Alkisah ada sepasang kekasih yang saling mencintai, sang pria berasal
dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut.
Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi
cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.
Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah,
dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang
tua sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan
merusak reputasi keluarga.. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk
anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan
keputusannya, apapun resikonya bagi dia. Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria
menyakinkan wanita tsb bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria
terus berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu
yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya
seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya). Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk
orang tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress
karena gagal membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang
menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya. Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari.
Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih.
Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh
orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam kamar
dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar. Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang
telah ditentukan sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan
kedatangan ayah dan ibu sang pria... Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka
satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka
hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya
lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2. Mereka
bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar wanita tsb
meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan
kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat lain.
Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status
sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota
ini, tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke
depan akan sangat sulit?. Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria.. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya, dan
tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. 'Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang
yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua', kata sang ibu. Dengan berat hati, sang wanita menulis surat . Ia menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan
merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam
menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan
ini, dan memutuskan untuk berpisah. Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat
tersebut. Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak antara moral dan
cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya..
==========000000000 0========
====== Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang ibu. Anaknya
seorang laki2.. Sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan
mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan
menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil
menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa
pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang
ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya.
... Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras.
Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus menginap di rumah
sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini,
dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang
bermurah hati untuk memberikan pinjaman. Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk
membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri
dari obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak
punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya
tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar. Ketika
di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging.
Toko daging di desa tsb telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.
Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain..
Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang
ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara
kesakitan yang teramat sangat?.. Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan
kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya
sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan oleh sang ibu ............ ...
==========000000000 0========
====== Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang
tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya... Di hari
minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu 'Shi Sang Chi You
Mama Hau' (terjemahannya 'Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik'). Sang anak juga sudah sekolah.. Sang ibu sekarang bekerja sebagai
penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari. Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tahu
ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang
cerdas. Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah
jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini.. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak
setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi
bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai. Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena ia akan membelinya bulan
depan. 'Apakah kamu punya uang?' tanya sang pemilik toko. 'Tidak sekarang, nanti saya akan punya', kata sang anak
dengan serius. Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2. Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya 'Dari mana kamu mendapatkan uang itu?
Bukan mencuri kan ?'. 'Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak
pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah,
uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu
ibuku tentang hal ini. Ia akan marah' kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.
Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan
selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau
menjawab. 'Apakah kamu mencuri, Nak?' Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang
tersebut. Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri.
'Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?' kata sang ibu. Lalu ibu
mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak
menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi
ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya. Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga
menuju ke rumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya.
'Ia sebenarnya anak yang baik', kata salah satu tetangganya. Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke
rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya. Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu.
Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba2
sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada
ibunya. 'Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan
sesuatu dari ibunya'. Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai
menceritakan bagaimana sang anak tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya
untuk menyimpan jam tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di
tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang
ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli
jam tangan kesukaan ibunya. Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai
menjelaskan hal tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk
anak kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu. 'Maafkan saya,
Nak..' 'Tidak Bu, saya yang bersalah'...
............ .. ===========000= =========
======= Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi
istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan hal
ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak. Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam
sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa
sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia
menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa
bantuanmu. Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin melihat cucunya,
tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.
===========000= =========
======== Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit
sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan
membahayakan jiwanya. Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan
sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak
menemukan solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya
kepada sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya. Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak
anaknya berkeliling kota , bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali,
menyanyikan lagu 'Shi Sang Chi You Mama Hau', lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua
penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak. Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan
keadaannya pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama
ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu. 'Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak'
kata ibu. 'Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama2 dengan ibu.
Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu
bekerja lagi, Bu', kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan
harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat. Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat
senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta2 ingin ikut
pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh
saat bersama ibunya, sang anak menolak. 'Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu', teriak sang anak
dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata 'Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di
sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu.' 'Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya
mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi', sang anak mulai
menangis. Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak didengarkan anak
kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 'Kalau ibu sayang padaku, bawalah
saya pergi, Bu'. Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan 'Benar, ibu tidak sayang kamu
lagi. Tinggallah disini', ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang
memilukan. Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah
berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi
mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti
hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya
tercinta.. Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk
memotong urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin
tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik.
Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan, demi anaknya juga..........
============ 000======
=== Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja yang
lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis
secara rutin setiap bulan. Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun
ibunya. Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya.
Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal
ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk
surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus.
Ia akan memberikan semuanya untuk ibu. Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil
menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga
mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi.
Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tsb, menangis 'Ibu benar2 tidak menginginkan saya
lagi.' Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat pulang ke
rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat
sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat
terkejut. Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang. Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat
sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya.
Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik
mobil menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang
tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya.
Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut
anaknya dalam surat itu. Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb,
tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang
ibu membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis
ia memohon agar bisa menemukan anaknya. Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia
dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa
bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas
asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil
tsb untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya. Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia
pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan
ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah....... .....
============ 000======
======== Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku
kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak
jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya
kemana2, tetapi hasilnya nihil. Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama
dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah
jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan
tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya.
Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit. Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan
turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua
sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan
lemah 'Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?' Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari,
ia segera menyanyikan lagu 'Shi Sang Ci You Mama Hau' dengan suara perlahan, tak disangka sang
pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang
selalu menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak
dengan haru 'Ibu? Ini saya ibu'. Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang
anak, lalu bertanya, 'Apakah kamu ??...(nama anak itu)?' 'Benar bu, saya
adalah anak ibu?'. Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya
berbaur membasahi bumi ............ . ... . Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur
kepalanya menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus
mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya
sebagai orang gila.
============ ========000= ========= =========
======== Perenungkan untuk kita renungkan bersama-sama: Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan
apa saja demi kita. Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya.. Simaklah penggalan doa keputusasaan
berikut ini, di saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua
: 1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya. Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal,
Saudara/I kandung Anda, diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela
mengorbankan nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun
............ Tidak diragukan lagi 'Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini' Ingin
bergabung dalam sebuah MISI MULIA ? Ada 2 tindakan yang dapat Anda lakukan :
1. Bila Anda beruntung (Ibu Anda masih ada di dunia ini), ajaklah ia untuk keluar makan atau
jalan2 MALAM INI JUGA. Jangan ditunda2. Bila Ibu Anda tinggal di tempat yang terpisah jauh dengan Anda, telponlah dia malam
ini juga, just to say 'hello'. Catatlah hari ulang tahunnya, rayakan, dan bahagiakanlah dia
semampu Anda... Hidangkan makanan favoritnya, dst.
2. Bagi
sebagian dari mereka, kisah ini mungkin akan seperti setetes embun yang
menyegarkan jiwa mereka, yang terkadang terlalu sibuk dengan aktivitasnya
sendiri.. Anda sungguh berjasa dalam hal ini?? Mom, my beloved. I love you Mom forever………in my deep
heart…. I always missing you Mom……..
dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut.
Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi
cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.
Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah,
dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang
tua sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan
merusak reputasi keluarga.. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk
anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan
keputusannya, apapun resikonya bagi dia. Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria
menyakinkan wanita tsb bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria
terus berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu
yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya
seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya). Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk
orang tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress
karena gagal membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang
menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya. Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari.
Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih.
Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh
orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam kamar
dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar. Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang
telah ditentukan sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan
kedatangan ayah dan ibu sang pria... Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka
satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka
hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya
lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2. Mereka
bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar wanita tsb
meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan
kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat lain.
Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status
sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota
ini, tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke
depan akan sangat sulit?. Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria.. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya, dan
tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. 'Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang
yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua', kata sang ibu. Dengan berat hati, sang wanita menulis surat . Ia menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan
merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam
menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan
ini, dan memutuskan untuk berpisah. Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat
tersebut. Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak antara moral dan
cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya..
==========000000000 0========
====== Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang ibu. Anaknya
seorang laki2.. Sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan
mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan
menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil
menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa
pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang
ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya.
... Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras.
Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus menginap di rumah
sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini,
dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang
bermurah hati untuk memberikan pinjaman. Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk
membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri
dari obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak
punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya
tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar. Ketika
di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging.
Toko daging di desa tsb telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.
Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain..
Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang
ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara
kesakitan yang teramat sangat?.. Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan
kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya
sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan oleh sang ibu ............ ...
==========000000000 0========
====== Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang
tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya... Di hari
minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu 'Shi Sang Chi You
Mama Hau' (terjemahannya 'Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik'). Sang anak juga sudah sekolah.. Sang ibu sekarang bekerja sebagai
penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari. Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tahu
ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang
cerdas. Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah
jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini.. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak
setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi
bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai. Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena ia akan membelinya bulan
depan. 'Apakah kamu punya uang?' tanya sang pemilik toko. 'Tidak sekarang, nanti saya akan punya', kata sang anak
dengan serius. Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2. Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya 'Dari mana kamu mendapatkan uang itu?
Bukan mencuri kan ?'. 'Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak
pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah,
uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu
ibuku tentang hal ini. Ia akan marah' kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.
Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan
selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau
menjawab. 'Apakah kamu mencuri, Nak?' Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang
tersebut. Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri.
'Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?' kata sang ibu. Lalu ibu
mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak
menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi
ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya. Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga
menuju ke rumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya.
'Ia sebenarnya anak yang baik', kata salah satu tetangganya. Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke
rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya. Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu.
Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba2
sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada
ibunya. 'Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan
sesuatu dari ibunya'. Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai
menceritakan bagaimana sang anak tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya
untuk menyimpan jam tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di
tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang
ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli
jam tangan kesukaan ibunya. Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai
menjelaskan hal tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk
anak kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu. 'Maafkan saya,
Nak..' 'Tidak Bu, saya yang bersalah'...
............ .. ===========000= =========
======= Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi
istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan hal
ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak. Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam
sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa
sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia
menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa
bantuanmu. Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin melihat cucunya,
tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.
===========000= =========
======== Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit
sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan
membahayakan jiwanya. Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan
sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak
menemukan solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya
kepada sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya. Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak
anaknya berkeliling kota , bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali,
menyanyikan lagu 'Shi Sang Chi You Mama Hau', lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua
penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak. Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan
keadaannya pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama
ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu. 'Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak'
kata ibu. 'Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama2 dengan ibu.
Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu
bekerja lagi, Bu', kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan
harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat. Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat
senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta2 ingin ikut
pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh
saat bersama ibunya, sang anak menolak. 'Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu', teriak sang anak
dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata 'Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di
sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu.' 'Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya
mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi', sang anak mulai
menangis. Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak didengarkan anak
kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 'Kalau ibu sayang padaku, bawalah
saya pergi, Bu'. Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan 'Benar, ibu tidak sayang kamu
lagi. Tinggallah disini', ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang
memilukan. Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah
berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi
mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti
hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya
tercinta.. Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk
memotong urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin
tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik.
Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan, demi anaknya juga..........
============ 000======
=== Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja yang
lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis
secara rutin setiap bulan. Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun
ibunya. Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya.
Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal
ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk
surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus.
Ia akan memberikan semuanya untuk ibu. Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil
menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga
mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi.
Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tsb, menangis 'Ibu benar2 tidak menginginkan saya
lagi.' Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat pulang ke
rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat
sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat
terkejut. Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang. Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat
sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya.
Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik
mobil menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang
tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya.
Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut
anaknya dalam surat itu. Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb,
tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang
ibu membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis
ia memohon agar bisa menemukan anaknya. Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia
dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa
bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas
asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil
tsb untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya. Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia
pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan
ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah....... .....
============ 000======
======== Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku
kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak
jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya
kemana2, tetapi hasilnya nihil. Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama
dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah
jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan
tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya.
Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit. Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan
turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua
sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan
lemah 'Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?' Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari,
ia segera menyanyikan lagu 'Shi Sang Ci You Mama Hau' dengan suara perlahan, tak disangka sang
pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang
selalu menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak
dengan haru 'Ibu? Ini saya ibu'. Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang
anak, lalu bertanya, 'Apakah kamu ??...(nama anak itu)?' 'Benar bu, saya
adalah anak ibu?'. Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya
berbaur membasahi bumi ............ . ... . Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur
kepalanya menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus
mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya
sebagai orang gila.
============ ========000= ========= =========
======== Perenungkan untuk kita renungkan bersama-sama: Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan
apa saja demi kita. Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya.. Simaklah penggalan doa keputusasaan
berikut ini, di saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua
: 1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya. Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal,
Saudara/I kandung Anda, diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela
mengorbankan nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun
............ Tidak diragukan lagi 'Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini' Ingin
bergabung dalam sebuah MISI MULIA ? Ada 2 tindakan yang dapat Anda lakukan :
1. Bila Anda beruntung (Ibu Anda masih ada di dunia ini), ajaklah ia untuk keluar makan atau
jalan2 MALAM INI JUGA. Jangan ditunda2. Bila Ibu Anda tinggal di tempat yang terpisah jauh dengan Anda, telponlah dia malam
ini juga, just to say 'hello'. Catatlah hari ulang tahunnya, rayakan, dan bahagiakanlah dia
semampu Anda... Hidangkan makanan favoritnya, dst.
2. Bagi
sebagian dari mereka, kisah ini mungkin akan seperti setetes embun yang
menyegarkan jiwa mereka, yang terkadang terlalu sibuk dengan aktivitasnya
sendiri.. Anda sungguh berjasa dalam hal ini?? Mom, my beloved. I love you Mom forever………in my deep
heart…. I always missing you Mom……..
0 komentar:
Post a Comment