Menteri Susi Jadi Headline TV Belanda
Jakarta -
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjadi topik utama
berita televisi DP asal Belanda. Sepak terjang Menteri Susi, pemilik
bisnis jasa penyewaan pesawat carter Susi Air tersebut menjadi ulasan
utama. Dalam video yang diunggah di Internet, Rabu, 29 Oktober 2014,
presenter DP menceritakan awal mula Menteri Susi berwirausaha. "Dia
memulai sejak 30 tahun lalu," kata presenter tadi.
Bisnis
perikanan yang dimulai di Pangandaran, Jawa Barat, itu berkembang pesat
hingga membutuhkan lebih banyak modal. Lalu Susi, kata presenter
tersebut, mencoba mencari tambahan dana di bank. "Saya bilang pada bank,
saya bisa bayar. Karena ini lobster. Lobster pasti bisa bayar," kata
Menteri Susi dalam tayangan tersebut. Akhirnya Menteri Susi berhasil
melakukan ekspansi usaha dari tambahan modal itu.
TV tersebut
menjelaskan peran Menteri Susi saat terjadi bencana tsunami di Aceh pada
2004. "Pada saat itu dia menggratiskan biaya servis selama 2 pekan,"
katanya. Dan terbukti, pelayanan gratis Menteri Susi mencapai target,
pesawat carterannya adalah yang pertama kali mencapai daratan terpencil
di Aceh, sehingga bantuan untuk korban tsunami bisa segera disalurkan.
Sejak
saat itu, kata TV tersebut, orderan untuk Susi terus mengalir. Padahal,
sebelumnya ia sempat menyatakan akan menutup salah satu unit bisnisnya
itu.
TV tersebut juga mengupas tentang Susi dan fenomena orang
kaya di Indonesia. Dengan menunjukkan grafik pertumbuhan ekonomi
terkini, sang presenter menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang
tinggi menghasilkan konglomerat-konglomerat baru.
Mereka-para
konglomerat itu-tak segan membeli atau menyewa jet pribadi. Dan Susi
adalah satu di antara para konglomerat itu. Bedanya, Susi dianggap mampu
memanfaatkan momentum tingginya permintaan sewa pesawat carteran
sebagai ladang bisnis.
Menteri Susi akhir-akhir ini banyak
dibicarakan media massa terkait dengan profil pribadinya yang dianggap
menarik. Susi yang hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat dua di
sekolah menengah atas itu, berhasil menjadi pengusaha ikan dan pesawat
carteran sukses di Tanah Air. Meski demikian, Susi juga terkenal karena
penampilannya yang nyentrik.
Gaya Eksentrik Susi Pudjiastuti dan BisnisnyaGayanya
yang eksentrik, bicaranya ceplas-ceplos. Selain nada suaranya yang
berat, layaknya kaum adam, tak jarang wanita ini juga menghisap sebatang
rokok filter membuat kesan 'angker' dengan orang yang berhadapan di
depannya.
Ditambah gambar tato di beberapa bagian tubuh serta
kerut di wajah wanita ini mungkin bisa menggambarkan betapa keras jalur
hidup yang ditempuhnya.
Menteri Kelautan dan Perikanan yang baru,
Susi Pujiastuti (50) sebagai wanita bisnis memang merangkak dari bawah.
Dilahirkan dari kalangan pedagang, Susi memulai karirnya sebagai
pedagang ikan segar. Ia sukses di industri perikanan modern dan
penerbangan carter beraset ratusan miliar rupiah.
Masing-masing
adalah PT ASI Pujiastuti Marine Product yang bergerak di bisnis
perikanan, dan Susi Air yang merupakan maskapai sewa dengan hampir 50
pesawat propeler jenis Cessna Grand Caravan dan Avanti. Dari dua
perusahaan itu, Susi bisa menghidupi ribuan karyawan.
Jalan hidup
wanita ini memang penuh liku. Seusai memutuskan keluar dari bangku SMA
di daaerah perbatasan Cilacap dengan Jawa Barat, Jawa Tengah, pada 1983,
Susi mulai menjalani pekerjaannya sebagai pengepul ikan dengan modal
pas-pasan.
Usahanya terus berkembang. Tidak puas hanya berbisnis
ikan laut di satu daerah, Susi mulai melirik daerah Pangandaran di
pantai selatan Jawa Barat. Ternyata, di sana keberuntungan Susi datang.
Usaha perikanannya maju pesat. Jika semula dia hanya memperdagangkan
ikan dan udang, maka Susi mulai memasarkan komoditas yang lebih
berorientasi ekspor, yaitu lobster.
Dia membawa dagangannya
sendiri ke Jakarta untuk ditawarkan ke berbagai restoran seafood dan
diekspor. Ternyata pasar yang lebih luas masih membentang luas, ekspor
lobster. Karena besarnya permintaan luar negeri, untuk menyediakan stok
lobster, Susi pun harus berkeliling Indonesia mencari sumber suplai
lobster.
Saat itu masalah timbul. Problem justru karena stok
melimpah, namun transportasi, terutama udara, sangat terbatas. Untuk
mengirim dengan kapal laut terlalu lama karena lobster bisa terancam
busuk atau menurun kualitasnya.
Pada saat itulah timbul ide Susi
lainnya untuk membeli sebuah pesawat. Gayung bersambut, sang suami
Christian von Strombeck, yang adalah pilot berkewarganegaraan Jerman
mendukungnya. Sebagai pilot pesawat carteran, Christian sudah
berpengalaman dalam bisnis pesawat.
Sebuah pesawat jenis Cessna dia beli. Alat transportasi itu sangat membantunya mengangkut lobster dari daerah-ke daerah lainnya.
Dibandingkan
diangkut dengan darat yang butuh waktu relatif lama dan banyak lobster
yang mati di jalan, tentu pengangkutan dengan pesawat ini lebih
ekonomis. Ia juga mampu meningkatkan produktivitas perdagangan ikannya.
Nilai jual komoditas nelayan di daerah juga naik.
“Nelayan bisa
mendapatkan nilai tambah. Misalnya saja, lobster di Pulau Mentawai yang
tadinya hanya dijual Rp 40.000 per kilo ke tengkulak, setelah itu bisa
dinaikkan menjadi Rp 80.000 per kilo saat itu. Uang lebih bisa
dikantongi nelayan, karena tanggungan biaya transportasi turun drastis,”
kata Susi kepada Tribunnews.com, saat itu.
Jadi, kebutuhan
terhadap pesawat penumpang pun semakin meningkat seiring dengan ekspor
yang terus bertambah. Belakangan, pesawat yang tadinya hanya untuk
mengangkut barang dagangan laut, dia coba sewakan kepada masyarakat yang
ingin menumpang.
“Ternyata, permintaan transportasi sangat besar
karenanya kita pun mengembangkan bisnis pesawat carter ini dan Susi
Air,” ujarnya.
Saat ini, Susi Air memiliki sebanyak 46 pesawat
kecil, antara lain jenis Cessna Grand, Avanti, dan Porter yang
dioperasikan dengan ratusan. Harga pesawat Cessna hampir mencapai Rp 20
miliar per unit. Adapun harga pesawat Avanti bisa empat kali lebih
mahal. Bisa dibilang, Susi Air saat ini telah merajai dari maskapai
carteran di Indonesia.
Untuk lebih mudah mendapatkan pilotnya,
Susi Air juga telah membangun sekolah pilot di Pangandaran. Saat itu
Susi beralasan, selain untuk memenuhi kebutuhan pilot juga membangun SDM
dari Pangandaran dan sekitarnya, tempat kantor pusat Susi Air itu
berdiri. Hal ini juga untuk mengurangi jumlah pilot asing yang masih
mewarnai maskapai tersebut.
Bisnis Lobsternya sempat goyang saat
terjadi bencana tsunami di selatan Pulau Jawa pada pertengahan 2000-an.
Menurutnya, saat itu hampir seluruh nelayan lobster bangkrut bahkan
banyak yang menjadi korban. Dari ekspor yang setahunnya bisa mencapai 10
juta dollar AS, saat itu jatuh hingga menjadi 1 juta dollar saja.
"Cukup lama untuk merecovery, butuh bertahun-tahun agar nelayan bisa kembali mendapatkan bisnis mereka kembali," ujarnya.
Perintah Susi Kerap Bikin Karyawan Heran
Jakarta
- Kebijakan Susi Pudjiastuti saat memimpin PT ASI Pudjiastuti Marine
dan PT ASI Pudjiastuti Aviation kerap membikin karyawan geleng-geleng
kepala. Mereka heran dengan keputusan Susi yang kadang dinilai tidak
lumrah.
"Bu Susi pengusaha yang cukup aneh menurut saya," kata
penanggung jawab PT ASI Pudjiastuti Marine, Rustam Effendi. Saat Tempo
berkunjung ke markas perusahaan Susi di Pangandaran, Jawa Barat, Rabu,
29 Oktober lalu, Rustam bercerita panjang-lebar.
Suatu hari,
ujar Rustam, ia diminta membeli lobster hasil tangkapan nelayan. Namun,
di luar dugaan, Susi menyuruhnya melepaskan lobster-lobster tersebut.
"Ada perintah-perintah yang membingungkan. Kalau orang dagang, kan,
membeli lobster untuk dijual lagi supaya dapat untung."
Susi
lantas menjelaskan alasannya. Lobster-lobster itu, tutur Susi seperti
dikutip Rustam, rupanya sedang bertelur. Susi beranggapan, bila lobster
tersebut diambil untuk dijual atau diolah, dalam beberapa tahun ke
depan, perusahaan tak akan bisa membeli lobster lagi. "Habis, punah,"
katanya.
Perusahaan, ujar Rustam, tidak bisa melarang nelayan
menjual lobster yang sedang bertelur. "Kalau nelayan, semua lobster, ada
atau tidak ada telur, diambil. Yang penting, laku dijual. Bu Susi gagal
menyadarkan nelayan, maka lobster dibeli dan dilepas kembali,"
tuturnya.
Rustam sempat berseloroh mengomentari
keputusan-keputusan Susi. Dengan bercanda, ia menyebut Susi sebagai
Menteri Sosial. "Ibu pengusaha atau Menteri Sosial," ujarnya bergurau.
Susi Pudjiastuti Tantang Para Pakar Kelautan yang Ragukan Kemampuannya
JAKARTA
— Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menantang orang-orang
yang menyangsikan kemampuannya memimpin kementerian di sektor bahari
itu.
Hal itu ia sampaikan saat menjawab pertanyaan awak media,
apakah Susi berencana menggandeng para pakar kelautan yang, seperti
diberitakan di beberapa media, meragukan kemampuan wanita berijazah SMP
ini.
"Kalau kesombongan mereka itu bisa dibuktikan, saya akan
ajak kerja sama," tekan Susi dalam konferensi pers, di Gedung Mina
Bahari III, Jakarta, Rabu (28/10/2014).
Sejurus kemudian, Susi
mengatakan akan lebih memilih menggandeng orang-orang lama di
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), jika para pakar atau ahli
kelautan yang mencibir latar belakang akademiknya itu tidak dapat
membuktikan kepakaran mereka. "Kalau cuma koar-koar saja, saya kira di
KKP ini banyak orang yang sudah bekerja, and they are very excellent,"
ucap Susi lagi.
Sebelumnya, banyak pihak menyangsikan bahwa Susi
bisa melakoni jabatannya sebagai Menteri KKP karena latar belakang
akademiknya menunjukkan bahwa ia hanya lulusan SMP. Pakar ilmu kelautan
dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Muslim Muin, adalah salah satu
orang yang meragukan Susi.
Dia mengatakan, posisi-posisi menteri
strategis yang terkait pengembangan kemaritiman dalam Kabinet Kerja
Jokowi diisi oleh orang yang tidak tepat. Pengangkatan Susi Pudjiastuti
sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, misalnya, dinilai tidak tepat
oleh Muslim. Susi memang sukses dalam mengembangkan industri pengolahan
hasil laut serta transportasi antar-pulau. Namun, menurut Muslim, itu
tak cukup.
"Ngaco mengangkat Susi sebagai Menteri Kelautan dan
Perikanan. Sukses menjadi pengusaha ikan bukan berarti bisa memimpin
KKP," ungkap Muslim.
Muslim mempertanyakan apakah Susi paham
mengenai teknologi kelautan, marine products economics, coastal
processes, dan underwater technology. Menurut Muslim, kepakaran Susi
hanyalah tentang penangkapan dan penjualan ikan.
Aturan "Preman" dari Susi Pudjiastuti
JAKARTA — Memiliki latar belakang pengusaha membuat Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tergerak untuk menjalankan program asistensi bagi daerah-daerah yang memiliki potensi perikanan. Namun, ada aturan yang ketat bagi pemerintah daerah yang ingin bisa mendapatkan asistensi yang digagas tersebut.
"Program KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) hanya akan saya salurkan kalau pemda sudah buat perda pelarangan jual-beli kepiting yang bertelur, ikan yang bertelur, udang yang bertelur, pelarangan penebangan hutan bakau, pelarangan penggunaan bahan kimia di tambak. Kalau itu dibuat, programnya saya lepas,” terang Susi, Jakarta.
Susi mengatakan, aturan tersebut memang sedikit "preman". Namun dia menjelaskan, dia hanya ingin melindungi kekayaan laut Indonesia. "Itu yang saya buat, sedikit 'preman'. (Kalau terus begini) nanti cucu kita enggak tahu lagi kepiting itu seperti apa," ujarnya.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, mengaku tidak ragu terhadap komandan barunya itu. Slamet melihat, Susi memiliki kemampuan manajerial luar biasa. "Beliau ingin apa yang kita kerjakan bukan asistensi cuma-cuma. Saya melihat Bu Susi sih oke. Saya tidak menyangsikan," kata dia.
"Bu Susi itu Fast Learner"
JAKARTA – Nama Susi Pudjiastuti menjadi sorotan publik salah satu sebabnya adalah latar belakang pendidikannya, yang hanya tamat Sekolah Menengah Pertama. Namun, siapa sangka, wanita yang kini menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan itu ternyata bisa tiga bahasa asing.
Adalah Arman Juffry, teman Susi, yang memberikan informasi tersebut kepada wartawan, di sela-sela serah terima jabatan Susi sebagai Menteri KKP. Arman menceritakan, Susi tinggal dan besar di keluarga santri. “Dari kecil (Susi) sudah bisa baca Qur'an, bisa bahasa Arab,” kata Arman.
Namun, soal ini, dia mengaku belum mendengar sendiri Susi berbicara dalam bahasa Arab. Meski begitu, dia menyebut Susi bisa berbahasa Jepang. Pada suatu ketika ada konferensi di Jepang, dan Susi bisa berbicara dalam bahasa Jepang.
“Bahasa Inggris, bisa. Bu Susi itu fast learner,” ujar dia lagi.
Arman, yang juga rekan bisnis Susi nampaknya juga cukup dekat dengan Susi. Dia mengaku, dirinya turut menemani Susi ketika ibunda Susi meninggal dunia.
Kepada wartawan, Arman menceritakan sisi lain Susi Pudjiastuti. Dia bilang,Susi adalah salah satu pencinta kopi. Susi,kata dia lagi, juga seorang perokok berat. Meski begitu, Susi pernah membuat gerakan positif, yakni melarang para perokok membuang sembarangan puntung rokok mereka di Pangandaran.
“Beliau punya pengaruh di Pangandaran. Dulu di Pangandaran tidak diperkenankan membuang puntung rokok sembarangan, denda Rp 50.000,” kenang Arman.
Sayangnya, dia tidak menjelaskan apakah ide Susi itu kini berlanjut atau tidak. Yang jelas, pada saat itu, terobosan Susi cukup membantu masyarakat dan lingkungan. Uang denda dari para pelanggar aturan itu dikembalikan ke masyarakat.
“Dia memang perokok berat. Tapi dia bikin konsep uang denda digunakan lagi untuk kepentingan masyarakat Pangandaran,” ucap Arman.
Susi: Dengan Ijazah Saya, Apalah Saya Ini "Ngobrol" dengan Pejabat...
JAKARTA — Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyadari betul banyak yang meragukan kemampuannya sebagai komandan di kementerian urusan bahari itu. Sebab utamanya adalah latar belakang pendidikan Susi yang hanya sampai di bangku sekolah menengah pertama.
Keresahan sebagian orang itu diakuinya dan disampaikannya secara terbuka kepada pejabat dan pegawai KKP yang memadati auditorium Gedung Mina Bahari III, Rabu (29/10/2914), saat serah terima jabatan. Dalam kesempatan yang juga dihadiri mantan Menteri KKP Sjarief C Soetardjo itu, dia menyampaikan dalam dua hari ini dirinya telah berdiskusi dengan pejabat eselon I dan II.
Rencananya, diskusi tersebut akan dilanjutkan siang ini. Susi mengatakan, ia ingin mencoba mengerti apa yang dilakukan KKP. "Ternyata, mereka (pejabat eselon) sangat berpikiran terbuka, dan wellcome. Saya tadinya sedikit ragu. Mereka ini kan akademisi andal. Dengan ijazah saya, apalah saya ini ngobrol dengan bapak-bapak pejabat eselon," kata Susi merendah.
Namun, ternyata, kata Susi, dalam diskusinya dengan para pejabat eselon KKP tersebut, diskusi bergulir dan mengalir hingga sore hari tanpa putus. Susi pun merasa latar belakangnya tak lagi menjadi hambatan.
"Sebetulnya kalau kita melihat, kita punya common sense dan logika. Itulah yang kita pakai," ujar dia.
Sebagaimana diketahui, banyak orang meragukan kemampuan Susi dalam memimpin lantaran Susi hanya lulusan SMP. Bahkan, seorang pakar ilmu kelautan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Muslim Muin, menyebut kepakaran Susi hanyalah tentang penangkapan dan penjualan ikan. Muslim, mempertanyakan apakah Susi paham mengenai teknologi kelautan, marine products economics, coastal processes, dan underwater technology.
Kisah Menteri Susi Makan Sepiring dengan Karyawan
Pangandaran - Susi Pudjiastuti menurut sejumlah karyawannya merupakan sosok yang mudah bergaul. Saat masih memimpin Susi Air, seolah tidak ada sekat antara karyawan dan sang pemimpin.
"Suka turun langsung ke sini (tempat pengepakan lobster), ngobrol bareng karyawan. Tanpa sungkan," kata Watini, salah seorang karyawan PT ASI Pudjiastuti Marine, saat ditemui di kantor Susi Air, Rabu, 29 Agustus 2014.
Menurut Watini, Susi sering turun membantu mengepak lobster. Dia juga memberi contoh cara bekerja yang benar kepada karyawannya. "Misalnya kalau menyortir lobster harus pakai dua tangan jangan satu tangan," ujarnya.
Jika ada karyawan yang salah dalam bekerja, Susi tidak pernah marah. "Paling menegur secara halus," terangnya.
Jika ada hari besar seperti HUT Kemerdekaan RI atau Lebaran, kata Watini, Susi suka ngumpul sama karyawan di kantornya. Pada peringatan 17 Agustus tahun ini, Susi ikut bermain tarik tambang bersama karyawan. "Kalau orang luar lihat, mana sih bos-nya," kata Watini.
Pengalaman lain dikemukakan Ade, karyawan di PT ASI Pudjiastuti. Sebagai karyawan paling senior, Ade selalu mendapat perhatian utama dari Susi. "Pernah saat acara ulang tahun, yang pertama diberi nasi tumpeng oleh Bu Susi itu saya," katanya.
Tak hanya sampai sana, Susi dan Ade makan bareng di piring yang sama. Menurut Ade, Susi punya prinsip bahwa pimpinan dan karyawan harus makan dengan menu sama. "Saya makan kangkung, ya manajer juga sama," kata Susi waktu itu, seperti dikutip Ade.
Hal-hal semacam itu, menurut Ade, menjadikan Susi dekat dengan karyawannya. "Jadi tidak ada sekat," ujarnya.
Susi sebut gaji sebagai menteri cuma 1 persen dari CEO Susi Air
Susi Pudjiastuti menceritakan pengalamannya serta perjalannya dari seorang pengusaha hingga menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan di kabinet kerja Jokowi-Jusuf Kalla. Sebelum bergabung di jajaran kabinet, Susi mengaku sering protes dan mengkritik kebijakan pemerintah.
"Dulu saya dipanggil Susi Gila. Saya sms ke 10 kementerian, teriak teriak. Resultnya (hasilnya) apa masa bodoh. Tapi sekarang pemerintah sebut Kita perlu orang gila untuk gebrakan," ucap Susi sambil tertawa di Kantor Kadin, Jakarta.
Setelah menjadi menteri, Susi menyadari banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Karena dulu dia bersuara lantang memprotes kebijakan yang kurang baik, maka dia kini mempersilakan pengusaha untuk komplain jika kebijakannya kontraproduktif.
Susi berkelakar, dengan menjadi menteri, pekerjaannya bertambah tapi gaji justru berkurang dibandingkan jabatan dulunya sebagai CEO Susi Air.
"Komplain juga silakan pak. Sekarang kerjaan banyak gaji cuma satu persen dari gaji saya Susi Air. Tapi saya ikhlas, luangkan waktu saya, energi saya untuk negara," tutupnya.
Ini Alasan Susi Pudjiastuti Terima Tawaran Jabatan Menteri dari Jokowi
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengungkapkan alasannya menerima tawaran sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan di kabinet Jokowi-JK.
"Saya terima pekerjaan ini, dengan pengalaman saya 33 tahun di perikanan dan 10 tahun di penerbangan, mudah-mudahan bisa membantu Indonesia menjadi lebih baik. Membangun ekonomi mandiri dan menumbuhkan kebanggaan diri Indonesia," ucap wanita yang tak menamatkan bangku Sekolah Menengah Atas itu.
Susi yang juga seorang pengusaha lobster itu menyayangkan betapa potensi kelautan dan perikanan Indonesia masih kurang dioptimalkan. Angka ekspor Indonesia di sektor ini rendah. Padahal luas wilayah laut Indonesia sama dengan lima kali Thailand, dan berkali-kali lipat dari Malaysia.
Atas dasar itu, Susi mematok target dalam lima tahun ke depan adalah meningkatkan ekspor dan memaksimalkan potensi kelautan Indonesia. Kepada pegawai yang ada di auditorium KKP, Susi pun menantang mereka merealisasikan target tersebut. "Siap bekerja bersama saya?," tanya Susi. "Siaaaappp..," jawab ratusan pegawai KKP.
Susi, kepada pegawai KKP menyampaikan betapa dia sangat nyaman dengan lingkungan kerja di perusahaannya, Susi Air. "2 tahun terakhir di Susi Air semua profesional, kerja, kerja dan berlari cepat," ucap Susi.
Sejurus kemudian, Susi pun menyatakan keyakinannya bahwa pegawai KKP juga bisa bekerja dengan cepat dan profesional. Itu juga menjadi harapan Susi. "Saya yakin semua dari eselon 1, eselon 2 memberikan environment yang sama kepada saya," kata Susi.
No comments:
Post a Comment