Kekuatan Filipino-Americans
Angelica Cortez (28) adalah pendiri LEAD Filipino, organisasi yang berfokus pada membangun kapasitas kepemimpinan muda Pinoys dalam pelayanan publik dan kehidupan sipil.
Oleh: Karim Raslan
Ada empat juta orang Amerika berketurunan Filipina di negeri Paman Sam.
Namun, meski sebagai komunitas orang Asia-Amerika terbesar kedua, Angelica Cortez (28), profesional di bidang kebijakan publik, merasa bahwa keturunan Filipina-Amerika itu sering diabaikan.
"Mengapa tidak banyak sekolah atau jalan menggunakan nama kami? Ketidakadilan terbesar yang terjadi adalah bahwa sedikitnya ada 250.000 lelaki Filipina yang ikut berjuang bersama tentara Amerika saat Perang Dunia II. Tapi mereka tidak mendapatkan kesempatan menikmati fasilitas sebagai veteran perang, bahkan termasuk pengakuan sebagai warga negara Amerika."
"Baru pada 2009—64 tahun pasca-Perang Dunia II—di bawah pemerintahan Barack Obama, berbagai bentuk keadilan itu diberikan kepada mereka, misalnya, kompensasi dalam bentuk uang yang membantu kehidupan para veteran dan keluarganya."
Angelica mendirikan sebuah LSM bernama "Lead Filipino" baru-baru ini yang fokus pada pengembangan kapasitas kepemimpinan "Pinoys" (kaum muda Filipina) dalam hal pelayanan publik dan kehidupan bermasyarakat.
Dengan daya tarik kepribadian dan kecerdasannya, berkarya melalui LSM adalah sangat cocok bagi Angelica yang tidak tertarik terjun langsung ke politik.
"Saya tidak membutuhkan sorotan. Saya lebih suka berkutat dengan kebijakan ketimbang politik yang banyak rapat, kadang-kadang suka jilat-menjilat, dan mengumpulkan uang."
Tumbuh besar dalam pelukan hangat keluarga besar Filipina ayah tirinya (ayah kandungnya juga orang Filipina), Angelica memiliki perasaan yang kuat terhadap warisan leluhurnya, meskipun keluarga ibunya adalah campuran Jepang dan Guam.
Dia pun menirukan ucapan sang nenek angkat kepadanya, "Kalau ada sesuatu yang hilang, kamu jamin bahwa (dia) itu pergi ke 'Balikbayan Box' (tempat para tenaga kerja Filipina di luar negeri kepada keluarganya di Filipina)!"
Saat ini Angelica sedang bersama kelompok lobi yang bekerja untuk perusahaan teknologi di Silicon Valley. Kelompok ini melibatkan pemerintah lokal, asosiasi tenaga kerja dan LSM lainnya.
Mengingat bahwa San Jose adalah pusat aktifitas politik dan pemerintahan daerah Santa Clara—salah satu daerah terkaya dan makmur di Amerika—maka tekanan agar memiliki sumber daya (kekayaan) menjadi kuat.
Namun, pengalaman telah memberi dia pemahaman mengenai bagaimana politik bekerja di tingkat akar rumput.
"Dalam sistem federal pemerintahan kami, ada banyak yang bisa kami lakukan di tingkat lokal. Contohnya, inisiatif pemerintahan daerah Santa Clara untuk meningkatkan pajak penjualan. Dari inisiatif ini diharapkan dapat menghasilkan penerimaan lebih dari 6 miliar dolar AS yang bisa digunakan untuk memperbaiki jalan dan transportasi. Supaya ini berhasil, kami membutuhkan dukungan 2/3 suara. Ini membutuhkan usaha keras."
Ketika perbincangan beralih ke topik Presiden Filipina Rodrigo Duterte, nada suara Angelica sedikit berubah. Dia menuturkan, "Sebagian besar pekerja Filipina di luar negeri menyukai kebijakan Duterte yang jelas dan terang-terangan. Mereka menginginkan sebuah struktur, hukum dan ketertiban, serta dihilangkannya ketidakefisienan pemerintahan."
Ketika ditanyakan soal ide pemisahan Filipina dari Amerika, dia menjawab dengan diplomatis namun tegas, "Saya kira itu tidak akan benar-benar terjadi. Seseorang yang telah mendukungnya boleh jadi tak akan mendukungnya lagi. Kebanyakan orang yang bukan dari Filipina berpikir bahwa dia gila."
Orang Filipina-Amerika seperti Angelica membuat perbedaaan bagi komunitas lokalnya. Di Santa Clara saja ada 60.000 orang Filipina-Amerika dan ini bisa menjadi sumber kekuatan politik di masa depan.
Jadi, sementara keputusan Duterte mempermasalahkan perdagangan dan investasi China secara ekonomi sangatlah cerdik maka retorika anti-Barat-nya justru dinilai tidak membuat nyaman warganya baik yang berada di Filipina maupun di luar negeri.
Satu hal yang perlu disadari Duterte adalah bahwa pada 2015 Filipina menerima pengiriman uang sebesar 9,7 miliar dolar AS dari warganya di Amerika.
Jadi, meskipun pemerintah Filipina berusaha mengurangi ketergantungan pada dana kiriman warganya (di luar negeri), remitansi tetap menjadi bagian yang penting bagi perekonomian negara ini.
Kemudian industri Business Process Outsourcing (BPO) yang juga perlu menjadi pertimbangan Duterte. Pada 2015, dari subsektor IT telah dihasilkan 1,2 juta lapangan pekerjaan dan penerimaan negara sebesar 22 miliar dolar AS. Ini merupakan sumber penerimaan terbesar kedua dalam dolar Amerika bagi Filipina.
Selain itu, Amerika juga diperkirakan telah menjadi klien terbesar BPO Filipina yakni sekitar 65 persen pasar domestik.
Maka bukanlah suatu kebetulan ketika Information Technology and Business Process Association of the Philippines (IBPAP) meminta bertemu khusus dengan Presiden Duterte begitu dia menyampaikan ide tentang "berpisah dari Amerika".
Apa yang akan terjadi terhadap perekonomian Filipina jika Duterte benar-benar mewujudkan idenya memisahkan diri dari Amerika dan Barat?
Akankah orang-orang Filipina yang tinggal di Amerika atau mereka yang sudah kembali ke kampung halamannya dapat mengandalkan hidupnya pada Duterte?
Akankah Filipina masih bisa mendapatkan keuntungan dari kemampuan dan kerja keras warganya di luar negeri?
Ini adalah pertanyaan yang tidak akan pernah hilang dan perlu dijawab oleh pemimpin Filipina cepat atau lambat.
Angelica Cortez (28) adalah pendiri LEAD Filipino, organisasi yang berfokus pada membangun kapasitas kepemimpinan muda Pinoys dalam pelayanan publik dan kehidupan sipil.
Oleh: Karim Raslan
Ada empat juta orang Amerika berketurunan Filipina di negeri Paman Sam.
Namun, meski sebagai komunitas orang Asia-Amerika terbesar kedua, Angelica Cortez (28), profesional di bidang kebijakan publik, merasa bahwa keturunan Filipina-Amerika itu sering diabaikan.
"Mengapa tidak banyak sekolah atau jalan menggunakan nama kami? Ketidakadilan terbesar yang terjadi adalah bahwa sedikitnya ada 250.000 lelaki Filipina yang ikut berjuang bersama tentara Amerika saat Perang Dunia II. Tapi mereka tidak mendapatkan kesempatan menikmati fasilitas sebagai veteran perang, bahkan termasuk pengakuan sebagai warga negara Amerika."
"Baru pada 2009—64 tahun pasca-Perang Dunia II—di bawah pemerintahan Barack Obama, berbagai bentuk keadilan itu diberikan kepada mereka, misalnya, kompensasi dalam bentuk uang yang membantu kehidupan para veteran dan keluarganya."
Angelica mendirikan sebuah LSM bernama "Lead Filipino" baru-baru ini yang fokus pada pengembangan kapasitas kepemimpinan "Pinoys" (kaum muda Filipina) dalam hal pelayanan publik dan kehidupan bermasyarakat.
Dengan daya tarik kepribadian dan kecerdasannya, berkarya melalui LSM adalah sangat cocok bagi Angelica yang tidak tertarik terjun langsung ke politik.
"Saya tidak membutuhkan sorotan. Saya lebih suka berkutat dengan kebijakan ketimbang politik yang banyak rapat, kadang-kadang suka jilat-menjilat, dan mengumpulkan uang."
Tumbuh besar dalam pelukan hangat keluarga besar Filipina ayah tirinya (ayah kandungnya juga orang Filipina), Angelica memiliki perasaan yang kuat terhadap warisan leluhurnya, meskipun keluarga ibunya adalah campuran Jepang dan Guam.
Dia pun menirukan ucapan sang nenek angkat kepadanya, "Kalau ada sesuatu yang hilang, kamu jamin bahwa (dia) itu pergi ke 'Balikbayan Box' (tempat para tenaga kerja Filipina di luar negeri kepada keluarganya di Filipina)!"
Saat ini Angelica sedang bersama kelompok lobi yang bekerja untuk perusahaan teknologi di Silicon Valley. Kelompok ini melibatkan pemerintah lokal, asosiasi tenaga kerja dan LSM lainnya.
Mengingat bahwa San Jose adalah pusat aktifitas politik dan pemerintahan daerah Santa Clara—salah satu daerah terkaya dan makmur di Amerika—maka tekanan agar memiliki sumber daya (kekayaan) menjadi kuat.
Namun, pengalaman telah memberi dia pemahaman mengenai bagaimana politik bekerja di tingkat akar rumput.
"Dalam sistem federal pemerintahan kami, ada banyak yang bisa kami lakukan di tingkat lokal. Contohnya, inisiatif pemerintahan daerah Santa Clara untuk meningkatkan pajak penjualan. Dari inisiatif ini diharapkan dapat menghasilkan penerimaan lebih dari 6 miliar dolar AS yang bisa digunakan untuk memperbaiki jalan dan transportasi. Supaya ini berhasil, kami membutuhkan dukungan 2/3 suara. Ini membutuhkan usaha keras."
Ketika perbincangan beralih ke topik Presiden Filipina Rodrigo Duterte, nada suara Angelica sedikit berubah. Dia menuturkan, "Sebagian besar pekerja Filipina di luar negeri menyukai kebijakan Duterte yang jelas dan terang-terangan. Mereka menginginkan sebuah struktur, hukum dan ketertiban, serta dihilangkannya ketidakefisienan pemerintahan."
Ketika ditanyakan soal ide pemisahan Filipina dari Amerika, dia menjawab dengan diplomatis namun tegas, "Saya kira itu tidak akan benar-benar terjadi. Seseorang yang telah mendukungnya boleh jadi tak akan mendukungnya lagi. Kebanyakan orang yang bukan dari Filipina berpikir bahwa dia gila."
Orang Filipina-Amerika seperti Angelica membuat perbedaaan bagi komunitas lokalnya. Di Santa Clara saja ada 60.000 orang Filipina-Amerika dan ini bisa menjadi sumber kekuatan politik di masa depan.
Jadi, sementara keputusan Duterte mempermasalahkan perdagangan dan investasi China secara ekonomi sangatlah cerdik maka retorika anti-Barat-nya justru dinilai tidak membuat nyaman warganya baik yang berada di Filipina maupun di luar negeri.
Satu hal yang perlu disadari Duterte adalah bahwa pada 2015 Filipina menerima pengiriman uang sebesar 9,7 miliar dolar AS dari warganya di Amerika.
Jadi, meskipun pemerintah Filipina berusaha mengurangi ketergantungan pada dana kiriman warganya (di luar negeri), remitansi tetap menjadi bagian yang penting bagi perekonomian negara ini.
Kemudian industri Business Process Outsourcing (BPO) yang juga perlu menjadi pertimbangan Duterte. Pada 2015, dari subsektor IT telah dihasilkan 1,2 juta lapangan pekerjaan dan penerimaan negara sebesar 22 miliar dolar AS. Ini merupakan sumber penerimaan terbesar kedua dalam dolar Amerika bagi Filipina.
Selain itu, Amerika juga diperkirakan telah menjadi klien terbesar BPO Filipina yakni sekitar 65 persen pasar domestik.
Maka bukanlah suatu kebetulan ketika Information Technology and Business Process Association of the Philippines (IBPAP) meminta bertemu khusus dengan Presiden Duterte begitu dia menyampaikan ide tentang "berpisah dari Amerika".
Apa yang akan terjadi terhadap perekonomian Filipina jika Duterte benar-benar mewujudkan idenya memisahkan diri dari Amerika dan Barat?
Akankah orang-orang Filipina yang tinggal di Amerika atau mereka yang sudah kembali ke kampung halamannya dapat mengandalkan hidupnya pada Duterte?
Akankah Filipina masih bisa mendapatkan keuntungan dari kemampuan dan kerja keras warganya di luar negeri?
Ini adalah pertanyaan yang tidak akan pernah hilang dan perlu dijawab oleh pemimpin Filipina cepat atau lambat.
0 komentar:
Post a Comment