Modal Rp 1 Jutaan, Anda Bisa Jadi Pengusaha
Butuh penghasilan tambahan atau hanya ingin mengisi waktu senggang pasca-pensiun? Mungkin satu usaha budidaya ini layak Anda coba. Ya, budidaya jamur bisa menjadi alternatif buat Anda.
Seperti yang dilakukan oleh Subandi (63), sejak pensiun dari Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Pemerintah Kabupaten Kulonprogo pada 2008 lalu, ia mulai menekuni budidaya jamur.
Pagi ini, kepada sesama pensiunan yang merupakan nasabah BTPN Purnabakti, Subandi berbagi ilmu tentang budidaya jamur tiram, jamur kuping, dan jamur lingzi. Acara berbagi pengalaman menjadi pengusaha ini dihadiri oleh sekitar 30 pensiunan dari berbagai profesi.
Ternyata tak butuh modal terlalu banyak untuk memulai usaha budidaya jamur, yakni hanya sekitar Rp 1 juta. "Usaha jamur ini (kalau saya) hanya untuk samben. Kalau untuk pensiunan, ini cocok sekali karena tidak butuh tenaga banyak. Ora perlu macul neng panasan. Syaratnya, dekat dengan air (untuk penyiraman)," kata Subandi di Yogyakarta.
Untuk menghasilkan siklus budidaya jamur yang konstan, idealnya dibutuhkan 500 baglog. Baglog adalah media tanam jamur, terbuat dari serbuk kayu yang dimasukkan ke dalam plastik dan dibentuk menyerupai potongan kayu gelondongan.
Satu baglog berharga Rp 2.000 sehingga butuh modal Rp 1.000.000 untuk 500 baglog. Modal usaha lainnya yakni untuk pembuatan rumah jamur, yang membutuhkan sekitar Rp 150.000.
Subandi menyebut, rumah jamur ini bisa dibangun secara sederhana, yakni dengan menggunakan bambu-bambu yang disusun seperti rak.
Dengan panjang bambu dua meter dan tinggi tiga meter, satu rak bisa menampung 150 baglog. Beri ruang antara rak satu dan yang lain sekurang-kurangnya setengah meter agar jamur tumbuh dengan sempurna.
Tak lupa, proses ini memerlukan pula penyemprot untuk menyiram setiap hari. Harga penyemprot atau sprayer ini hanya Rp 40.000. Subandi mengatakan, total modal yang dibutuhkan Rp 1.190.000. "BEP (break event point atau balik modal) 1 bulan 10 hari, dan masih bisa panen hingga dua kali musim panen," kata Subandi.
Subandi adalah salah seorang nasabah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) yang mengikuti program Daya Tumbuh Usaha. BTPN memiliki program pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan, yaitu Daya. Daya memiliki tiga pilar program, yaitu Daya Sehat Sejahtera, Daya Tumbuh Usaha, dan Daya Tumbuh Komunitas.
Program Daya diterapkan pada semua unit bisnis BTPN, yaitu BTPN Purna Bakti (unit bisnis yang fokus melayani nasabah pensiunan), BTPN Mitra Usaha Rakyat (unit bisnis yang fokus melayani pelaku usaha mikro dan kecil), BTPN Mitra Bisnis (melayani pelaku usaha menengah), serta BTPN Sinaya (bisnis pendanaan BTPN). Daya juga diimplementasikan pada anak usaha BTPN Syariah.
Regional Governance Head BTPN Purna Bakti untuk Wilayah Jawa Tengah Hari Suseno mengatakan, mayoritas atau 70 persen nasabah BTPN Purna Bakti adalah pensiunan pegawai negeri sipil (PNS).
Program Daya diharapkan dapat membangun dan menggairahkan semangat berwirausaha, meski usia sudah senja. "Diharapkan, kalau mereka punya inspirasi, mereka kan bisa mengembangkan," kata Heri di sela-sela pelatihan.
Sepanjang 2014, jumlah nasabah yang mengikuti program Daya sebanyak 1,77 juta orang. Pada kuartal-I 2015, jumlah nasabah peserta Daya sekitar 311.000 orang, dari komunitas prasejahtera produktif.
Butuh penghasilan tambahan atau hanya ingin mengisi waktu senggang pasca-pensiun? Mungkin satu usaha budidaya ini layak Anda coba. Ya, budidaya jamur bisa menjadi alternatif buat Anda.
Seperti yang dilakukan oleh Subandi (63), sejak pensiun dari Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Pemerintah Kabupaten Kulonprogo pada 2008 lalu, ia mulai menekuni budidaya jamur.
Pagi ini, kepada sesama pensiunan yang merupakan nasabah BTPN Purnabakti, Subandi berbagi ilmu tentang budidaya jamur tiram, jamur kuping, dan jamur lingzi. Acara berbagi pengalaman menjadi pengusaha ini dihadiri oleh sekitar 30 pensiunan dari berbagai profesi.
Ternyata tak butuh modal terlalu banyak untuk memulai usaha budidaya jamur, yakni hanya sekitar Rp 1 juta. "Usaha jamur ini (kalau saya) hanya untuk samben. Kalau untuk pensiunan, ini cocok sekali karena tidak butuh tenaga banyak. Ora perlu macul neng panasan. Syaratnya, dekat dengan air (untuk penyiraman)," kata Subandi di Yogyakarta.
Untuk menghasilkan siklus budidaya jamur yang konstan, idealnya dibutuhkan 500 baglog. Baglog adalah media tanam jamur, terbuat dari serbuk kayu yang dimasukkan ke dalam plastik dan dibentuk menyerupai potongan kayu gelondongan.
Satu baglog berharga Rp 2.000 sehingga butuh modal Rp 1.000.000 untuk 500 baglog. Modal usaha lainnya yakni untuk pembuatan rumah jamur, yang membutuhkan sekitar Rp 150.000.
Subandi menyebut, rumah jamur ini bisa dibangun secara sederhana, yakni dengan menggunakan bambu-bambu yang disusun seperti rak.
Dengan panjang bambu dua meter dan tinggi tiga meter, satu rak bisa menampung 150 baglog. Beri ruang antara rak satu dan yang lain sekurang-kurangnya setengah meter agar jamur tumbuh dengan sempurna.
Tak lupa, proses ini memerlukan pula penyemprot untuk menyiram setiap hari. Harga penyemprot atau sprayer ini hanya Rp 40.000. Subandi mengatakan, total modal yang dibutuhkan Rp 1.190.000. "BEP (break event point atau balik modal) 1 bulan 10 hari, dan masih bisa panen hingga dua kali musim panen," kata Subandi.
Subandi adalah salah seorang nasabah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) yang mengikuti program Daya Tumbuh Usaha. BTPN memiliki program pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan, yaitu Daya. Daya memiliki tiga pilar program, yaitu Daya Sehat Sejahtera, Daya Tumbuh Usaha, dan Daya Tumbuh Komunitas.
Program Daya diterapkan pada semua unit bisnis BTPN, yaitu BTPN Purna Bakti (unit bisnis yang fokus melayani nasabah pensiunan), BTPN Mitra Usaha Rakyat (unit bisnis yang fokus melayani pelaku usaha mikro dan kecil), BTPN Mitra Bisnis (melayani pelaku usaha menengah), serta BTPN Sinaya (bisnis pendanaan BTPN). Daya juga diimplementasikan pada anak usaha BTPN Syariah.
Regional Governance Head BTPN Purna Bakti untuk Wilayah Jawa Tengah Hari Suseno mengatakan, mayoritas atau 70 persen nasabah BTPN Purna Bakti adalah pensiunan pegawai negeri sipil (PNS).
Program Daya diharapkan dapat membangun dan menggairahkan semangat berwirausaha, meski usia sudah senja. "Diharapkan, kalau mereka punya inspirasi, mereka kan bisa mengembangkan," kata Heri di sela-sela pelatihan.
Sepanjang 2014, jumlah nasabah yang mengikuti program Daya sebanyak 1,77 juta orang. Pada kuartal-I 2015, jumlah nasabah peserta Daya sekitar 311.000 orang, dari komunitas prasejahtera produktif.
0 komentar:
Post a Comment