728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Seorang Office Boy Menjadi Vice President

    SEORANG OFFICE BOY PUN BISA MENJADI VICE PRESIDENT

    Sungguh sebuah karunia  yang luar biasa bagi saya bisa bertemu dengan seorang yang memiliki pribadi dan kisah menakjubkan. Dialah Houtman Zainal  Arifin, seorang pedagang asongan, anak jalanan, Office Boy  yang kemudian menjadi Vice President Citibank di Indonesia.  Sebuah jabatan Nomor 1 di Indonesia karena Presiden Direktur Citibank sendiri berada di USA.

    Tepatnya 10 Juni 2010,  saya berkesempatan bertemu Pak Houtman. Kala itu saya sedang mengikuti training leadership yang diadakan oleh kantor saya,  Bank Syariah Mandiri di Hotel Treva International, Jakarta.  Selama satu minggu saya memperoleh pelatihan yang luar biasa mencerahkan, salah satunya saya peroleh dari Pak Houtman. Berikut kisah inspirasinya:

    Sekitar tahun 60-an Houtman  memulai karirnya sebagai perantau, berangkat dari desa ke jalanan ibukota. Merantau dari kampung dengan penuh impian dan  harapan, Houtman remaja berangkat ke Jakarta. Di Jakarta  ternyata Houtman harus menerima kenyataan bahwa kehidupan  ibukota ternyata sangat keras dan tidak mudah. Tidak ada pilihan bagi seorang lulusan SMA di Jakarta, pekerjaan tidak  mudah diperoleh. Houtman pun memilih bertahan hidup dengan  profesi sebagai pedagang asongan, dari jalan raya ke kolong jembatan kemudian ke lampu merah menjajakan dagangannya. 

    Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman  kehilangan cita-cita dan impian. Suatu ketika Houtman  beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia memperhatikan  kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan Jakarta. Para penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai  kendaraan berpendingin, berpakaian necis dan tentu saja  memiliki uang yang banyak. Saat itu juga Houtman  menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah cita-cita  dan tekad diazamkan dalam hatinya.

    Azam atau tekad  yang kuat dari Houtman telah membuatnya ingin segera merubah nasib. Tanpa menunggu waktu lama Houtman segera memulai mengirimkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia  ketahui. Bila ada gedung yang menurutnya bagus maka pasti dengan segera dikirimkannya sebuah lamaran kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berdagang  asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja. 

    Sampai suatu saat Houtman mendapat panggilan kerja  dari sebuah perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di  Dunia, The First National City Bank (citibank), sebuah bank  bonafid dari USA. Houtman pun diterima bekerja sebagai seorang  Office Boy. Sebuah jabatan paling dasar, paling bawah dalam  sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja dan ruangan  lainnya.

    Tapi Houtman tetap bangga dengan jabatannya,  dia tidak menampik pekerjaan. Diterimanyalah jabatan tersebut  dengan sebuah cita-cita yang tinggi. Houtman percaya bahwa  nasib akan berubah sehingga tanpa disadarinya Houtman telah  membuka pintu masa depan menjadi orang yang berbeda. 

    Sebagai Office Boy Houtman selalu mengerjakan tugas  dan pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela membantu para  staf dengan sukarela. Selepas sore saat seluruh pekerjaan  telah usai Houtman berusaha menambah pengetahuan dengan  bertanya tanya kepada para pegawai. Dia bertanya mengenai  istilah-istilah bank yang rumit, walaupun terkadang saat bertanya dia menjadi bahan tertawaan atau sang staf  mengernyitkan dahinya. Mungkin dalam benak pegawai ”ngapain  nih OB nanya-nanya istilah bank segala, kayak ngerti aja”.  Sampai akhirnya Houtman sedikit demi sedikit familiar dengan  dengan istilah bank seperti Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, Kliring, dll.

    Suatu saat Houtman tertegun  dengan sebuah mesin yang dapat menduplikasi dokumen (saat ini  dikenal dengan mesin photocopy). Ketika itu mesin fotokopi  sangatlah langka, hanya perusahaan perusahaan tertentulah yang memiliki mesin tersebut dan diperlukan seorang petugas  khusus untuk mengoperasikannya. Setiap selesai pekerjaan setelah jam 4 sore Houtman sering mengunjungi mesin tersebut  dan minta kepada petugas foto kopi untuk mengajarinya. Houtman  pun akhirnya mahir mengoperasikan mesin fotokopi, dan tanpa  di sadarinya pintu pertama masa depan terbuka. Pada suatu hari  petugas mesin fotokopi itu berhalangan dan praktis hanya Houtman yang bisa menggantikannya, sejak itu pula Houtman resmi naik jabatan dari OB sebagai Tukang Fotokopi. 

    Menjadi tukang fotokopi merupakan sebuah prestasi  bagi Houtman, tetapi Houtman tidak cepat berpuas diri.  Disela-sela kesibukannya Houtman terus menambah pengetahuan dan minat akan bidang lain. Houtman tertegun melihat salah  seorang staf memiliki setumpuk pekerjaan di mejanya. Houtman  pun menawarkan bantuan kepada staf tersebut hingga membuat sang staf tertegun. “bener nih lo mo mau bantuin gua” begitu  Houtman mengenang ucapan sang staf dulu. “iya bener saya mau  bantu, sekalian nambah ilmu” begitu Houtman menjawab. “Tapi  hati-hati ya ngga boleh salah, kalau salah tanggungjawab lo,  bisa dipecat lo”, sang staff mewanti-wanti dengan keras.  Akhirnya Houtman diberi setumpuk dokumen, tugas dia adalah  membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen lainnya pada kolom tertentu. Stempel tersebut harus berada di dalam  kolom tidak boleh menyimpang atau keluar kolom. Alhasil  Houtman membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena dia sangat berhati-hati sekali  Selama mengerjakan tugas tersebut Houtman tidak sekedar  mencap, tapi dia membaca dan mempelajari dokumen yang ada. Akibatnya Houtman sedikit demi sedikit memahami berbagai  istilah dan teknis perbankan. Kelak pengetahuannya ini membawa Houtman kepada jabatan yang tidak pernah diduganya. 

    Houtman cepat menguasai berbagai pekerjaan yang  diberikan dan selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik.  Dia pun ringan tangan untuk membantu orang lain, para staf  dan atasannya. Sehingga para staf pun tidak segan untuk  membagi ilmu kepadanya. Sampai suatu saat pejabat di Citibank  mengangkatnya menjadi pegawai bank karena prestasi dan kompetensi yang dimilikinya, padahal Houtman hanyalah lulusan  SMA.

    Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai  Bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial. Bagaimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama  OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten.  Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya,  “jika masuk OB, ya  pensiun harus OB juga” begitu rekan sesama OB menggugat.

    Houtman  tidak patah semangat, dicibir teman-teman bahkan rekan sesama staf pun tidak membuat goyah. Houtman terus mengasah  keterampilan dan berbagi membantu rekan kerjanya yang lain.  Hanya membantulah yang bisa diberikan oleh Houtman, karena  materi tidak ia miliki. Houtman tidak pernah lama dalam  memegang suatu jabatan, sama seperti ketika menjadi OB yang  haus akan ilmu baru. Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. Sehingga karir Houtman melesat bak panah meninggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang mengajarinya tentang istilah bank.

    19 tahun kemudian sejak Houtman masuk sebagai  Office Boy di The First National City Bank, Houtman mencapai  jabatan tertingginya yaitu Vice President (tambahan: di Citibank Indonesia ada beberapa orang sekaligus menjabat VP). Sebuah jabatan puncak Citibank di Indonesia. Jabatan tertinggi Citibank  sendiri berada di USA yaitu Presiden Director yang tidak mungkin dijabat oleh orang Indonesia.

    Sampai dengan  saat ini belum ada yang mampu memecahkan rekor Houtman masuk sebagai OB pensiun sebagai Vice President, dan hanya berpendidikan SMA. Houtman pun kini pensiun dengan berbagai  jabatan pernah diembannya, menjadi staf ahli Citibank Asia  Pasifik, menjadi penasehat keuangan salah satu gubernur, menjabat CEO di berbagai perusahaan dan menjadi inspirator bagi banyak orang .

    (Kisah Nyata Houtman Zainal Arifin, disampaikan dalam training Leadership Bank Syariah  Mandiri)
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Seorang Office Boy Menjadi Vice President Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top