Sukses Bisnis Shampo, Wanita Muda Ini Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah
Boleh jadi, Aprie Angeline tak akan membayangkan, bisnis yang dijalaninya secara tak sengaja akan membawa kesuksesan seperti saat ini. Perjalanan wanita 23 tahun ini bisa menjadi sumber inspirasi untuk kaum muda yang ingin menjalankan bisnis sendiri. Bermula dari seorang reseller produk online shop (olshop), kini Aprie menjadi produsen sampo dengan omzet ratusan juta rupiah saban bulan.
Perjalanan Aprie berbisnis bermula ketika dia menjejakkan kakinya di Yogyakarta untuk kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada. Baru menjalani semester pertama, Aprie merasa tak menemukan kecocokan pada dirinya. Sementara itu, dia takut mengecewakan orangtua kalau akhirnya keluar dari kampus. “Waktu itu, saya malah ingin jadi artis dan terkenal,” lanjut Aprie.
Karena merasa salah masuk jurusan, Aprie kehilangan semangat untuk kuliah. “Saya itu orangnya pelupa dan senang ngomong. Jadi, ketika masuk kedokteran saya merasa harus mengerem untuk ngomong,” ujar dia.
Aprie pun mencoba-coba bisnis online shop yang menjual baju dan sepatu. “Bisnis menjadi pelampiasan karena saya merasa tidak kuat di jurusan itu tapi tidak berani bilang ke orangtua,” kenang gadis kelahiran Sorong, 5 April 1991 ini.
Di sela-sela berbisnis online, Aprie juga sempat mengikuti sejumlah syuting sinetron dan kegiatan modeling. Namun, dia justru menemukan keasyikan berbisnis online, karena kegiatan syuting film ternyata sangat melelahkan.
Tahun 2012, Aprie cuti kuliah dan menekuni bisnis online. Dia mulai belajar dari para pemasok barang yang dijualnya, karena dia belum banyak memahami soal bisnis online. Dia juga belajar bisnis dari berbagai media sosial. “Saya belajar autodidak, modal saya waktu itu hanya jaringan di Blackberry Messenger,” ungkap dia.
Saat itu, Aprie tak lagi menjual pakaian dan sepatu. Pasalnya, ketika berbisnis pakaian, dia menemukan banyak kekecewaan. “Kami hanya bisa melihat model, sementara kualitas mengecewakan. Banyak ruginya pula, karena saya ambil untung tipis,” ujar dia.
Begitu pula dengan sepatu, yang menurutnya, harus dicoba karena tidak tahu ukuran pasti kaki konsumen.
Produk herbal
Lantas, Aprie mendapat tawaran jadi reseller salah satu pemasok produk kosmetik di Jakarta. Dia mencoba produk tersebut lebih dulu, supaya lebih mengenal apa yang dijual. Setelah terbukti bagus, Aprie mulai menjajakan produk skin care buatan luar negeri itu.
Tak disangka, respons konsumen cukup baik. Waktu itu, Aprie memang sudah punya pelanggan di bisnis online-nya. “Karena saya selalu memberikan pelayanan yang baik, pelanggan percaya terhadap produk yang saya jual,” ujar dia.
Bisnis online yang diberi nama Billion Shop ini meningkat pesat. Omzet tiap bulan meningkat cepat, dari Rp 3 juta, Aprie bisa mengumpulkan omzet hingga puluhan juta rupiah dalam waktu beberapa bulan.
Dari situ, Aprie semakin yakin, online shop ini benar-benar potensial. Aprie bilang kunci bisnisnya adalah mengutamakan pelayanan yang ramah dan baik. “Saya tak pernah marah, membalas pesan konsumen pun bukan sekadar menjawab pertanyaan dia. Itu membuat konsumen makin dekat dan percaya pada kami,” terang Aprie.
Setelah punya customer based yang besar, putri pasangan Jistor Situmorang dan Lukeria Rajaguguk ini lantas berpikir untuk menghasilkan produk sendiri. Aprie yang ketika itu menghadapi masalah dengan rambutnya lantas mencoba membuat sampo sendiri.
Kembali, perempuan yang pernah mengikuti olimpiade IPA saat SMA ini mencari-cari informasi soal bahan-bahan dan cara pembuatan sampo. Dia juga aktif berkonsultasi dengan orang yang paham soal seluk-beluk pembuatan sampo. “Kebetulan, sejak SMA saya juga hobi meracik-racik, jadi sedikit banyak tahu,” terang dia.
Awal 2013, Aprie meluncurkan produk sampo buatannya, Angeline Hair Treatment (AHT). Dia menggunakan bahan-bahan herbal berkualitas untuk produk samponya. Dengan begitu, harganya relatif mahal.
Meski demikian, lagi-lagi, AHT bisa diterima pasar dengan baik dan booming. Aprie yang punya masalah rambut, yakni tak bisa panjang, menginspirasinya membuat sampo yang bisa memanjangkan rambut dengan cepat. “Sampai saat ini, produk tersebut menjadi andalan AHT,” ujar Aprie.
Dengan modal awal senilai Rp 10 juta, Aprie memproduksi 200 botol sampo. Penjualannya pun terus meningkat. Kini, dia bisa menjual lebih dari seribu paket produk AHT saban bulan. Omzet usahanya pun mencapai Rp 230 juta.
Aprie memang tak menjual sampo saja. Dalam paket perawataan rambut ini, dia menyertakan conditioner dan hair tonic. Banderol harganya berkisar Rp 200.000 per paket.
Tak berhenti pada produk perawatan rambut, dia juga mengembangkan produk herbal lainnya. Awal tahun lalu, Aprie meluncurkan gula dari nira kelapa dengan kadar glukosa yang rendah. “Saya memang tertarik dengan produk-produk sehat,” ujar dia.
Ide pembuatan gula ini berasal dari pengalaman di keluarga, setelah sang kakek meninggal akibat diabetes. “Saat itu, saya berpikir bikin produk untuk menolong penderita diabetes,” cetus Aprie yang kini membawahi 20 karyawan untuk usaha samponya.
Pemasaran Java Sweet Sugar juga mengandalkan online. Kini, usaha yang melibatkan 25 petani kelapa ini, sudah menjual ratusan stoples setiap bulan. “Gula ini lagi naik daun,” kata dia.
Bukan hanya di Yogyakarta, penjualan gula nira sudah mencapai kota-kota besar di Indonesia.
Aprie pun tak berhenti berkreasi. Yang terbaru, dia juga menciptakan frescare, semacam masker wajah herbal. Selain itu, dalam waktu dekat, dia pun berencana membuat lotion pelembap herbal.
Hikmah gagal jadi dokter
Meski masih muda, bukannya Aprie Angeline tak punya pengalaman yang berarti dalam hidupnya. Dia pernah mengalami depresi ketika harus menjalani kuliah yang tak sesuai pilihannya.
Bahkan, saat itu, sempat terlintas dalam pikiran Aprie untuk bunuh diri. “Saya depresi banget. Mau ngomong sama ortu enggak berani karena sudah mengeluarkan biaya dan banyak orang yang tahu,“ tutur dia.
Permintaan menjadi dokter memang datang dari kedua orangtuanya, karena belum ada dokter di keluarga mereka.
Namun, dari situlah, lantas dia memperoleh hikmah, untuk menggapai kesuksesan lainnya. Aprie pun selalu gigih dan bertekad mencapai apa yang ia impikan. “Setelah melihat bisnis online lumayan, orang tua ikhlas untuk melepas saya tidak menjadi dokter,” kata Aprie yang bertekad sukses sejak muda.
Dalam berusaha, gadis berusia 23 tahun ini juga punya prinsip untuk selalu berjuang dan tak mudah menyerah, terutama saat menghadapi masalah.
Aprie bercerita, saat mengembangkan produk perawatan rambut, ia pernah menuai komentar negatif dari pebisnis lain. “Ada orang yang tidak suka, lalu menjatuhkan saya,” kenang dia.
Meski sempat syok, namun, Aprie tak terlalu ambil pusing. Dia percaya, kualitas akan menguji produknya. Dan, nyatanya, omzet penjualannya tidak menurun, justru semakin naik. “Konsumen mengirim foto rambut mereka, kualitas yang berbicara,” ujar dia senang.
Berkaca dari pengalaman tersebut, dia berkeyakinan, Tuhan akan selalu bersama dengan orang-orang yang baik. “Kalau kita bisnis untuk membantu orang lain, Tuhan pasti akan memuluskan jalan,” ujar dia. Itu sebabnya, ia berpesan untuk berbisnis berlandaskan niat baik. Selain itu, pebisnis harus punya mimpi agar ada tujuan yang ingin dicapai dan punya jaringan luas.
Boleh jadi, Aprie Angeline tak akan membayangkan, bisnis yang dijalaninya secara tak sengaja akan membawa kesuksesan seperti saat ini. Perjalanan wanita 23 tahun ini bisa menjadi sumber inspirasi untuk kaum muda yang ingin menjalankan bisnis sendiri. Bermula dari seorang reseller produk online shop (olshop), kini Aprie menjadi produsen sampo dengan omzet ratusan juta rupiah saban bulan.
Perjalanan Aprie berbisnis bermula ketika dia menjejakkan kakinya di Yogyakarta untuk kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada. Baru menjalani semester pertama, Aprie merasa tak menemukan kecocokan pada dirinya. Sementara itu, dia takut mengecewakan orangtua kalau akhirnya keluar dari kampus. “Waktu itu, saya malah ingin jadi artis dan terkenal,” lanjut Aprie.
Karena merasa salah masuk jurusan, Aprie kehilangan semangat untuk kuliah. “Saya itu orangnya pelupa dan senang ngomong. Jadi, ketika masuk kedokteran saya merasa harus mengerem untuk ngomong,” ujar dia.
Aprie pun mencoba-coba bisnis online shop yang menjual baju dan sepatu. “Bisnis menjadi pelampiasan karena saya merasa tidak kuat di jurusan itu tapi tidak berani bilang ke orangtua,” kenang gadis kelahiran Sorong, 5 April 1991 ini.
Di sela-sela berbisnis online, Aprie juga sempat mengikuti sejumlah syuting sinetron dan kegiatan modeling. Namun, dia justru menemukan keasyikan berbisnis online, karena kegiatan syuting film ternyata sangat melelahkan.
Tahun 2012, Aprie cuti kuliah dan menekuni bisnis online. Dia mulai belajar dari para pemasok barang yang dijualnya, karena dia belum banyak memahami soal bisnis online. Dia juga belajar bisnis dari berbagai media sosial. “Saya belajar autodidak, modal saya waktu itu hanya jaringan di Blackberry Messenger,” ungkap dia.
Saat itu, Aprie tak lagi menjual pakaian dan sepatu. Pasalnya, ketika berbisnis pakaian, dia menemukan banyak kekecewaan. “Kami hanya bisa melihat model, sementara kualitas mengecewakan. Banyak ruginya pula, karena saya ambil untung tipis,” ujar dia.
Begitu pula dengan sepatu, yang menurutnya, harus dicoba karena tidak tahu ukuran pasti kaki konsumen.
Produk herbal
Lantas, Aprie mendapat tawaran jadi reseller salah satu pemasok produk kosmetik di Jakarta. Dia mencoba produk tersebut lebih dulu, supaya lebih mengenal apa yang dijual. Setelah terbukti bagus, Aprie mulai menjajakan produk skin care buatan luar negeri itu.
Tak disangka, respons konsumen cukup baik. Waktu itu, Aprie memang sudah punya pelanggan di bisnis online-nya. “Karena saya selalu memberikan pelayanan yang baik, pelanggan percaya terhadap produk yang saya jual,” ujar dia.
Bisnis online yang diberi nama Billion Shop ini meningkat pesat. Omzet tiap bulan meningkat cepat, dari Rp 3 juta, Aprie bisa mengumpulkan omzet hingga puluhan juta rupiah dalam waktu beberapa bulan.
Dari situ, Aprie semakin yakin, online shop ini benar-benar potensial. Aprie bilang kunci bisnisnya adalah mengutamakan pelayanan yang ramah dan baik. “Saya tak pernah marah, membalas pesan konsumen pun bukan sekadar menjawab pertanyaan dia. Itu membuat konsumen makin dekat dan percaya pada kami,” terang Aprie.
Setelah punya customer based yang besar, putri pasangan Jistor Situmorang dan Lukeria Rajaguguk ini lantas berpikir untuk menghasilkan produk sendiri. Aprie yang ketika itu menghadapi masalah dengan rambutnya lantas mencoba membuat sampo sendiri.
Kembali, perempuan yang pernah mengikuti olimpiade IPA saat SMA ini mencari-cari informasi soal bahan-bahan dan cara pembuatan sampo. Dia juga aktif berkonsultasi dengan orang yang paham soal seluk-beluk pembuatan sampo. “Kebetulan, sejak SMA saya juga hobi meracik-racik, jadi sedikit banyak tahu,” terang dia.
Awal 2013, Aprie meluncurkan produk sampo buatannya, Angeline Hair Treatment (AHT). Dia menggunakan bahan-bahan herbal berkualitas untuk produk samponya. Dengan begitu, harganya relatif mahal.
Meski demikian, lagi-lagi, AHT bisa diterima pasar dengan baik dan booming. Aprie yang punya masalah rambut, yakni tak bisa panjang, menginspirasinya membuat sampo yang bisa memanjangkan rambut dengan cepat. “Sampai saat ini, produk tersebut menjadi andalan AHT,” ujar Aprie.
Dengan modal awal senilai Rp 10 juta, Aprie memproduksi 200 botol sampo. Penjualannya pun terus meningkat. Kini, dia bisa menjual lebih dari seribu paket produk AHT saban bulan. Omzet usahanya pun mencapai Rp 230 juta.
Aprie memang tak menjual sampo saja. Dalam paket perawataan rambut ini, dia menyertakan conditioner dan hair tonic. Banderol harganya berkisar Rp 200.000 per paket.
Tak berhenti pada produk perawatan rambut, dia juga mengembangkan produk herbal lainnya. Awal tahun lalu, Aprie meluncurkan gula dari nira kelapa dengan kadar glukosa yang rendah. “Saya memang tertarik dengan produk-produk sehat,” ujar dia.
Ide pembuatan gula ini berasal dari pengalaman di keluarga, setelah sang kakek meninggal akibat diabetes. “Saat itu, saya berpikir bikin produk untuk menolong penderita diabetes,” cetus Aprie yang kini membawahi 20 karyawan untuk usaha samponya.
Pemasaran Java Sweet Sugar juga mengandalkan online. Kini, usaha yang melibatkan 25 petani kelapa ini, sudah menjual ratusan stoples setiap bulan. “Gula ini lagi naik daun,” kata dia.
Bukan hanya di Yogyakarta, penjualan gula nira sudah mencapai kota-kota besar di Indonesia.
Aprie pun tak berhenti berkreasi. Yang terbaru, dia juga menciptakan frescare, semacam masker wajah herbal. Selain itu, dalam waktu dekat, dia pun berencana membuat lotion pelembap herbal.
Hikmah gagal jadi dokter
Meski masih muda, bukannya Aprie Angeline tak punya pengalaman yang berarti dalam hidupnya. Dia pernah mengalami depresi ketika harus menjalani kuliah yang tak sesuai pilihannya.
Bahkan, saat itu, sempat terlintas dalam pikiran Aprie untuk bunuh diri. “Saya depresi banget. Mau ngomong sama ortu enggak berani karena sudah mengeluarkan biaya dan banyak orang yang tahu,“ tutur dia.
Permintaan menjadi dokter memang datang dari kedua orangtuanya, karena belum ada dokter di keluarga mereka.
Namun, dari situlah, lantas dia memperoleh hikmah, untuk menggapai kesuksesan lainnya. Aprie pun selalu gigih dan bertekad mencapai apa yang ia impikan. “Setelah melihat bisnis online lumayan, orang tua ikhlas untuk melepas saya tidak menjadi dokter,” kata Aprie yang bertekad sukses sejak muda.
Dalam berusaha, gadis berusia 23 tahun ini juga punya prinsip untuk selalu berjuang dan tak mudah menyerah, terutama saat menghadapi masalah.
Aprie bercerita, saat mengembangkan produk perawatan rambut, ia pernah menuai komentar negatif dari pebisnis lain. “Ada orang yang tidak suka, lalu menjatuhkan saya,” kenang dia.
Meski sempat syok, namun, Aprie tak terlalu ambil pusing. Dia percaya, kualitas akan menguji produknya. Dan, nyatanya, omzet penjualannya tidak menurun, justru semakin naik. “Konsumen mengirim foto rambut mereka, kualitas yang berbicara,” ujar dia senang.
Berkaca dari pengalaman tersebut, dia berkeyakinan, Tuhan akan selalu bersama dengan orang-orang yang baik. “Kalau kita bisnis untuk membantu orang lain, Tuhan pasti akan memuluskan jalan,” ujar dia. Itu sebabnya, ia berpesan untuk berbisnis berlandaskan niat baik. Selain itu, pebisnis harus punya mimpi agar ada tujuan yang ingin dicapai dan punya jaringan luas.
0 komentar:
Post a Comment