Pernah Ketipu dan Bangkrut, Pria Ini Sukses Jual Peyek Rp 165 Juta/Bulan
Jakarta -Peyek, makanan ringan sejenis keripik khas masyarakat Jawa sangat digemari lapisan masyarakat. Namun siapa sangka, dari peyek yang diramu dengan kreativitas tinggi, bisa menjadi barang bernilai tambah dan menguntungkan.
Salah satu orang yang mengembangkan bisnis peyek adalah Filsa Budi Ambia. Pria 29 tahun itu justru mampu meraup omzet Rp 165 juta/bulan dari bisnis peyek.
"Alhamdulillah, sekarang omzet per bulan Rp 165 juta," kata Filsa saat ditemui detikFinance, pada acara Penjurian Nasional Program Wirausaha Mandiri 2014, di Gedung Wisma Mandiri Club, Jalan Mataram Jakarta Selatan.
Filsa saat ini memang sedang menekuni bisnis peyek kepiting. Pria asli Banyumas yang lama tinggal di Balikpapan ini memadukan keahlian membuat peyek, dengan populasi kepiting yang cukup banyak di Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Saya ingin peyek ini naik kelas. Lalu saya pikir nilai tambahnya apa, dengan kemasan biasa tentu nggak cocok. Di Kalimantan itu banyak kepiting, saya pikir tes dulu, lalu penggunaan bumbu saya akurasi dan dikemas menarik lalu diberi ke teman-teman," paparnya.
Filsa memulai bisnis barunya itu Februari 2013. Saat itu ia hanya mengolah 1 kg daging kepiting untuk menghasilkan 20 pcs peyek kepiting. Siapa sangka ini awal pintu masuk Filsa menjadi wirausahawan sukses.
"Dari modal Rp 75.000 itu akhirnya banyak yang pesan. Harganya ada yang Rp 20.000/pcs dan ada Rp 10.000/pcs, akhirnya dapat omzet Rp 150.000," paparnya.
Pengembangan bisnis dari hari ke hari terus dilakukan Filsa. Saat ini rutinitas Filsa memproduksi peyek kepiting 2.000 pcs per hari dari 40 kg kepiting yang diolah. Berkat jerih payahnya, Filsa sudah memiliki 21 pegawai.
"Produk saya sudah dijual di toko oleh-oleh di Kalimantan Timur, ritel modern seperti hipermarket. Lalu hubungan dagang partnership dengan distributor di Jakarta. Dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi produk saya ada," tuturnya.
Kesuksesan yang diraih Filsa dalam menekuni bisnis peyek kepiting tidak membuat sombong. Filsa mengaku pernah hidup susah dari bekerja menjadi sopir, tertipu bisnis gelap, hingga sampai menjual cincin pernikahannya.
"Tahun 2007 saya merantau ke Balikpapan, bekerja jadi sopir di perusahaan tambang gajinya tidak menutupi untuk hidup kemudian resign tahun 2010 dan buka usaha ayam goreng bangkrut. Kemudian saya coba berbisnis martabak mini franchise sudah memiliki 35 cabang bangkrut juga di tahun 2012," tuturnya.
Pada 2012 Filsa pernah kena tipu investasi Rp 120 juta dan punya utang banyak. Pada waktu itu, dirinya sudah punya anak,
"Anak saya menangis minta susu. Di situ titik balik saya sadar. Cincin kawin akhirnya dilepas dan digadai, uangnya buat beli susu, sama bayar kebutuhan hidup lain. Tinggal Rp 100.000, ini awal mula saya membuat peyek kacang lalu berubah menjadi peyek kepiting," katanya.
sumber
Jakarta -Peyek, makanan ringan sejenis keripik khas masyarakat Jawa sangat digemari lapisan masyarakat. Namun siapa sangka, dari peyek yang diramu dengan kreativitas tinggi, bisa menjadi barang bernilai tambah dan menguntungkan.
Salah satu orang yang mengembangkan bisnis peyek adalah Filsa Budi Ambia. Pria 29 tahun itu justru mampu meraup omzet Rp 165 juta/bulan dari bisnis peyek.
"Alhamdulillah, sekarang omzet per bulan Rp 165 juta," kata Filsa saat ditemui detikFinance, pada acara Penjurian Nasional Program Wirausaha Mandiri 2014, di Gedung Wisma Mandiri Club, Jalan Mataram Jakarta Selatan.
Filsa saat ini memang sedang menekuni bisnis peyek kepiting. Pria asli Banyumas yang lama tinggal di Balikpapan ini memadukan keahlian membuat peyek, dengan populasi kepiting yang cukup banyak di Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Saya ingin peyek ini naik kelas. Lalu saya pikir nilai tambahnya apa, dengan kemasan biasa tentu nggak cocok. Di Kalimantan itu banyak kepiting, saya pikir tes dulu, lalu penggunaan bumbu saya akurasi dan dikemas menarik lalu diberi ke teman-teman," paparnya.
Filsa memulai bisnis barunya itu Februari 2013. Saat itu ia hanya mengolah 1 kg daging kepiting untuk menghasilkan 20 pcs peyek kepiting. Siapa sangka ini awal pintu masuk Filsa menjadi wirausahawan sukses.
"Dari modal Rp 75.000 itu akhirnya banyak yang pesan. Harganya ada yang Rp 20.000/pcs dan ada Rp 10.000/pcs, akhirnya dapat omzet Rp 150.000," paparnya.
Pengembangan bisnis dari hari ke hari terus dilakukan Filsa. Saat ini rutinitas Filsa memproduksi peyek kepiting 2.000 pcs per hari dari 40 kg kepiting yang diolah. Berkat jerih payahnya, Filsa sudah memiliki 21 pegawai.
"Produk saya sudah dijual di toko oleh-oleh di Kalimantan Timur, ritel modern seperti hipermarket. Lalu hubungan dagang partnership dengan distributor di Jakarta. Dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi produk saya ada," tuturnya.
Kesuksesan yang diraih Filsa dalam menekuni bisnis peyek kepiting tidak membuat sombong. Filsa mengaku pernah hidup susah dari bekerja menjadi sopir, tertipu bisnis gelap, hingga sampai menjual cincin pernikahannya.
"Tahun 2007 saya merantau ke Balikpapan, bekerja jadi sopir di perusahaan tambang gajinya tidak menutupi untuk hidup kemudian resign tahun 2010 dan buka usaha ayam goreng bangkrut. Kemudian saya coba berbisnis martabak mini franchise sudah memiliki 35 cabang bangkrut juga di tahun 2012," tuturnya.
Pada 2012 Filsa pernah kena tipu investasi Rp 120 juta dan punya utang banyak. Pada waktu itu, dirinya sudah punya anak,
"Anak saya menangis minta susu. Di situ titik balik saya sadar. Cincin kawin akhirnya dilepas dan digadai, uangnya buat beli susu, sama bayar kebutuhan hidup lain. Tinggal Rp 100.000, ini awal mula saya membuat peyek kacang lalu berubah menjadi peyek kepiting," katanya.
sumber
0 komentar:
Post a Comment