Pada suatu hari, tampak seorang ayah sedang berdiri di taman, menemani anaknya yang sedang gembira bermain ayunan. Agaknya waktu serasa cepat berlalu, sambil sesekali melirik pada jam di tangannya, si ayah tahu, saatnya bermain telah selesai, karena masih ada pekerjaan yang menunggu untuk segera diselesaikan.
"Sebentar Ayah, lima menit lagi yaaaah, pliiiisss," suara kecil itu terdengar memelas. Ayahnya dengan spontan menjawab, "Oke, lima menit lagi!" Si kecil berlari ke ayunannya dan kembali bermain dengan gembira sedangkan si ayah mengamati dari kejauhan dengan senyuman senang.
Lima menit berlalu dengan cepat, saat si ayah mengingatkan kepada puteranya. "Pliiiissss, lima menit lagi, Yah. Lima menit terakhiiir deh. Janji, setelah ini udahan. Oke, Yah?" suara memohon disertai tatapan mata yang penuh harap membuat si ayah tidak tega dan kembali mengabulkan permintaan si kecil.
Seorang ibu yang sedari tadi mengamati kejadian itu di sebelahnya berkomentar, "Wah... Bapak hebat sekali, sabar dengan anak-anaknya ya, Pak." Dengan tersenyum si ayah berkata, "Iya Bu, belajar sabar. Saya pernah kehilangan anak saya yang sulung karena terjatuh saat naik sepeda. Sampai sekarang, masih terasa kekecewaan dan penyesalan di dalam hati ini. Saat mereka ada, saya terlalu sibuk dan tidak berusaha lebih keras menyisihkan waktu untuk keluarga hingga kemudian harus kehilangan salah satunya. Saat sibuk dengan pekerjaan, saya berpikir, toh yang saya lakukan untuk membahagiakan mereka, untuk memenuhi kebutuhan mereka juga. Dan saya salah. Uang yang saya kumpulkan seberapa banyak pun, ternyata tidak pernah bisa membeli kebahagiaan itu," ujarnya dengan nada duka.
"Sejak saat itu saya berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan saat si kecil merengek minta 'lima menit', sesungguhnya, bukan dia yang meminta waktu kepada saya, tetapi dia justru sedang memberi tambahan waktu kepada saya untuk menikmati kegembiraan bersamanya," papar si ayah sambil melontarkan pandangan sayang kepada putranya yang sedang asyik bermain.
Manusia seringkali lupa mensyukuri dan menghargai yang telah dipunyai. Saat keadaan memaksa dia harus kehilangan, segera kecewa dan rasa sesal pun seiring mengikuti, bahkan kerap kali terpuruk dengan perasaan bersalah yang berkepanjangan dan sulit untuk memaafkan diri sendiri.
Maka, mari kita siapkan waktu bahkan 'paksakan' diri untuk membiasakan berbagi perhatian dengan keluarga dan orang-orang yang kita cintai.
"Sebentar Ayah, lima menit lagi yaaaah, pliiiisss," suara kecil itu terdengar memelas. Ayahnya dengan spontan menjawab, "Oke, lima menit lagi!" Si kecil berlari ke ayunannya dan kembali bermain dengan gembira sedangkan si ayah mengamati dari kejauhan dengan senyuman senang.
Lima menit berlalu dengan cepat, saat si ayah mengingatkan kepada puteranya. "Pliiiissss, lima menit lagi, Yah. Lima menit terakhiiir deh. Janji, setelah ini udahan. Oke, Yah?" suara memohon disertai tatapan mata yang penuh harap membuat si ayah tidak tega dan kembali mengabulkan permintaan si kecil.
Seorang ibu yang sedari tadi mengamati kejadian itu di sebelahnya berkomentar, "Wah... Bapak hebat sekali, sabar dengan anak-anaknya ya, Pak." Dengan tersenyum si ayah berkata, "Iya Bu, belajar sabar. Saya pernah kehilangan anak saya yang sulung karena terjatuh saat naik sepeda. Sampai sekarang, masih terasa kekecewaan dan penyesalan di dalam hati ini. Saat mereka ada, saya terlalu sibuk dan tidak berusaha lebih keras menyisihkan waktu untuk keluarga hingga kemudian harus kehilangan salah satunya. Saat sibuk dengan pekerjaan, saya berpikir, toh yang saya lakukan untuk membahagiakan mereka, untuk memenuhi kebutuhan mereka juga. Dan saya salah. Uang yang saya kumpulkan seberapa banyak pun, ternyata tidak pernah bisa membeli kebahagiaan itu," ujarnya dengan nada duka.
"Sejak saat itu saya berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan saat si kecil merengek minta 'lima menit', sesungguhnya, bukan dia yang meminta waktu kepada saya, tetapi dia justru sedang memberi tambahan waktu kepada saya untuk menikmati kegembiraan bersamanya," papar si ayah sambil melontarkan pandangan sayang kepada putranya yang sedang asyik bermain.
Manusia seringkali lupa mensyukuri dan menghargai yang telah dipunyai. Saat keadaan memaksa dia harus kehilangan, segera kecewa dan rasa sesal pun seiring mengikuti, bahkan kerap kali terpuruk dengan perasaan bersalah yang berkepanjangan dan sulit untuk memaafkan diri sendiri.
Maka, mari kita siapkan waktu bahkan 'paksakan' diri untuk membiasakan berbagi perhatian dengan keluarga dan orang-orang yang kita cintai.
0 komentar:
Post a Comment