Wanita Ini Raup Rp 25 Juta/Bulan Jualan Bir Pletok
Jakarta - PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menyelenggarakan pameran Telkom Craft Indonesia pada 10-12 Maret 2017 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta. Acara ini juga sebagai tanda bahwa BUMN hadir untuk rakyat.
Acara yang tidak dikenakan biaya sepeser pun ini menyuguhkan 125 UMKM terpilih binaan Telkom dan perusahaan pelat merah lainnya di seluruh Indonesia.
Seperti Muhibah yang merupakan salah satu peserta UMKM yang terlibat dalam acara Telkom Craft 2017.
UMKM yang diberi nama Sari Rosalia dengan merek Muhibah ini menyajikan produk makanan minuman khas betawi. Mulai dari bir pletok, biji ketapang, kembang goyang, akar kelapa, dan rengginang.
Muhibah bercerita, awal mula memutuskan sebagai pedagang makanan dan minuman khas betawi sejak 2008. Awalnya juga, dirinya hanya bermodal sekitar Rp 5 juta dan itu hanya memproduksi bir pletok. Tidak disangka, racikan tangan halusnya membuat dia menjuarai lomba tingkat Wali Kota Jakarta Barat.
Bir pletok adalah minuman khas betawi yang terbuat dari jahe, cengkeh, kapulaga, kayu manis, gula merah, pala, serai dan rempah-rempah lainnya. Minuman ini sama sekali tidak mengandung alkohol.
"Awalnya saya cuma ibu rumah tangga, terus pas ada lomba dari kelurahan saya ikut, saya bikin bir pletok, menang, terus ikut lomba tingkat Wali Kota juga menang, akhirnya saya memutuskan untuk meneruskan sampai sekarang," kata Muhibah kepada detikFinance, Jakarta.
Usai menjuarai lomba, Muhibah mengaku terus mengikuti pelatihan-pelatikan UMKM yang ditawarkan oleh pemerintah, baik di tingkat kelurahan, hingga kementerian.
"Semua pelatihan saya sudah coba," jelasnya.
Dengan modal berbagai keterampilan yang dimiliki, dia mengaku menjual produk dagangannya pun dari bazar ke bazar, hanya beberapa kali saja melayani pembeli yang memesan langsung.
Berkat kegigihannya tersebut, kini wanita paruh baya tersebut memiliki penghasilan yang cukup besar, omzetnya sebesar Rp 25 juta per bulan dari jualan bir pletok dan juga makanan kering khas betawi.
Bahkan, sering sekali bir pletok racikannya tersebut dipesan oleh para pejabat pemerintahan untuk dipromosikan di tingkat provinsi bahkan sampai ke luar negeri.
"Pernah dipesan sama kementerian perdagangan, untuk dipromosikan di Belanda, Hong Kong, tapi kalau jualan sekarang cuma di Jabodetabek saja," ujarnya.
Produk dagangannya untuk bir pletok dihargai Rp 15 ribu untuk ukuran 250 ml dan Rp 35 ribu untuk ukuran 550 ml. Sedangkan makanan keringnya dipukul rata sebesar Rp 25 ribu per toples.
Pada kegiatan Telkom Craft 2017, Muhibah mengaku produk dagangannya yang paling laku adalah bir pletok. Di hari pertama bazar BUMN ini telah terjual 102 botol.
Muhibah berharap, hingga acara Telkom Craft selesai bisa membawa uang Rp 10 juta. "Kalau kemarin omzetnya Rp 3,7 juta, paling laku bir pletok, saya harap sampai selesai bisa Rp 10 juta," tukasnya.
Jakarta - PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menyelenggarakan pameran Telkom Craft Indonesia pada 10-12 Maret 2017 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta. Acara ini juga sebagai tanda bahwa BUMN hadir untuk rakyat.
Acara yang tidak dikenakan biaya sepeser pun ini menyuguhkan 125 UMKM terpilih binaan Telkom dan perusahaan pelat merah lainnya di seluruh Indonesia.
Seperti Muhibah yang merupakan salah satu peserta UMKM yang terlibat dalam acara Telkom Craft 2017.
UMKM yang diberi nama Sari Rosalia dengan merek Muhibah ini menyajikan produk makanan minuman khas betawi. Mulai dari bir pletok, biji ketapang, kembang goyang, akar kelapa, dan rengginang.
Muhibah bercerita, awal mula memutuskan sebagai pedagang makanan dan minuman khas betawi sejak 2008. Awalnya juga, dirinya hanya bermodal sekitar Rp 5 juta dan itu hanya memproduksi bir pletok. Tidak disangka, racikan tangan halusnya membuat dia menjuarai lomba tingkat Wali Kota Jakarta Barat.
Bir pletok adalah minuman khas betawi yang terbuat dari jahe, cengkeh, kapulaga, kayu manis, gula merah, pala, serai dan rempah-rempah lainnya. Minuman ini sama sekali tidak mengandung alkohol.
"Awalnya saya cuma ibu rumah tangga, terus pas ada lomba dari kelurahan saya ikut, saya bikin bir pletok, menang, terus ikut lomba tingkat Wali Kota juga menang, akhirnya saya memutuskan untuk meneruskan sampai sekarang," kata Muhibah kepada detikFinance, Jakarta.
Usai menjuarai lomba, Muhibah mengaku terus mengikuti pelatihan-pelatikan UMKM yang ditawarkan oleh pemerintah, baik di tingkat kelurahan, hingga kementerian.
"Semua pelatihan saya sudah coba," jelasnya.
Dengan modal berbagai keterampilan yang dimiliki, dia mengaku menjual produk dagangannya pun dari bazar ke bazar, hanya beberapa kali saja melayani pembeli yang memesan langsung.
Berkat kegigihannya tersebut, kini wanita paruh baya tersebut memiliki penghasilan yang cukup besar, omzetnya sebesar Rp 25 juta per bulan dari jualan bir pletok dan juga makanan kering khas betawi.
Bahkan, sering sekali bir pletok racikannya tersebut dipesan oleh para pejabat pemerintahan untuk dipromosikan di tingkat provinsi bahkan sampai ke luar negeri.
"Pernah dipesan sama kementerian perdagangan, untuk dipromosikan di Belanda, Hong Kong, tapi kalau jualan sekarang cuma di Jabodetabek saja," ujarnya.
Produk dagangannya untuk bir pletok dihargai Rp 15 ribu untuk ukuran 250 ml dan Rp 35 ribu untuk ukuran 550 ml. Sedangkan makanan keringnya dipukul rata sebesar Rp 25 ribu per toples.
Pada kegiatan Telkom Craft 2017, Muhibah mengaku produk dagangannya yang paling laku adalah bir pletok. Di hari pertama bazar BUMN ini telah terjual 102 botol.
Muhibah berharap, hingga acara Telkom Craft selesai bisa membawa uang Rp 10 juta. "Kalau kemarin omzetnya Rp 3,7 juta, paling laku bir pletok, saya harap sampai selesai bisa Rp 10 juta," tukasnya.
0 komentar:
Post a Comment