728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Mari membayar Pajak Kepada Tuhan

    Rupanya membayar pajak selalu menjadi kontroversi (perbantahan) sejak dahulu kala. Apalagi bagi orang beragama yang mengaku hanya mau menyembah Tuhan YME sebagai satu-satunya Allah. Santo Agustinus membedakan dengan jelas antara civitas Dei (kota atau “wilayah” Tuhan) dan civitas terrena (kota dunia). Jadi, ada pembedaan yang jelas antara Tuhan dan Dunia. Membayar pajak dipandang sebagai mengakui kekuasaan lain selain Kuasa Tuhan sebagai satu-satunya Pemilik manusia dan dunianya. Sebagian orang Yahudi memang tidak mau membayar pajak kepada kaisar, karena dipandang mengakui ketundukan kepada penjajah Romawi. Sekarang ini pun, tetap ada pro dan kontra tentang membayar pajak “dengan jujur”. Ada kekhawatiran uang pajak itu disalah-gunakan atau dimanipulasi bukan untuk kepentingan masyarakat atau kepentingan negara, tetapi kepentingan pribadi atau kelompok.
    Tapi mari simak baik-baik, Yesus hanya mengatakan "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Mat 22: 21). Pajak seperti diperdebatkan oleh orang Yahudi zaman dulu dan orang pada zaman sekarang, bagi Yesus, harus dilihat dalam kerangka (hak) milik pihak lain yang harus dihormati oleh semua orang. Hak yang harus menjadi milik kaisar harus diberikan, demikian juga apa yang menjadi hak atau milik Allah. Memang, pengaturan dunia (pemerintahan dan sistem pajaknya sebagai ongkos untuk menjalankan tugasnya) merupakan otonomi yang harus diurus sendiri oleh manusia. Tetapi harus diingat, karena Allah adalah pemilik dunia dan isinya, maka semestinya hak milik kaisar maupun yang “bukan kaisar’ juga termasuk “yang hrs diberikan” kpd Allah. Lalu pertanyaannya adlh “pajak” spt apa yg hrs diberikan kpd Allah sbg pemilik dunia ini?
    Karena segala milik yang dipunyai manusia di dunia adalah milik Allah sebagai Pencipta maka hak milik pribadi setiap manusia adalah milik Allah juga. Artinya, milik itu seharusnya memiliki fungsi sosial. Apa pun yang dimiliki harus ditujukan atau dipakai bukan hanya (sekali lagi: bukan hanya!) untuk memenuhi kehidupan pribadi dan keluarga, tetapi juga memiliki fungsi sosial atau untuk memenuhi kebutuhan hidup orang lain. Dengan itu, harta atau milik diabdikan sebagai bagian dari penyelenggaraan Allah (providentia Dei) agar manusia dan dunianya dapat tetap hidup. Kepemilikan uang dan harta benda harus dikembalikan kepada Allah, lewat tindakan-tindakan kasih (baik untuk “memberi ikan” maupun “memberi kail”-nya). Pengembalian milik Tuhan itu merupakan tindakan “tahu diri” atau mengenal diri sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang empunya seluruh dunia beserta isinya. Mengenal diri merupakan bagian dari kerendahan hati yang diperlukan untuk berkembang dalam iman kepada Yesus, yang berkorban dan mengabdikan seluruh hidup-Nya untuk keselamatan setiap manusia, termasuk kita.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Mari membayar Pajak Kepada Tuhan Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top