Ahok Bicara Pemikiran Tiongkok, Zionisme, dan Bung Karno
Jakarta
- Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bicara soal masa depan
pemerintahan di Indonesia. Dia memberi paparan dengan menyitir pemikiran
Tiongkok, gerakan Zionisme Yahudi, hingga Soekarno. Bagaimana
maksudnya?
Ahok berbicara dalam sambutan pembukaan Rapat Kerja
Daerah (Rakerda) Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta 2015 di Hotel
Ritz Carlton, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa
(1/12/2015).
Dia ingin semua pihak optimis terhadap pemerintahan DKI selanjutnya, dan pemerintahan Indonesia pada umumnya.
"Yang
jadi masalah, kalau Bapak Ibu berpikir, 'Iya, sekarang masih kamu
(Ahok) Gubernurnya. Kalau gubernurnya bukan kamu lagi, bagaimana
(kelanjutan pemerintahan bersih)?' Kami usaha masih panjang," tutur
Ahok.
Ahok ingin agar semua orang menghindari pesimisme yang
terbayang-bayang mengenai bakal buruknya pemerintahan selanjutnya. Bila
pesimis, "Satu negara ini akan ambruk," ujar Ahok.
Usaha nyata yang dilakukan untuk menghapus birokrasi sarat korupsi telah dilakukan sejak sekarang.
"Enggak
mungkin punya pejabat jujur, enggak mungkin punya gubernur kerja keras,
enggak mungkin gubernur enggak terima duit. Sangat mungkin! Saya
buktikan kepada anda!" ujar Ahok disambut tepuk tangan.
Ahok
lantas mengemukakan pemikiran filsuf Tiongkok dan pendiri Taoisme, Lao
Tse. Syarat negara bisa maju, menurut Lao Tse, ada lima yakni
pertahanan, rakyat, wilayah, makanan, dan keyakinan.
Menurutnya
Lao Tse, unsur pertahanan, rakyat, makanan, bahkan unsur wilayah bisa
dibuang sebagai syarat negara maju. Bila keempat unsur tidak ada,
setidaknya satu unsur penting harus ada, yakni keyakinan.
"(Soal
kepercayaan) Saya enggak mau berdebat soal theologia, tapi kita harus
mengakui peradaban manusia (yang maju sekarang ini) itu dari orang
Yahudi yang begitu cerdas. Semua agama samawi mengatakan orang Yahudi
pilihan Tuhan," tutur Ahok.
Kini Ahok menyambung pemikiran Lao Tse dengan gagasan Zionisme Yahudi. Ini sekadar contoh yang dikemukakannya.
Zionisme
merupakan gerakan kaum Yahudi mendirikan negara di 'tanah yang
dijanjikan Tuhan', begitulah pemahaman sederhananya. Doktrin soal
'wilayah' yang bisa didirikan kembali ini membuktikan unsur 'keyakinan'
bisa lebih penting dari unsur lainnya untuk mendirikan negara maju.
"Negara
Israel kenapa bisa balik lagi jadi sebuah negara setelah dibuang ke
mana-mana, dibantai di mana-mana? Mereka adalah bangsa yang percaya
janji Tuhan adalah negara. Katanya begitu," papar Ahok.
Justru
yang paling bahaya dari sebuah bangsa, bila bangsa tidak mempunyai
keyakinan dan optimisme. Maka dari itu, rakyat Indonesia harus percaya
negaranya akan mendapatkan pejabat, politisi, dan pemimpin yang baik.
Indonesia juga bisa menjadi maju.
"Tapi kalau berpikir selamanya
bangsa ini akan seperti ini, anda siap-siap akan ada yang namanya negara
Banten, Negara Sumut, Negara Gorontalo, karena semua akan hancur.
Sayang, ini negara besar," ujar Ahok.
Ahok lantas bertutur lebih
membumi, kali ini soal kebijakan penganggaran negara. Dia menilai,
negara perlu menerapkan e-Budgeting dan e-Planning untuk mengamankan
anggaran dari penyimpangan, sebagaimana yang dilakukannya di DKI.
Bila anggaran terjamin dari penyimpangan, Ahok meyakini Indonesia bisa menjadi negara maju.
"Dan
kita akan ngomong sombong seperti Bung Karno dulu, 'Go to hell with
your aid!' Mampu kita!" ujar Ahok menyitir ujaran Soekarno.
No comments:
Post a Comment