria."
Teran akhirnya melepas tembakan dari senapan semi-otomatis M1 Garand di tangannya. Pertama di lengan dan kaki Che -- yang menggeliat dan menggigit pergelangan tangannya menahan sakit. Tembakan kembali diletuskan, di dada, juga tenggorokan. Total 9 tembakan. Che Guevara dinyatakan meninggal dunia pada pukul 13.10 waktu setempat. Di usia 39 tahun.
Meski berakhir tragis, Che menjadi legenda, tokoh revolusi dan perlawanan, hingga simbol dalam budaya populer. Namun, hingga saat ini, mantan agen CIA yang ikut menangkap Guevara tetap berpendapat, revolusioner Marxis itu tak layak dipuja.
Felix Rodriguez -- nama agen CIA itu -- mengatakan, Che tak lebih dari kriminal dan pembunuh.
"Aku yakin pada akhirnya orang akan tahu siapa dia sebenarnya. Dia seorang pembunuh," kata dia seperti dikabarkan situs Newsmax, 8 Oktober 2013. "Dia hanya punya sedikit penghargaan pada hidup. Ia menikmati membunuh orang."
Dalam wawancara dengan Newsmax, Rodriguez -- sebagai orang pertama -- menyampaikan detil penangkapan hingga eksekusi Guevara.
Rodriguez, keturunan Kuba-Amerika kala itu direkrut dan dilatih sebagai ketua tim pelacakan Guevara -- yang menjadi instrumen Revolusi Kuba Fidel Castro. Ia mengaku secara langsung berbicang dengan militer yang pernah melatih Che.
"Kami mendapatkan kisah dari orang yang pernah melatihnya di Meksiko, dia orang Kuba," kata dia. Kata orang itu Che suka membunuh. "Suatu hari Guevara bertanya, 'Bagaimana rasanya menembak orang dan melihat darah mengalir dari tubuhnya'," kata Rodriguez.
Pengejaran berakhir Minggu 8 Oktober. Diawali baku tembak yang melukai kaki kanan Che. Terluka, lalu tertangkap, menurut Rodriguez mengatakan, Guevara masih ingin menyelamatkan dirinya sendiri.
"Tentara yang menangkapnya mengatakan, saat Guevara bertatap muka dengan mereka, ia berkata, 'Jangan tembak, aku Che. Aku lebih berharga untukmu hidup-hidup daripada mati'," kata Rodriguez.
Jelang Eksekusi Mati
Guevara lalu ditangkap dan dibawa ke Prado, tempat dia ditahan di sebuah gedung sekolah tua. Rodriguez akhirnya naik helikopter untuk menemuinya.
"Perasaanku campur aduk saat itu...saat aku melihatnya untuk kali pertamanya. Aku merasa kasihan," kata dia. "Ia seperti pengemis. Tak pakai seragam, tak pakai sepatu, hanya selembar kulit di tubuhnya. Jauh dari penampilannya saat berkunjung ke Uni Soviet dan China."
Kolonel Zenteno yang pergi bersama Rodriguez, menginterogasi Guevara. Namun Che tak menjawab. Ia ada di lantai dalam kondisi terikat, jasad 2 gerilyawan Kuba ada di depannya.
"Aku berdiri di depannya dan berkata, 'Che Guevara, aku datang untuk bicara denganmu'," kata Rodriguez.
Rodriguez mengatakan Che punya alasan memilih Bolivia sebagai tempat gerilya. "Satu, itu jauh dari Amerika Serikat. Kedua, itu adalah negara yang sangat miskin sehingga ia tidak merasa bahwa Amerika Serikat akan memiliki banyak kepentingan dengan Bolivia, dan ketiga dan yang paling penting baginya, itu berbatasan dengan lima negara yang berbeda." Setelah Bolivia, Guevara mengincar Argentina, Brasil, Chili, Peru.
Sebagai agen CIA, Rodriguez diperintahkan menjaga Che Guevara tetap hidup. Namun, kemudian ia mendapat perintah dengan kode rahasia: 500 dan 600. '500' adalah kode untuk Guevara, sementara '600' artinya bunuh dia!
Rodriguez mengatakan, saat Guevara tahu ia akan dieksekusi, wajahnya menjadi putih pucat. Dan ia berkata, "Lebih baik seperti ini, aku seharusnya tidak pernah ditangkap hidup-hidup."
Che lalu menarik pipa dari punggung, mengatakan, ingin memberikannya pada tentara yang memperlakukannya dengan baik.
Saat ditanya, apa pesan terakhirnya, Rodriguez mengatakan, Che menjawab, "Jika kau bisa, katakan pada Fidel (Castro), ia segera akan menyaksikan kemenangan revolusi di Amerika."
Lalu, Rodriguez menambahkan, ekspresi Che berubah. Dan ia berkata, "Jika bisa, katakan pada istriku untuk menikah lagi dan mencoba untuk hidup bahagia." Itu kata-kata terakhirnya Guevara pada Rodriguez.
"Ia mendekatiku, kami bersalaman, dan berpelukan. Dia lalu berdiri, mengira aku akan menembaknya," kata Rodriguez.
Perkirakaannya salah, Rodriguez meninggalkan ruangan, dan 2 menit kemudian suara tembakan terdengar.
Guevara akhirnya tewas. Ia yang tak percaya Tuhan, diberkati oleh seorang imam Katolik.
Sehari setelahnya, sebuah rapat digelar militer Bolivia, dipimpin Jenderal Ovando Candia. Salah satu kolonel mengatakan, Castro tak percaya Guevara tewas dan meminta agar kepalanya dipenggal dan diawetkan dalam formalin.
Tapi Rodriguez menolak. "Aku berkata saat itu, 'jangan jenderal, Anda tak bisa melakukannya'." Jenderal itu balik bertanya mengapa tidak? Apalagi Castro selalu membantah.
"Anda tak bisa memenggal kepala seorang manusia dan menjadikannya bukti," jawab Rodriguez kala itu. Lalu ia menyarankan untuk memotong salah satu jari Che sebagai bukti mencocokkan sidik jari. Tapi sang jenderal malah memutuskan untuk memutilasi dua tangannya. Guevara dikubur tanpa tangan.
Rodriguez menyayangkan bagaimana Guevara lantas menjadi ikon budaya populer, gambar di kaus dan stiker. Anak-anak muda memakainya tanpa tahu siapa dia.
"Di Paris, misalnya, ada pemuda memakai kaus Che Guevara, saat ditanya siapa yang terpampang di pakaiannya, ia menjawab, 'Penyanyi rock'," kata Rodriguez.
Ia melanjutkan, "Padahal orang ini (Che) adalah kriminal. Ada banyak catatan yang bisa dicek, ia berkata berulang kali, seandainya dia punya bom atom ia akan melemparkan ke New York. Untuk menerapkan sosialisme di AS, dia menilai, layak untuk mengorbankan jutaan rakyat AS"
Satpam yang Menang Perkara di Mahkamah Konstitusi
Terinspirasi Yusril, Satpam Ini Seorang Diri Hadapi Negara di MK
Marthen Boiliu (39) akhirnya memenangkan gugatannya terhadap Pasal 96 Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di Mahkamah Konstitusi (MK). Satpam tersebut seorang diri menggugat negara berkat inspirasi yang diperolehnya dari pengalaman Yusril Ihza Mahendra, seorang pengacara yang selama ini berhasil memenangkan banyak perkara di MK.
"Saya sering baca perkara yang ditangani Prof Yusril dan putusan-putusan perkaranya," ujar Marthen di kediamannya, Jalan Wibawa Mukti RT 01 RW 18, Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Sabtu (21/9/2013).
Pria kelahiran Kupang, 11 November 1974, ini pun kagum kepada Yusril. Menurutnya, sosok Yusril merupakan pengacara sekaligus ahli hukum tata negara yang cerdas. Bagi Marten, tulisan-tulisan Yusril dalam bentuk buku atau jurnal menjadi masukan yang berharga.
"Saya baca semua tulisan Pak Yusril dan buku-buku lainnya saat ada kesempatan atau waktu lowong," kata Marthen.
Selain tulisan Yusril, suami dari Ester Fransiska (38) tahun ini mengaku mendapat angin segar dari pakar hukum tata negara, Margarito Kamis dan A Masyhur Effendi. Keduanya membantunya secara sukarela dengan memberikan keterangan sebagai ahli dalam persidangan.
"Pendapat hukum Pak Margarito tajam, lalu Prof Masyhur juga. Saya sangat berterima kasih kepada beliau-beliau ini yang secara sukarela mau membantu saya," ucap Marthen.
MK mengabulkan permohonan Marthen Boiliu, eks petugas satpam PT Sandhy Putra Makmur, yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak 2 Juli 2009. Marthen bekerja sejak 15 Mei 2002.
Atas PHK tersebut, Marthen belum menerima pembayaran uang pesangon, uang penghargaan, dan uang penggantian hak dari perusahaan tempatnya bekerja. Padahal, pesangon dan hak lain itu diatur dalam Pasal 163 Ayat (2) juncto Pasal 156 Ayat (2), (3), dan (4) UU Ketenagakerjaan.
Marthen baru mengajukan tuntutan pembayaran uang pesangon, penghargaan, dan penggantian hak itu pada Juni 2012. Akan tetapi, ketentuan Pasal 96 UU Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa pesangon hanya bisa dituntut dua tahun setelah PHK mengakibatkan Marthen tidak dapat mengajukan tuntutan.
Dalam pertimbangannya, MK menyebutkan, hak pemohon untuk menuntut upah merupakan hak yang timbul karena pemohon melakukan pengorbanan berupa adanya prestasi kerja. Sama halnya dengan perlakuan terhadap hak kepemilikan terhadap benda, hak tersebut perlu dilindungi hingga si pemilik hak menyatakan melepaskan haknya.
Atas putusan tersebut, Hakim Konstitusi Hamdan Zoelva mengajukan pendapat berbeda (dissenting opinion). Menurut Hamdan, MK tidak dapat membatalkan pasal tersebut secara keseluruhan. Perundingan antara pengusaha, pekerja, dan pemerintah pun didorong untuk memperoleh titik temu, termasuk soal upah.
Satpam Marten, dari “Nyaleg” Banting Setir ke Dunia Hukum
Marten Boiliu, petugas keamanan yang bertugas untuk PT Telkom sekaligus mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia yang memenangkan gugatan judicial review UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 96 di Mahkamah Konstitusi.
JAKARTA,KOMPAS.com - Petugas satuan pengamanan (satpam) yang juga mahasiswa hukum Marten Boiliu, yang menang melawan pemerintah dan DPR di Mahkamah Konstitusi ternyata pernah menjadi calon anggota legislatif (caleg) DPR. Pengalamannya berpolitik itulah yang mendorong dia menempuh pendidikan hukum dan memiliki bekal mengajukan judicial review (JR) atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakeerjaan.
Pada Pemilu 2009, Marten mencalonkan diri menjadi calon anggota parlemen dari Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) dari Daerah Pemilihan (Dapil) Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia berupaya merebut suara untuk dapat melenggang ke Senayan, Jakarta. “Dari luar sini saya dengar politik itu kotor. Saya berharap bisa memperbaikinya dengan terlibat langsung di dalamnya,” ujar Marten soal alasannya terjun ke dunia politik, saat ditemui di kampusnya di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI), Minggu (22/9/2013).
Bermodal ijazah SMA dan uang tabungan dirinya dan istrinya, satpam yang ditugaskan di PT Telkom, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan itu, mendaftarkan diri menjadi caleg. Dia juga memberanikan diri mengajukan pinjaman uang ke bank. “Gali-gali lobanglah,” kisahnya. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Marten harus menelan kekalahan dalam perhelatan demokrasi itu.
Dalam perjalanan politiknya itu, dia menyadari, untuk dapat bertahan di panggung politik dia harus rela meninggalkan nuraninya. “Banyak hal yang bertentangan dengan nurani saya. Untuk bisa bertahan, saya harus mengeraskan hati dan untuk itu saya tidak sanggup,” tuturnya soal alasannya menyerah dan mundur dari dunia politik.
Marten mulai pesimistis dapat berjuang dari jalur politik. Dia sadar, dirinya tidak dapat berjuang sendiri membersihkan dunia politik Indonesia. “Istilahnya, kalau sapu lidi ada 100 batang lidi. Yang 99 batang kotor dan hanya satu batang lidi yang bersih, tidak akan bisa membuat yang lain bersih dan menyapu dengan bersih,” ujarnya beranalogi.
Anak petani itu, tidak serta merta bangkit dari kejatuhannya. Dia bahkan mengaku hampir gila karena tekanan yang dialaminya. Namun, berkat dukungan sang istri, Ester Fransisca Nuban, perlahan Marten bangkit dari keterpurukan. “Untuk bisa bangkit saya harus sadar dan sehat. Maka, sedikit demi sedikit saya tutup lubang (membayar utang) waktu saya nyaleg. Lalu saya mulai merencanakan hidup saya selanjutnya,” paparnya.
Dari perenungannya, pada pertengahan 2010, Marten mendaftarkan diri menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI). Dia memutuskan demikian karena menyaksikan hal-hal yang melanggar hukum dan mendustai nuraninya saat bergelut di dunia politik. “Saya memang sejak kecil sudah tertarik pada hukum. Tapi semakin mantap kuliah di fakultas hukum karena peristiwa waktu nyaleg itu,” ujar anak ketujuh dari delapan bersaudara tersebut.
Tidak seperti mahasiswa UKI kebanyakan, uang yang dimiliki Marten ketika mendaftar kuliah hanya Rp 200.000. Menurutnya, pada saat itu dana yang dimilikinya hanya cukup untuk membeli formulir dan jaket almamater. Marten kemudian memberanikan diri memohon keringanan dari pihak universitas. Dia meminta diberi waktu lebih panjang untuk melunasi biaya kuliahnya.
“Saya beri jaminan akan saya bayar pada waktu yang kami sepakati bersama,” ungkap dia.
Seperti mendapat keajaiban, Marten dapat menjalani kuliahnya hingga kini memasuki semester 8 dan akan menyusun skripsi. Setiap semester, Martin harus membayar SPP hingga Rp 5 juta. Dengan gaji saat ini hanya sekitar Rp 3 juta dan gaji istri yang tidak jauh berbeda, Marten mengaku harus pandai mengatur keuangan keluarganya.
Ia bersyukur karena tidak perlu membayar sewa rumah kontrakan yang dia tempati bersama keluarganya. Sang pemilik rumah memercayakan dia mengelola beberapa rumah kontrakan dengan imbalan tidak perlu membayar sewa. “Pokoknya, saya ini hidup di tengah keajaiban,” katanya.
Keajaiban lainnya terjadi saat ia menyusun materi permohonan judicial review di MK, 2012 lalu. Marten mengaku sangat membutuhkan komputer sebagai alat kerja. Ia tidak berani menyusun itu di tempat rental komputer karena takut ada pihak yang tidak bertanggung jawab yang dapat mengetahuinya. Di samping, Marten tidak memberi tahu siapa pun soal gugatannya itu selain istrinya.
“Saya berdoa pada Tuhan. Entah bagaimana, puji Tuhan, tiba-tiba ada orang menawarkan membelikan laptop. Memang sulit dijelaskan dengan logika. Tapi itulah mukjizat,” jelasnya.
Hal yang sama juga terjadi pada saat ia membutuhkan printer. Tidak mau pemberian orang-orang itu sia-sia, Marten pun semakin serius mengerjakan materi perlawanannya terhadap pemerintah dan legislator.
Marten juga percaya, kemenangannya di MK adalah keajaiban dari Tuhan, bukan hanya baginya, tetapi juga bagi buruh lain yang bernasib sama dengannya.
Marthen Boiliu (39) akhirnya memenangkan gugatannya terhadap Pasal 96 Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di Mahkamah Konstitusi (MK). Satpam tersebut seorang diri menggugat negara berkat inspirasi yang diperolehnya dari pengalaman Yusril Ihza Mahendra, seorang pengacara yang selama ini berhasil memenangkan banyak perkara di MK.
"Saya sering baca perkara yang ditangani Prof Yusril dan putusan-putusan perkaranya," ujar Marthen di kediamannya, Jalan Wibawa Mukti RT 01 RW 18, Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Sabtu (21/9/2013).
Pria kelahiran Kupang, 11 November 1974, ini pun kagum kepada Yusril. Menurutnya, sosok Yusril merupakan pengacara sekaligus ahli hukum tata negara yang cerdas. Bagi Marten, tulisan-tulisan Yusril dalam bentuk buku atau jurnal menjadi masukan yang berharga.
"Saya baca semua tulisan Pak Yusril dan buku-buku lainnya saat ada kesempatan atau waktu lowong," kata Marthen.
Selain tulisan Yusril, suami dari Ester Fransiska (38) tahun ini mengaku mendapat angin segar dari pakar hukum tata negara, Margarito Kamis dan A Masyhur Effendi. Keduanya membantunya secara sukarela dengan memberikan keterangan sebagai ahli dalam persidangan.
"Pendapat hukum Pak Margarito tajam, lalu Prof Masyhur juga. Saya sangat berterima kasih kepada beliau-beliau ini yang secara sukarela mau membantu saya," ucap Marthen.
MK mengabulkan permohonan Marthen Boiliu, eks petugas satpam PT Sandhy Putra Makmur, yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak 2 Juli 2009. Marthen bekerja sejak 15 Mei 2002.
Atas PHK tersebut, Marthen belum menerima pembayaran uang pesangon, uang penghargaan, dan uang penggantian hak dari perusahaan tempatnya bekerja. Padahal, pesangon dan hak lain itu diatur dalam Pasal 163 Ayat (2) juncto Pasal 156 Ayat (2), (3), dan (4) UU Ketenagakerjaan.
Marthen baru mengajukan tuntutan pembayaran uang pesangon, penghargaan, dan penggantian hak itu pada Juni 2012. Akan tetapi, ketentuan Pasal 96 UU Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa pesangon hanya bisa dituntut dua tahun setelah PHK mengakibatkan Marthen tidak dapat mengajukan tuntutan.
Dalam pertimbangannya, MK menyebutkan, hak pemohon untuk menuntut upah merupakan hak yang timbul karena pemohon melakukan pengorbanan berupa adanya prestasi kerja. Sama halnya dengan perlakuan terhadap hak kepemilikan terhadap benda, hak tersebut perlu dilindungi hingga si pemilik hak menyatakan melepaskan haknya.
Atas putusan tersebut, Hakim Konstitusi Hamdan Zoelva mengajukan pendapat berbeda (dissenting opinion). Menurut Hamdan, MK tidak dapat membatalkan pasal tersebut secara keseluruhan. Perundingan antara pengusaha, pekerja, dan pemerintah pun didorong untuk memperoleh titik temu, termasuk soal upah.
Satpam Marten, dari “Nyaleg” Banting Setir ke Dunia Hukum
Marten Boiliu, petugas keamanan yang bertugas untuk PT Telkom sekaligus mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia yang memenangkan gugatan judicial review UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 96 di Mahkamah Konstitusi.
JAKARTA,KOMPAS.com - Petugas satuan pengamanan (satpam) yang juga mahasiswa hukum Marten Boiliu, yang menang melawan pemerintah dan DPR di Mahkamah Konstitusi ternyata pernah menjadi calon anggota legislatif (caleg) DPR. Pengalamannya berpolitik itulah yang mendorong dia menempuh pendidikan hukum dan memiliki bekal mengajukan judicial review (JR) atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakeerjaan.
Pada Pemilu 2009, Marten mencalonkan diri menjadi calon anggota parlemen dari Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) dari Daerah Pemilihan (Dapil) Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia berupaya merebut suara untuk dapat melenggang ke Senayan, Jakarta. “Dari luar sini saya dengar politik itu kotor. Saya berharap bisa memperbaikinya dengan terlibat langsung di dalamnya,” ujar Marten soal alasannya terjun ke dunia politik, saat ditemui di kampusnya di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI), Minggu (22/9/2013).
Bermodal ijazah SMA dan uang tabungan dirinya dan istrinya, satpam yang ditugaskan di PT Telkom, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan itu, mendaftarkan diri menjadi caleg. Dia juga memberanikan diri mengajukan pinjaman uang ke bank. “Gali-gali lobanglah,” kisahnya. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Marten harus menelan kekalahan dalam perhelatan demokrasi itu.
Dalam perjalanan politiknya itu, dia menyadari, untuk dapat bertahan di panggung politik dia harus rela meninggalkan nuraninya. “Banyak hal yang bertentangan dengan nurani saya. Untuk bisa bertahan, saya harus mengeraskan hati dan untuk itu saya tidak sanggup,” tuturnya soal alasannya menyerah dan mundur dari dunia politik.
Marten mulai pesimistis dapat berjuang dari jalur politik. Dia sadar, dirinya tidak dapat berjuang sendiri membersihkan dunia politik Indonesia. “Istilahnya, kalau sapu lidi ada 100 batang lidi. Yang 99 batang kotor dan hanya satu batang lidi yang bersih, tidak akan bisa membuat yang lain bersih dan menyapu dengan bersih,” ujarnya beranalogi.
Anak petani itu, tidak serta merta bangkit dari kejatuhannya. Dia bahkan mengaku hampir gila karena tekanan yang dialaminya. Namun, berkat dukungan sang istri, Ester Fransisca Nuban, perlahan Marten bangkit dari keterpurukan. “Untuk bisa bangkit saya harus sadar dan sehat. Maka, sedikit demi sedikit saya tutup lubang (membayar utang) waktu saya nyaleg. Lalu saya mulai merencanakan hidup saya selanjutnya,” paparnya.
Dari perenungannya, pada pertengahan 2010, Marten mendaftarkan diri menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI). Dia memutuskan demikian karena menyaksikan hal-hal yang melanggar hukum dan mendustai nuraninya saat bergelut di dunia politik. “Saya memang sejak kecil sudah tertarik pada hukum. Tapi semakin mantap kuliah di fakultas hukum karena peristiwa waktu nyaleg itu,” ujar anak ketujuh dari delapan bersaudara tersebut.
Tidak seperti mahasiswa UKI kebanyakan, uang yang dimiliki Marten ketika mendaftar kuliah hanya Rp 200.000. Menurutnya, pada saat itu dana yang dimilikinya hanya cukup untuk membeli formulir dan jaket almamater. Marten kemudian memberanikan diri memohon keringanan dari pihak universitas. Dia meminta diberi waktu lebih panjang untuk melunasi biaya kuliahnya.
“Saya beri jaminan akan saya bayar pada waktu yang kami sepakati bersama,” ungkap dia.
Seperti mendapat keajaiban, Marten dapat menjalani kuliahnya hingga kini memasuki semester 8 dan akan menyusun skripsi. Setiap semester, Martin harus membayar SPP hingga Rp 5 juta. Dengan gaji saat ini hanya sekitar Rp 3 juta dan gaji istri yang tidak jauh berbeda, Marten mengaku harus pandai mengatur keuangan keluarganya.
Ia bersyukur karena tidak perlu membayar sewa rumah kontrakan yang dia tempati bersama keluarganya. Sang pemilik rumah memercayakan dia mengelola beberapa rumah kontrakan dengan imbalan tidak perlu membayar sewa. “Pokoknya, saya ini hidup di tengah keajaiban,” katanya.
Keajaiban lainnya terjadi saat ia menyusun materi permohonan judicial review di MK, 2012 lalu. Marten mengaku sangat membutuhkan komputer sebagai alat kerja. Ia tidak berani menyusun itu di tempat rental komputer karena takut ada pihak yang tidak bertanggung jawab yang dapat mengetahuinya. Di samping, Marten tidak memberi tahu siapa pun soal gugatannya itu selain istrinya.
“Saya berdoa pada Tuhan. Entah bagaimana, puji Tuhan, tiba-tiba ada orang menawarkan membelikan laptop. Memang sulit dijelaskan dengan logika. Tapi itulah mukjizat,” jelasnya.
Hal yang sama juga terjadi pada saat ia membutuhkan printer. Tidak mau pemberian orang-orang itu sia-sia, Marten pun semakin serius mengerjakan materi perlawanannya terhadap pemerintah dan legislator.
Marten juga percaya, kemenangannya di MK adalah keajaiban dari Tuhan, bukan hanya baginya, tetapi juga bagi buruh lain yang bernasib sama dengannya.
