Dua orang hidup berdekatan :
Mereka tetangga satu sama lain
Mereka saling bertemu muka hampir tiap hari,
Tetapi tak pernah saling bertemu hati
Yang seorang ingin sekali “mendarat”
Di hati yang lain suatu waktu;
Namun dirasanya perjalanan ke situ jauh, amat jauh
Lebih cepat mendarat di bulan kiranya
Louis Evely menulis:
Cinta kasih suami isteri harus menempuh dua karang;
Sikap masa bodoh dan sikap tak mau mengalah (bersikeras)
Isteriku harus begini…Suamiku harus begini…”
Cara satu-satunya mengubah suami atau isteri ialah:
Tetap menerima dia seperti adanya;
Seperti pada permulaannya;
Agar dia berubah;
Yang diperlukan hanyalah : dicintai.
Menuntut agar dia berubah dulu,
Baru akan dicintai,
Berarti tidak memberi sarana kepadanya
Untuk berubah.
Tapi tidak lagi menginginkan
Dan tidak mengusahakan perubahannya
Adalah sikap masa bodoh
Sikap ini jahat pada orang yang mengambilnya
Menjadi sasarannya
Kata-kata bijak tersebut
Berlaku juga pada tiap usaha
Untuk mendekati hati sesama kita
Yang masih jauh dari hati kita
Langkah pertama kearah itu cukup mudah adanya;
Ialah mencintai diri sendiri
Langkah kedua:
Mengasihi orang yang mengasihi kita
Hal yang cukup mudah juga
Yang lebih berat ialah langkah-langkah seterusnya
Ialah untuk mengasihi lawan
Dan mereka yang tidak menyukai kita
Kita hanya akan berhasil dalam hal yang terakhir ini
Bila kita “berhenti jadi manusia biasa”
Dan diubah dari dalam oleh Roh Allah
Berarti juga sempurna seperti Allah
Kenyatannya titik tolak kita ialah nol:
Nolnya egois kita
Motif cinta yang sebenarnya adalah engkau
Saya cinta engkau karena engkau adalah engkau
Padahal kita membaliknya menjadi
Saya cinta engkau karena saya
Dan untuk saya semata-mata
Cinta yang sebenarnya
Menuntut korban-korban dari kita
Tetapi kita putarbalikkan kepada
Mengorbankan orang lain
Cinta yang sebenarnya
Membuat orang lain kerasan
Bila berjumpa dengan kita
Tetapi kita lalu membuat orang lain
Merasa sebagai hidup di neraka
Karena segala tingkah laku kita
Kita tak suka tinggal pada sikap
Atau tabiat nol
Ini tidak Kristiani, tidak juga manusiawi
Kita hanya menemukan kemanusiaan kita
Bila kita nyata-nyata berangkat dari titik egois ini
Dan mencapai titik puncak
Menjadi sempurna seperti Bapa kita yang di Surga
Perjalanan ke sana cukup panjang dan melelahkan
Tetapi ada kegembiraan dan
Ada kemuliaan dalam perjalanan ini
Dalam rangka dan dalam jurusan ini
Jatuh kita pun masih cukup mulia
Rm. Pius Budiwijaya, OCSO
(Dari buku Saat-saat manis persahabatan)
Mereka tetangga satu sama lain
Mereka saling bertemu muka hampir tiap hari,
Tetapi tak pernah saling bertemu hati
Yang seorang ingin sekali “mendarat”
Di hati yang lain suatu waktu;
Namun dirasanya perjalanan ke situ jauh, amat jauh
Lebih cepat mendarat di bulan kiranya
Louis Evely menulis:
Cinta kasih suami isteri harus menempuh dua karang;
Sikap masa bodoh dan sikap tak mau mengalah (bersikeras)
Isteriku harus begini…Suamiku harus begini…”
Cara satu-satunya mengubah suami atau isteri ialah:
Tetap menerima dia seperti adanya;
Seperti pada permulaannya;
Agar dia berubah;
Yang diperlukan hanyalah : dicintai.
Menuntut agar dia berubah dulu,
Baru akan dicintai,
Berarti tidak memberi sarana kepadanya
Untuk berubah.
Tapi tidak lagi menginginkan
Dan tidak mengusahakan perubahannya
Adalah sikap masa bodoh
Sikap ini jahat pada orang yang mengambilnya
Menjadi sasarannya
Kata-kata bijak tersebut
Berlaku juga pada tiap usaha
Untuk mendekati hati sesama kita
Yang masih jauh dari hati kita
Langkah pertama kearah itu cukup mudah adanya;
Ialah mencintai diri sendiri
Langkah kedua:
Mengasihi orang yang mengasihi kita
Hal yang cukup mudah juga
Yang lebih berat ialah langkah-langkah seterusnya
Ialah untuk mengasihi lawan
Dan mereka yang tidak menyukai kita
Kita hanya akan berhasil dalam hal yang terakhir ini
Bila kita “berhenti jadi manusia biasa”
Dan diubah dari dalam oleh Roh Allah
Berarti juga sempurna seperti Allah
Kenyatannya titik tolak kita ialah nol:
Nolnya egois kita
Motif cinta yang sebenarnya adalah engkau
Saya cinta engkau karena engkau adalah engkau
Padahal kita membaliknya menjadi
Saya cinta engkau karena saya
Dan untuk saya semata-mata
Cinta yang sebenarnya
Menuntut korban-korban dari kita
Tetapi kita putarbalikkan kepada
Mengorbankan orang lain
Cinta yang sebenarnya
Membuat orang lain kerasan
Bila berjumpa dengan kita
Tetapi kita lalu membuat orang lain
Merasa sebagai hidup di neraka
Karena segala tingkah laku kita
Kita tak suka tinggal pada sikap
Atau tabiat nol
Ini tidak Kristiani, tidak juga manusiawi
Kita hanya menemukan kemanusiaan kita
Bila kita nyata-nyata berangkat dari titik egois ini
Dan mencapai titik puncak
Menjadi sempurna seperti Bapa kita yang di Surga
Perjalanan ke sana cukup panjang dan melelahkan
Tetapi ada kegembiraan dan
Ada kemuliaan dalam perjalanan ini
Dalam rangka dan dalam jurusan ini
Jatuh kita pun masih cukup mulia
Rm. Pius Budiwijaya, OCSO
(Dari buku Saat-saat manis persahabatan)
Love will find you if you try
0 komentar:
Post a Comment