728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Merubah Barang Bekas Menjadi Produk Kelas Atas

    Prihatin Banyak Sampah, Alumnus UGM asal Prancis Olah Ban Bekas Jadi Sepatu

    Jakarta - Pernah terbayangkan jika ban dan karung bekas bisa 'disulap' menjadi sepatu slip-on yang trendi? Alex Duchemin, seorang pemuda asal Prancis yang juga alumnus Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, berhasil mewujudkannya.

    Alex kuliah di Fakultas Ekonomi & Bisnis UGM melalui program pertukaran pelajar dari kampusnya di Prancis 2012 lalu. Kala itu, ia belum pernah ke Indonesia. Bahkan Indonesia adalah negara pertama di Asia yang dikunjunginya.

    Seperti cinta pada pandangan pertama, ia langsung terpesona oleh keindahan alam dan keramahan orang-orang Indonesia, Yogyakarta khususnya. Tapi di saat bersamaan, pria 24 tahun itu juga prihatin melihat sampah bertebaran di mana-mana. "Aku sangat suka Indonesia jadi aku ingin melakukan sesuatu yang baik untuk negara ini," ungkap Alex saat ditemui selepas jumpa pers International Ethical Fashion di XXI Lounge, Plaza Senayan, Jakarta, Rabu (31/8/2016).

    Suatu hari di tahun yang sama saat memperbaiki motornya di bengkel, ia melihat tumpukan ban bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Lantas muncul lah ide untuk mendaur ulang ban-ban tersebut menjadi sesuatu yang bernilai namun tetap ramah lingkungan.

    Alex memanfaatkan ban bekas sebagai sol sepatu. Bahan ban menurutnya sangat ideal untuk melapisi bagian bawah sepatu karena sifatnya yang kuat.

    Adapun bagian tubuh sepatu terbuat dari karung-karung kopi bekas dari pabrik kopi. Kebetulan ketika itu ia tengah membuat tugas kuliah tentang kopi dan melihat limbah berupa tumpukan karung-karung kopi yang umumnya diimpor itu. Diketahui karung terbuat dari jute, salah satu serat nabati, dengan pewarnaan yang alami sehingga cocok dengan konsep bisnisnya yang ramah lingkungan.

    "Ini adalah proses upcycling, yakni perpaduan recycling dan upgrading. Ban dan karung tidak hanya didaur ulang, tapi juga dibuat menjadi sesuatu yang sangat bernilai dan berkualitas," kata pria yang cukup fasih berbahasa Indonesia ini.

    Butuh waktu hampir setahun untuk mematangkan konsep desain serta rencana pemasarannya. Ia menerapkan konsep bisnis yang beretika dan ramah lingkungan. Artinya, bisnis tersebut tidak merusak lingkungan dan pekerja diperlakukan secara etis.

    Label sepatu tersebut ia namai 'Wiwi'. Ada perpaduan rasa Prancis dan Indonesia di balik nama tersebut. Wiwi berasal dari kata Prancis 'oui', yang berarti 'ya'. Dalam bahasa Indonesia, 'oui' dibunyikan seperti 'wi'. "Jadi saat aku mempresentasikan proyek ini di depan kelasku di Prancis, banyak teman-temanku yang meragukannya. Tapi aku terus bilang 'ya' supaya mereka percaya," kenang Alex tentang asal-mula nama Wiwi.

    Yang menarik, sepatu-sepatu untuk pria dan wanita dewasa itu merupakan buah karya perajin asal Indonesia. Bengkel sepatu Alex juga berbasis di Mojokerto, Jawa Timur. Saat ini, sudah ada delapan perajin yang ikut dengan Alex. Mereka sebelumnya bekerja di sebuah pabrik sepatu lokal di Surabaya. Usia mereka umumnya sudah di atas 60 tahun dan beranak cucu.

    "Aku membayar mereka 50 persen di atas upah minimum regional. Selain itu, tidak ada target khusus berapa banyak sepatu yang harus mereka buat dalam sehari," ujar Alex.

    Dari segi desain, ia memercayakan seorang temannya di Surabaya. Bentuknya menyerupai sepatu slip-on dari label Toms. Walau sama, namun Alex memastikan barangnya terbuat dari bahan-bahan yang alami. Sepatu tersebut hadir dalam pilihan warna yang cukup variatif mengingat setiap negara memiliki warna karung yang berbeda. Karung dari Brasil biasanya berwarna merah dan hijau. Sementara Tanzania memiliki karung berwarna biru dan kuning.

    Pada tahun pertama, para perajin berhasil memproduksi 1.000 pasang sepatu. Alex pertama kali mencoba menjual produknya ke teman-temannya di Prancis. Ia mengatakan lebih efektif menjual produknya secara langsung ketimbang menitipkannya di toko. Ini agar cerita dan filosofi di balik sepatu tersampaikan dengan maksimal. "Aku tidak mau jual ke toko karena mereka tidak bisa bercerita," ujarnya.

    Gayung bersambut, sepatu yang sepasangnya dihargai Rp 300.000 untuk pasar lokal dan Rp 900.000 untuk pasar internasional itu ludes terjual. "Responnya sangat di luar ekspetasi. Konsumen di sana sangat kagum bahwa ban dan karung bekas bisa dijadikan sepatu. Mereka sangat mengapresiasinya," ujar Alex. Tidak hanya Prancis, Wiwi kini sudah merambah Spanyol, Belanda, Belgia, bahkan Amerika.

    Bagaimana dengan Indonesia? Diakui responnya tidak sebagus di mancanegara. Menurutnya, masyarakat tidak begitu tertarik dengan produknya karena belum memiliki kesadaran untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan. Ia pun berharap berharap, acara-acara seperti International Ethical Fashion (IEF) 2016 yang memamerkan produk-produk green fashion akan membuka mata masyarakat Indonesia.

    Alex sendiri akan berpartisi di IEF yang akan berlangsung pada 17-20 November 2016 mendantang di Jakarta Convention Center. Ajang tersebut digelar oleh Indonesia Fashion Chamber dan Traya Indonesia.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Merubah Barang Bekas Menjadi Produk Kelas Atas Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top