Bermula dari Mesin Jahit Nenek, Melissa Sukses Bawa 'Tulisan' Go International
Jakarta - Pasar internasional kini semakin banyak diwarnai oleh kehadiran produk lokal Indonesia. Salah satunya Tulisan, brand tas dan aksesori lokal yang sudah melanglang buana hingga ke Taiwan, Amerika, Swiss, bahkan digunakan oleh salah satu aktris Korea, SooYoung SNSD dalam sebuah drama yang diperankannya.
Kesuksesan tersebut berawal dari sebuah cita-cita pemiliknya, Melissa Sunjaya, yang sejak kecil ingin membuat produk buatan tangan Indonesia dengan sentuhan berbeda. Atas dasar itulah muncul ide untuk membuat karya seni ilustrasi yang menggunakan bahan-bahan dan sumber daya dari Indonesia dengan memperhitungkan dampaknya terhadap kelestarian lingkungan.
Label yang didirikan sejak 2010 bersama sang ibunda, Didi Hersubeno, menelan modal awal sebesar Rp 10 juta. Dana ini didapatnya dari hasil kerjanya sendiri tanpa bantuan siapapun, karena sebelumnya ia pernah bekerja di sebuah kantor konsultan. Setengah dari modal tersebut digunakan untuk membeli bahan-bahan dan perlengkapan lainnya, sedangkan sisanya digunakan secara cermat untuk promosi dan pengembangan produk.
"Uang itu saya gunakan untuk beli bahan katun kanvas murni sepanjang 83 meter dari sebuah toko di dekat pelabuhan Sunda Kelapa yang memang menjual bahan untuk diekspor. Karena saya memang mencari yang kualitasnya bagus, jadi wajar kalau harganya sangat mahal," papar Melissa saat diwawancara Wolipop via e-mail.
Oleh Melissa kanvas tersebut dipotong dengan memakai pola yang tidak meninggalkan bekas sedikitpun, kemudian disablon dan dikeringkan secara manual yang memakan waktu selama dua minggu penuh. Hasil produknya yang pertama berupa apron atau celemek, sarung bantal, dan alas cangkir teh yang dijahit sendiri dengan mesin jahit peninggalan sang nenek. Kini produknya semakin bertambah dengan menghasilkan berbagai jenis tas wanita, pouch make-up, dan kebutuhan fashion wanita lainnya.
Selama kurang lebih lima tahun menjalani usaha, wanita 39 tahun ini sangat menjaga idealisme yang dipegangnya. "Produk yang saya buat harus selalu mencerminkan nilai seni yang tinggi dan karya tangan yang luhur, sehingga pemilik dari setiap produk ini akan menikmati langsung keistimewaannya," lanjutnya.
Selama ini produk Tulisan tidak pernah menggunakan iklan atau memberikan diskon untuk keperluan promosi. Karena pada dasarnya produk yang dihasilkan dibuat dalam jumlah yang sangat terbatas, sehingga Melissa lebih tertarik untuk menawarkan produknya kepada pelanggan yang memang mencintai dan menghargai karya seni tinggi.
Saat ditanya bagaimana produknya bisa tembus ke pasar internasional, wanita yang pernah mengenyam sekolah desain di Swiss ini mengaku ia sangat selektif dalam memilih tempat untuk mendistribusikannya. "Kami selalu berfokus dengan kecocokan tempat ketimbang hanya meraup hasil omzet besar-besaran. Biasanya kami memfokuskan waktu kami untuk memilih ritel yang mempunyai nilai sama untuk mempromosikan kepentingan artistik," katanya lagi.
Meski kini sudah memiliki dua gerai di Dharmawangsa Square dan Plaza Senayan, ibu dua anak ini justru merasa sedikit kesulitan dalam memajukan Tulisan di Indonesia. Hal ini karena kurangnya sarana dan infrastruktur dalam setiap aspek bisnis yang digelutinya, mulai dari desain, produksi, penjualan, hingga pemasaran.
"Jadi tantangan terbesar kami adalah membangun bisnis dari nol dengan menerapkan standar sendiri dan juga membangun track record yang mengesankan agar kami mampu memvalidasikan konsep kami sehingga banyak pihak yang mau bekerja sama dengan kami," tutupnya.
Jakarta - Pasar internasional kini semakin banyak diwarnai oleh kehadiran produk lokal Indonesia. Salah satunya Tulisan, brand tas dan aksesori lokal yang sudah melanglang buana hingga ke Taiwan, Amerika, Swiss, bahkan digunakan oleh salah satu aktris Korea, SooYoung SNSD dalam sebuah drama yang diperankannya.
Kesuksesan tersebut berawal dari sebuah cita-cita pemiliknya, Melissa Sunjaya, yang sejak kecil ingin membuat produk buatan tangan Indonesia dengan sentuhan berbeda. Atas dasar itulah muncul ide untuk membuat karya seni ilustrasi yang menggunakan bahan-bahan dan sumber daya dari Indonesia dengan memperhitungkan dampaknya terhadap kelestarian lingkungan.
Label yang didirikan sejak 2010 bersama sang ibunda, Didi Hersubeno, menelan modal awal sebesar Rp 10 juta. Dana ini didapatnya dari hasil kerjanya sendiri tanpa bantuan siapapun, karena sebelumnya ia pernah bekerja di sebuah kantor konsultan. Setengah dari modal tersebut digunakan untuk membeli bahan-bahan dan perlengkapan lainnya, sedangkan sisanya digunakan secara cermat untuk promosi dan pengembangan produk.
"Uang itu saya gunakan untuk beli bahan katun kanvas murni sepanjang 83 meter dari sebuah toko di dekat pelabuhan Sunda Kelapa yang memang menjual bahan untuk diekspor. Karena saya memang mencari yang kualitasnya bagus, jadi wajar kalau harganya sangat mahal," papar Melissa saat diwawancara Wolipop via e-mail.
Oleh Melissa kanvas tersebut dipotong dengan memakai pola yang tidak meninggalkan bekas sedikitpun, kemudian disablon dan dikeringkan secara manual yang memakan waktu selama dua minggu penuh. Hasil produknya yang pertama berupa apron atau celemek, sarung bantal, dan alas cangkir teh yang dijahit sendiri dengan mesin jahit peninggalan sang nenek. Kini produknya semakin bertambah dengan menghasilkan berbagai jenis tas wanita, pouch make-up, dan kebutuhan fashion wanita lainnya.
Selama kurang lebih lima tahun menjalani usaha, wanita 39 tahun ini sangat menjaga idealisme yang dipegangnya. "Produk yang saya buat harus selalu mencerminkan nilai seni yang tinggi dan karya tangan yang luhur, sehingga pemilik dari setiap produk ini akan menikmati langsung keistimewaannya," lanjutnya.
Selama ini produk Tulisan tidak pernah menggunakan iklan atau memberikan diskon untuk keperluan promosi. Karena pada dasarnya produk yang dihasilkan dibuat dalam jumlah yang sangat terbatas, sehingga Melissa lebih tertarik untuk menawarkan produknya kepada pelanggan yang memang mencintai dan menghargai karya seni tinggi.
Saat ditanya bagaimana produknya bisa tembus ke pasar internasional, wanita yang pernah mengenyam sekolah desain di Swiss ini mengaku ia sangat selektif dalam memilih tempat untuk mendistribusikannya. "Kami selalu berfokus dengan kecocokan tempat ketimbang hanya meraup hasil omzet besar-besaran. Biasanya kami memfokuskan waktu kami untuk memilih ritel yang mempunyai nilai sama untuk mempromosikan kepentingan artistik," katanya lagi.
Meski kini sudah memiliki dua gerai di Dharmawangsa Square dan Plaza Senayan, ibu dua anak ini justru merasa sedikit kesulitan dalam memajukan Tulisan di Indonesia. Hal ini karena kurangnya sarana dan infrastruktur dalam setiap aspek bisnis yang digelutinya, mulai dari desain, produksi, penjualan, hingga pemasaran.
"Jadi tantangan terbesar kami adalah membangun bisnis dari nol dengan menerapkan standar sendiri dan juga membangun track record yang mengesankan agar kami mampu memvalidasikan konsep kami sehingga banyak pihak yang mau bekerja sama dengan kami," tutupnya.
0 komentar:
Post a Comment