Seperti biasa, setiap Hari Rabu malam Ada KKR di gereja dan tadi malam kesaksiannya dahsyat.... Kotbahnyapun luar biasa (Pdt. Mohammad Riza Solihin). Tapi aku mau cerita yang bersaksi aja, nama 'after re-born' nya adalah Yehezkiel Immanuel (nama aslinya N. Arifin).
Bpk. Yehezkiel ini (sekitar usia 30th an) asli Madura, alias Madura asli beristrikan seorang turunan Dayak asli. Beliau memulai ceritanya bahwa dari lahir adalah keturunan 'sepupu', usia 17 thn masuk sekolah 'teologianya sepupu', sewaktu dewasa hijrah ke Sampit, Kalimantan. Di sana kerjanya adalah "ngerjain" orang-orang Kristen yang amat ia dan kelompoknya benci. Setiap hari Minggu mereka sengaja mengangkat penutup 'pengontrol got' supaya orang-orang Kristen yang mau ke gereja yang melewati trotoar terjebak jatuh ke dalam got !
Tidak sedikit korban yang keseleo dan luka. Hampir setiap subuh ia mengantongi batu-batu khusus melempari gereja-gereja, pokoknya benci banget dah !
Bpk. Yehezkiel ini kemudian berkenalan dengan seorang perempuan asli suku Dayak di sana, yang mana sama sekali tidak memakai atribut Kristiani sehingga ia tidak tahu kalau wanita ini orang Kristen. Namun setelah wanita ini mengaku jatuh hati padanya, dan ketahuan bahwa ia seorang nasrani tentulah ditolak mentah-mentah. Tapi karena sang wanita berjanji mau pindah kepercayaan dan bersedia menikah secara hukum agamanya, maka merekapun singkatnya menikah. Ternyata sang istri sesudah menikah tetap berdoa dengan cara 'lama', bukannya belajar Al Quran, melainkan terus membaca kitab sucinya sendiri.
Pertikaian sering terjadi, dan Bpk.Yehezkiel ini tidak tanggung-tanggung, bukan menampar saja, melainkan amarahnya bisa sampai memukul, menganiaya bahkan menginjak istrinya! Sudahpun demikian, sang istri hanya berkata, "dibunuhpun saya tidak apa-apa, asal jangan engkau suruh saya menyembah Tuhanmu, dan jangan bakar Alkitab saya ini. Saya sudah siap membayar harga sejak saya menikah denganmu." Istrinya tetap mendoakan dia.
Suatu kali (th '99-2000) terjadi kerusuhan besar di Sampit, dimana orang Dayak membantai orang- orang Madura, memenggal kepala mereka dan memakan daging mereka! Bpk. Yehezkiel sangatlah ketakutan! Betapa tidak, orang Dayak yang memiliki kuasa gelap ini bisa "mencium" bau orang Madura dari jarak 500 meter !
Beliaupun meminta tolong istrinya bagaimana caranya melindungi dia. Istrinya berkali-kali menjawab, "Saya tidak bisa melindungimu. Yang bisa menolong kamu adalah Tuhan Yesus, IA Tuhan yang hidup, yang menolong anak-anakNya tepat pada waktunya. Tidak ada yang mustahil bagi DIA, jadi minta tolonglah padaNya."
Tentu saja Bpk. Yehezkiel jadi marah, "ngapain minta tolong sama Tuhanmu yang gondrong, Tuhannya orang barat!". Tapi ketika ketakutan menghantuinya kembali dia minta tolong istrinya, "kan kamu orang Dayak, gimanalah caranya ngomong sama mereka! Kalau aku mati, gimana?" Istrinya berkata, "kalau kamu mati, ya kehendak Tuhan... Hanya Tuhan Yesus yang bisa menolong kamu, bukan saya."
Karena buntu, ia pun terpaksa memutuskan ikut ke pengungsian, tetapi istri tidak bersedia ikut, anak mereka waktu itu baru beberapa bulan usianya.
Karena truk sudah datang, istrinya membawakan beliau sebuah tas kecil, sambil berpesan, "semua yang kamu perlukan Ada dalam tas itu." Bpk.Yehezkiel tidak sempat membuka apa isinya, pokoknya dia percaya saja, lalu naik ke truk dan duduk paling pojok, penuh dengan rasa takut. Truk tersebut dikawal oleh 4 orang tentara, di dalamnya ada sekitar 20 orang.
Tiba-tiba di tengah jalan mereka bertemu dengan segerombolan orang Dayak yang jumlahnya hampir seratus, berteriak agar diserahkan orang-orang Madura yang di dalam truk.
Merasa bertanggung jawab, seorang tentara berkata, "tidak bisa! Langkahi dulu kami!" Tentara tersebut menembak, tetapi sebuah 'sumpit beracun' menghujam dadanya, tentara itu tewas seketika!
Teman-temannya berlari dan meninggalkan ke 20 orang Madura di dalamnya.Wah, mereka tentu takut setengah mati! Semua sembahyang dan komat-kamit, hanya Bpk.Yehezkiel yang 'kelu', ketakutan menyergap dia sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba seorang ibu muda berdiri, sambil membopong bayinya, mungkin bermaksud meminta belas kasihan... namun hanya dalam hitungan detik, kepalanya sudah jatuh ke tanah, dengan darah yang tersembur dari batang leher yang putus! Suaminya reflek berdiri menangkap bayinya, segera sebuah tombak menembus perutnya !
Saat itulah, Bpk. Yehezkiel "coba- coba" (siapa tahu benar kata istrinya) berseru dalam hati, "Tuhannya istriku... Kalau benar Engkau Tuhan yang hidup dan tidak ada yang mustahil bagiMu, maka permintaanku sangatlah mustahil: aku ingin selamat! Dan kalau aku selamat maka seumur hidupku sampai selama-lamanya aku akan menyembah Engkau."
Dalam sekejap, ia merasakan ada sesuatu yang membungkus tubuhnya. Segera satu persatu orang-orang dalam truk itu dibantai, Dan iapun harus berdiri... tetapi aneh sekali, sekian banyak orang Dayak itu tidak ada yang melihatnya!
Ia berjalan di antara orang-orang Dayak dengan penuh keheranan, lalu berlari terus menuju sungai yang di pinggir jalan. Di belakangnya ia melihat 3 orang mengejar, ia kira mengejar dirinya, ternyata... mereka 'membaui' ada orang Madura yang bersembunyi dalam sungai, orang itupun mati ditombak! Tetapi tetap saja mereka tidak melihat dan 'membaui' Bpk.Yehezkiel yang ada di seberang sungai yang sama... sesuatu yang "mustahil" sudah Tuhan lakukan. Apa yang ia harus lakukan sekarang?
Sesudah peristiwa itu berakhir, ia kembali ke jalan raya dan berdoa (kali ini bersuara). "Tuhannya istriku, kamp penampungan masih 8.5 km dari sini, saya tidak tahu harus bagaimana... bukankah tidak ada yang mustahil bagiMu, dan Engkau menolong anak-anakMu tepat pada waktunya?" Seketika itu, sebuah mobil tentara lewat dan berhenti di depannya! "Bapak orang Madura kan? Ayo cepat naik, kami mau ke penampungan, hari ini penyisiran terakhir orang-orang Madura harus keluar dari Sampit ! "
Terheran-heran ia melihat pekerjaan 'Tuhan istrinya'... Sampai di kamp, puluhan ribu orang-orang Madura di sana berkumpul. Karena sangat lapar, ia mencoba membeli makanan, ternyata uangnya yang banyak itu tidak laku! Saat itu, sebuah sepeda motor hanya ditukar dengan 1 dus supermi dan 1 karton aqua. Untuk 3 dus supermi + 3 karton aqua ditukar dengan sebuah mobil L300, harta tidak lagi berharga! Ia sangat kelaparan, dibukanya tas kecil mengingat pesan istrinya, "apa saja yang kamu butuhkan ada di situ" ternyata... isinya "hanya" sebuah Alkitab!
Maka sekali lagi ia berdoa, "Tuhan istriku... Engkau sudah menyelamatkan aku sejauh ini, pastilah tidak membiarkan aku mati kelaparan. "Mustahil" rasanya mendapatkan makanan di tengah situasi begini, tetapi bukankah tidak ada perkara yang mustahil bagiMu?" Lalu ia beranjak keluar, berjalan saja mengitari pinggiran camp, ternyata seorang teman melihat dia dan memanggil namanya lalu membagikannya makanan, GRATIS!
Bukan hanya cukup untuk dirinya, ia juga bahkan bisa membagikan pada beberapa orang lain. Luar biasa! Sesudah itu tiba-tiba terdengar suara speaker, diumumkan ada truk-truk yang siap mengangkut 3.000 orang ke Surabaya subuh nanti (12 jam dari waktu itu), jadi yang mau ikut diharapkan naik ke truk. Maka mengerikan sekali, orang-orang berhamburan berebutan naik ke atas truk, bahkan bergelantungan di badan truk, yang penting bisa ikut terangkut ke pelabuhan. Ketakutan membuat orang-orang ini kehilangan akal, betapa tidak... di dalam kamp pun kadang-kadang ada yang bisa tertombak mati.
Tidak sedikit yang mati terinjak-injak saat itu !
Bpk. Yehezkiel 'bengong' melihat truk-truk yang 'diselimuti' manusia, dan ia berdoa, "Tuhannya istriku... aku ingin ke Surabaya, tapi tidak bisa dan tidak mau naik truk yang seperti itu..."
Tiba-tiba ketika ia sedang berdiri di pinggir kamp, sebuah truk lewat, isinya hanya beberapa orang! Truk itu ternyata milik ipar pamannya, dan iapun naik ke truk itu. Sampai di pelabuhan, begitu truk mereka naik ke kapal, pintu kapalpun ditutup. Masih ratusan orang yang tidak terangkut, seorang ibu tampak meratap, memohon belas kasihan, "suami dan bayi saya sudah naik Pak, tolong saya bisa ikut... kasihan bayi saya bisa mati kalau tidak ada yang menyusui... tolonglah saya, Pak..." Tetapi tanpa belas kasihan petugas berkata, "Gak bisa! Kalau diijinkan pada naik akan melebihi kapasitas!"
Tali dilepas dari dermaga, hati Bpk. Yehezkiel terenyuh melihat ibu itu. Kapal sudah mulai berjalan perlahan, ia kembali berdoa, "Tuhannya istriku..., kalaupun saya tidak ikut, saya ingin ibu itu bisa naik menggantikan saya..." Ternyata kapal merapat kembali, terdengar suara kapten dari speaker, "Semua penumpang yang masih ada di dermaga pelabuhan cepat naik !" Sungguh, semua yang "mustahil" dan "pertolongan yang tepat waktu" terus terjadi sepanjang hari, membuat Bpk. Yehezkiel 'melihat' betapa Tuhan istrinya itu, Tuhan Yesus, adalah Tuhan yang hidup !
Melewati 7 thn berlalu, Bpk.Yehezkiel menyadari, karena seorang istri yang bersedia membayar harga, ia saat ini mengenal dan melayani Tuhan Yesus. Dalam perjalanan pulang di mobil, kami ber-3, rekan saya bilang, 'istrinya luar biasa!'.***
Benar, tapi memang untuk menyelamatkan seorang Yehezkiel (Arifin), istrinya itu ditempatkan dan dilengkapi dengan karunia tersebut, maka ia siap membayar harga. Kalo enggak, ampun deh...tolooonggg. ....mana tahan.
Ada satu 'pesan' luar biasa dari pdt. M. Riza (juga mantan agama seberang pernah masuk acara "Solusi") di akhir ibadah beliau bercerita diketemukan dengan 3 orang tokoh besar agama yang penasaran ingin bertanya tentang kekristenan, tapi 8 pendeta menolak karena tidak mau mengambil resiko konflik agama, apalagi seorang dari mereka adalah orang ternama dalam pemerintahan.
Tadinya Bpk. Riza menolak karena tidak memiliki argumentasi secara teologis, tetapi orang yang meminta padanya meneguhkan bahwa Roh yang ada bersamanya akan bersaksi asal dia bersedia, maka Bpk. Riza langsung mengatakan, "YA !"
Singkatnya, ia bertemu dengan ke-3 orang ini, plus seorang anak muda usia 21 th yang mendampingi. Mereka bertanya seputar (biasa deh) "Tritunggal, siapa Isa/Yesus, apa bedanya Yesus dengan nabi mereka". Semua dijawab dengan padat dan dimengerti serta diterima oleh ke-3 orang ini. Dalam 1,5 jam perbincangan yang akrab, pak Riza akhirnya membawa mereka lunch, dan di perjalanan Bpk. Riza meng'interview' anak muda usia 21 th tersebut rupanya sudah 2 thn menerima Tuhan Yesus dan ketahuan, lalu digebukin, ditikam, dianiaya... namun tidak keluar dari sana (karena Roh yang mengutusnya tetap ada dalam lingkungan tersebut), dan tetap membalas dengan kasih... kasih...kasih... sampai ke-3 sesepuhnya ini MENERIMA TUHAN YESUS, bahkan sudah DIBAPTIS bersama dengan 11 orang lainnya di 'pesantren' mereka secara diam-diam.
Karena mereka tidak bisa keluar dari komunitas mereka (mengepalai 9 rumah ibadah / pesantren dengan ribuan jemaat), maka pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka membuat mereka diam-diam minta dipertemukan dengan hamba Tuhan Yesus.
Luar biasa ya... Akhir pertemuan itu, Bpk. Riza bertangis-tangisan, pemuka agama tersebut minta didukung dalam DOA karena tidak mungkin menanggalkan atributnya, tetapi ia terus akan mensyiarkan KASIH dan SANG KEBENARAN, bahkan siap mati asal jemaah yang Tuhan percayakan pada mereka bisa diselamatkan.
Halleluyah! Sama seperti pesan Bpk. Riza, saya juga mengajak kita terus mendoakan saudara-saudara sepupu kita. Sekalipun kebencian demi kebencian, gereja terus teraniaya dan dibakar, jangan hati kita ikut membenci mereka. Kita membenci dosa dan perbuatan mereka, tapi harus mengasihi pribadi mereka, sebab "hati Bapa adalah pertobatan jiwa-jiwa". Mungkin kita tidak bisa keluar menginjil, tapi "doa orang benar besar kuasanya".
Sudah banyak darah para missionaris yang tumpah di bumi Indonesia, juga tidak sedikit darah orang- orang benar yang mati martir. Setiap 'benih' yang mati pasti akan menghasilkan buah yang banyak. Jika kita hanya bisa berkata, "saya cuma bisa ikut berdoa" maka, BERDOALAH !
Ditulis dan dikirim oleh Aina. "Love your enemies and pray for those who persecute you" Mat 5:44) "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya - Yoh 20:29"
Bpk. Yehezkiel ini (sekitar usia 30th an) asli Madura, alias Madura asli beristrikan seorang turunan Dayak asli. Beliau memulai ceritanya bahwa dari lahir adalah keturunan 'sepupu', usia 17 thn masuk sekolah 'teologianya sepupu', sewaktu dewasa hijrah ke Sampit, Kalimantan. Di sana kerjanya adalah "ngerjain" orang-orang Kristen yang amat ia dan kelompoknya benci. Setiap hari Minggu mereka sengaja mengangkat penutup 'pengontrol got' supaya orang-orang Kristen yang mau ke gereja yang melewati trotoar terjebak jatuh ke dalam got !
Tidak sedikit korban yang keseleo dan luka. Hampir setiap subuh ia mengantongi batu-batu khusus melempari gereja-gereja, pokoknya benci banget dah !
Bpk. Yehezkiel ini kemudian berkenalan dengan seorang perempuan asli suku Dayak di sana, yang mana sama sekali tidak memakai atribut Kristiani sehingga ia tidak tahu kalau wanita ini orang Kristen. Namun setelah wanita ini mengaku jatuh hati padanya, dan ketahuan bahwa ia seorang nasrani tentulah ditolak mentah-mentah. Tapi karena sang wanita berjanji mau pindah kepercayaan dan bersedia menikah secara hukum agamanya, maka merekapun singkatnya menikah. Ternyata sang istri sesudah menikah tetap berdoa dengan cara 'lama', bukannya belajar Al Quran, melainkan terus membaca kitab sucinya sendiri.
Pertikaian sering terjadi, dan Bpk.Yehezkiel ini tidak tanggung-tanggung, bukan menampar saja, melainkan amarahnya bisa sampai memukul, menganiaya bahkan menginjak istrinya! Sudahpun demikian, sang istri hanya berkata, "dibunuhpun saya tidak apa-apa, asal jangan engkau suruh saya menyembah Tuhanmu, dan jangan bakar Alkitab saya ini. Saya sudah siap membayar harga sejak saya menikah denganmu." Istrinya tetap mendoakan dia.
Suatu kali (th '99-2000) terjadi kerusuhan besar di Sampit, dimana orang Dayak membantai orang- orang Madura, memenggal kepala mereka dan memakan daging mereka! Bpk. Yehezkiel sangatlah ketakutan! Betapa tidak, orang Dayak yang memiliki kuasa gelap ini bisa "mencium" bau orang Madura dari jarak 500 meter !
Beliaupun meminta tolong istrinya bagaimana caranya melindungi dia. Istrinya berkali-kali menjawab, "Saya tidak bisa melindungimu. Yang bisa menolong kamu adalah Tuhan Yesus, IA Tuhan yang hidup, yang menolong anak-anakNya tepat pada waktunya. Tidak ada yang mustahil bagi DIA, jadi minta tolonglah padaNya."
Tentu saja Bpk. Yehezkiel jadi marah, "ngapain minta tolong sama Tuhanmu yang gondrong, Tuhannya orang barat!". Tapi ketika ketakutan menghantuinya kembali dia minta tolong istrinya, "kan kamu orang Dayak, gimanalah caranya ngomong sama mereka! Kalau aku mati, gimana?" Istrinya berkata, "kalau kamu mati, ya kehendak Tuhan... Hanya Tuhan Yesus yang bisa menolong kamu, bukan saya."
Karena buntu, ia pun terpaksa memutuskan ikut ke pengungsian, tetapi istri tidak bersedia ikut, anak mereka waktu itu baru beberapa bulan usianya.
Karena truk sudah datang, istrinya membawakan beliau sebuah tas kecil, sambil berpesan, "semua yang kamu perlukan Ada dalam tas itu." Bpk.Yehezkiel tidak sempat membuka apa isinya, pokoknya dia percaya saja, lalu naik ke truk dan duduk paling pojok, penuh dengan rasa takut. Truk tersebut dikawal oleh 4 orang tentara, di dalamnya ada sekitar 20 orang.
Tiba-tiba di tengah jalan mereka bertemu dengan segerombolan orang Dayak yang jumlahnya hampir seratus, berteriak agar diserahkan orang-orang Madura yang di dalam truk.
Merasa bertanggung jawab, seorang tentara berkata, "tidak bisa! Langkahi dulu kami!" Tentara tersebut menembak, tetapi sebuah 'sumpit beracun' menghujam dadanya, tentara itu tewas seketika!
Teman-temannya berlari dan meninggalkan ke 20 orang Madura di dalamnya.Wah, mereka tentu takut setengah mati! Semua sembahyang dan komat-kamit, hanya Bpk.Yehezkiel yang 'kelu', ketakutan menyergap dia sehingga tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba seorang ibu muda berdiri, sambil membopong bayinya, mungkin bermaksud meminta belas kasihan... namun hanya dalam hitungan detik, kepalanya sudah jatuh ke tanah, dengan darah yang tersembur dari batang leher yang putus! Suaminya reflek berdiri menangkap bayinya, segera sebuah tombak menembus perutnya !
Saat itulah, Bpk. Yehezkiel "coba- coba" (siapa tahu benar kata istrinya) berseru dalam hati, "Tuhannya istriku... Kalau benar Engkau Tuhan yang hidup dan tidak ada yang mustahil bagiMu, maka permintaanku sangatlah mustahil: aku ingin selamat! Dan kalau aku selamat maka seumur hidupku sampai selama-lamanya aku akan menyembah Engkau."
Dalam sekejap, ia merasakan ada sesuatu yang membungkus tubuhnya. Segera satu persatu orang-orang dalam truk itu dibantai, Dan iapun harus berdiri... tetapi aneh sekali, sekian banyak orang Dayak itu tidak ada yang melihatnya!
Ia berjalan di antara orang-orang Dayak dengan penuh keheranan, lalu berlari terus menuju sungai yang di pinggir jalan. Di belakangnya ia melihat 3 orang mengejar, ia kira mengejar dirinya, ternyata... mereka 'membaui' ada orang Madura yang bersembunyi dalam sungai, orang itupun mati ditombak! Tetapi tetap saja mereka tidak melihat dan 'membaui' Bpk.Yehezkiel yang ada di seberang sungai yang sama... sesuatu yang "mustahil" sudah Tuhan lakukan. Apa yang ia harus lakukan sekarang?
Sesudah peristiwa itu berakhir, ia kembali ke jalan raya dan berdoa (kali ini bersuara). "Tuhannya istriku, kamp penampungan masih 8.5 km dari sini, saya tidak tahu harus bagaimana... bukankah tidak ada yang mustahil bagiMu, dan Engkau menolong anak-anakMu tepat pada waktunya?" Seketika itu, sebuah mobil tentara lewat dan berhenti di depannya! "Bapak orang Madura kan? Ayo cepat naik, kami mau ke penampungan, hari ini penyisiran terakhir orang-orang Madura harus keluar dari Sampit ! "
Terheran-heran ia melihat pekerjaan 'Tuhan istrinya'... Sampai di kamp, puluhan ribu orang-orang Madura di sana berkumpul. Karena sangat lapar, ia mencoba membeli makanan, ternyata uangnya yang banyak itu tidak laku! Saat itu, sebuah sepeda motor hanya ditukar dengan 1 dus supermi dan 1 karton aqua. Untuk 3 dus supermi + 3 karton aqua ditukar dengan sebuah mobil L300, harta tidak lagi berharga! Ia sangat kelaparan, dibukanya tas kecil mengingat pesan istrinya, "apa saja yang kamu butuhkan ada di situ" ternyata... isinya "hanya" sebuah Alkitab!
Maka sekali lagi ia berdoa, "Tuhan istriku... Engkau sudah menyelamatkan aku sejauh ini, pastilah tidak membiarkan aku mati kelaparan. "Mustahil" rasanya mendapatkan makanan di tengah situasi begini, tetapi bukankah tidak ada perkara yang mustahil bagiMu?" Lalu ia beranjak keluar, berjalan saja mengitari pinggiran camp, ternyata seorang teman melihat dia dan memanggil namanya lalu membagikannya makanan, GRATIS!
Bukan hanya cukup untuk dirinya, ia juga bahkan bisa membagikan pada beberapa orang lain. Luar biasa! Sesudah itu tiba-tiba terdengar suara speaker, diumumkan ada truk-truk yang siap mengangkut 3.000 orang ke Surabaya subuh nanti (12 jam dari waktu itu), jadi yang mau ikut diharapkan naik ke truk. Maka mengerikan sekali, orang-orang berhamburan berebutan naik ke atas truk, bahkan bergelantungan di badan truk, yang penting bisa ikut terangkut ke pelabuhan. Ketakutan membuat orang-orang ini kehilangan akal, betapa tidak... di dalam kamp pun kadang-kadang ada yang bisa tertombak mati.
Tidak sedikit yang mati terinjak-injak saat itu !
Bpk. Yehezkiel 'bengong' melihat truk-truk yang 'diselimuti' manusia, dan ia berdoa, "Tuhannya istriku... aku ingin ke Surabaya, tapi tidak bisa dan tidak mau naik truk yang seperti itu..."
Tiba-tiba ketika ia sedang berdiri di pinggir kamp, sebuah truk lewat, isinya hanya beberapa orang! Truk itu ternyata milik ipar pamannya, dan iapun naik ke truk itu. Sampai di pelabuhan, begitu truk mereka naik ke kapal, pintu kapalpun ditutup. Masih ratusan orang yang tidak terangkut, seorang ibu tampak meratap, memohon belas kasihan, "suami dan bayi saya sudah naik Pak, tolong saya bisa ikut... kasihan bayi saya bisa mati kalau tidak ada yang menyusui... tolonglah saya, Pak..." Tetapi tanpa belas kasihan petugas berkata, "Gak bisa! Kalau diijinkan pada naik akan melebihi kapasitas!"
Tali dilepas dari dermaga, hati Bpk. Yehezkiel terenyuh melihat ibu itu. Kapal sudah mulai berjalan perlahan, ia kembali berdoa, "Tuhannya istriku..., kalaupun saya tidak ikut, saya ingin ibu itu bisa naik menggantikan saya..." Ternyata kapal merapat kembali, terdengar suara kapten dari speaker, "Semua penumpang yang masih ada di dermaga pelabuhan cepat naik !" Sungguh, semua yang "mustahil" dan "pertolongan yang tepat waktu" terus terjadi sepanjang hari, membuat Bpk. Yehezkiel 'melihat' betapa Tuhan istrinya itu, Tuhan Yesus, adalah Tuhan yang hidup !
Melewati 7 thn berlalu, Bpk.Yehezkiel menyadari, karena seorang istri yang bersedia membayar harga, ia saat ini mengenal dan melayani Tuhan Yesus. Dalam perjalanan pulang di mobil, kami ber-3, rekan saya bilang, 'istrinya luar biasa!'.***
Benar, tapi memang untuk menyelamatkan seorang Yehezkiel (Arifin), istrinya itu ditempatkan dan dilengkapi dengan karunia tersebut, maka ia siap membayar harga. Kalo enggak, ampun deh...tolooonggg. ....mana tahan.
Ada satu 'pesan' luar biasa dari pdt. M. Riza (juga mantan agama seberang pernah masuk acara "Solusi") di akhir ibadah beliau bercerita diketemukan dengan 3 orang tokoh besar agama yang penasaran ingin bertanya tentang kekristenan, tapi 8 pendeta menolak karena tidak mau mengambil resiko konflik agama, apalagi seorang dari mereka adalah orang ternama dalam pemerintahan.
Tadinya Bpk. Riza menolak karena tidak memiliki argumentasi secara teologis, tetapi orang yang meminta padanya meneguhkan bahwa Roh yang ada bersamanya akan bersaksi asal dia bersedia, maka Bpk. Riza langsung mengatakan, "YA !"
Singkatnya, ia bertemu dengan ke-3 orang ini, plus seorang anak muda usia 21 th yang mendampingi. Mereka bertanya seputar (biasa deh) "Tritunggal, siapa Isa/Yesus, apa bedanya Yesus dengan nabi mereka". Semua dijawab dengan padat dan dimengerti serta diterima oleh ke-3 orang ini. Dalam 1,5 jam perbincangan yang akrab, pak Riza akhirnya membawa mereka lunch, dan di perjalanan Bpk. Riza meng'interview' anak muda usia 21 th tersebut rupanya sudah 2 thn menerima Tuhan Yesus dan ketahuan, lalu digebukin, ditikam, dianiaya... namun tidak keluar dari sana (karena Roh yang mengutusnya tetap ada dalam lingkungan tersebut), dan tetap membalas dengan kasih... kasih...kasih... sampai ke-3 sesepuhnya ini MENERIMA TUHAN YESUS, bahkan sudah DIBAPTIS bersama dengan 11 orang lainnya di 'pesantren' mereka secara diam-diam.
Karena mereka tidak bisa keluar dari komunitas mereka (mengepalai 9 rumah ibadah / pesantren dengan ribuan jemaat), maka pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka membuat mereka diam-diam minta dipertemukan dengan hamba Tuhan Yesus.
Luar biasa ya... Akhir pertemuan itu, Bpk. Riza bertangis-tangisan, pemuka agama tersebut minta didukung dalam DOA karena tidak mungkin menanggalkan atributnya, tetapi ia terus akan mensyiarkan KASIH dan SANG KEBENARAN, bahkan siap mati asal jemaah yang Tuhan percayakan pada mereka bisa diselamatkan.
Halleluyah! Sama seperti pesan Bpk. Riza, saya juga mengajak kita terus mendoakan saudara-saudara sepupu kita. Sekalipun kebencian demi kebencian, gereja terus teraniaya dan dibakar, jangan hati kita ikut membenci mereka. Kita membenci dosa dan perbuatan mereka, tapi harus mengasihi pribadi mereka, sebab "hati Bapa adalah pertobatan jiwa-jiwa". Mungkin kita tidak bisa keluar menginjil, tapi "doa orang benar besar kuasanya".
Sudah banyak darah para missionaris yang tumpah di bumi Indonesia, juga tidak sedikit darah orang- orang benar yang mati martir. Setiap 'benih' yang mati pasti akan menghasilkan buah yang banyak. Jika kita hanya bisa berkata, "saya cuma bisa ikut berdoa" maka, BERDOALAH !
Ditulis dan dikirim oleh Aina. "Love your enemies and pray for those who persecute you" Mat 5:44) "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya - Yoh 20:29"
0 komentar:
Post a Comment