728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Kisah Sopir Angkot Menjadi Pengusaha di London

    Ketika tiba di London, Inggris tahun 1986 dana yang tersisa di saku Daus hanya Rp.10.000 (sepuluh ribu rupiah) bantuan keluarganya di Bekasi. Saat itu Daus ke Inggris hanya sebagai turis sehingga hanya mempunyai visa sebagai turis.

    Akan tetapi pada saat itu kebijakan imigrasi Inggris masih sedikit longgar. Berkat bantuan seseorang di KBRI di London visa turis Daus itu dibantu urusannya menjadi visa pelajar.

    Kini, dua puluh enam tahun kemudian -saat bertemu Daus di rumah makan miliknya yang disewa di 11 Dean Street, Soho, London- Daus sekarang tentu bukanlah Daus yang dahulu ketika harus melalui hari-harinya dengan sangat getir di Bekasi dan Jakarta saat menjadi kernet dan sopir angkot jurusan Bekasi-Pulo Gadung- Kampung Melayu.

    Daus sekarang telah mempunyai rumah makan mewah di daerah elite di sekitar Oxford Street bagian timur, salah satu daerah paling  komersial di kota London. Di rumah makan yang sarat dikunjungi wisatawan Indonesia dan pengunjung lokal itu, Daus mempekerjakan 8 (delapan) orang pekerja termasuk Daus sendiri sebagai pemilik sekaligus terlibat mulai dapur, manajemen hingga permodalan.

    Dari 8 pekerja tersebut setengahnya adalah orang Indonesia sehingga suasana di restoran yang tak sempat dicatat namanya di alamat tersebut di atas suasananya memang benar-benar mirip seperti kita berada di warung makan atau restoran asli Indonesia.

    Menu makanan dan minuman disediakan berkhas Indonesia. Disain interiornya  diilhami suasana Indonesia banget (The Trully Indonesia). Di seluruh ruangan dihiasi oleh ornamen Jawa dan Bali. Lagu pengiring makan malam kami pun diiringi oleh musik kecapi Sunda sehingga suasananya bagaikan di negeri sendiri.

    Daus yang berisiteri orang Indonesia asli, kini mempunyai 3 orang putra dan putri. Anak tertua (22) kini sedang kuliah di salah satu universitas di London. Anak ke dua (17) dan ke tiga (12) masih sekolah di SMA dan SD.

    Sukses mantan kernet angkot itu tentu bukan saja itu. Daus juga mempunyai bisnis penginapan murah meriah di kota London yang diberi nama “Wisma Indonesia.” Penginapan yang dibarengi dengan jasa antar jemput ke bandara itu telah membuat orang Indonesia yang berkunjung dan meninggalkan London menjadikannya sebagai sebuah “nilai tambah” yang tak terlupakan.

    Kamar dengan sewa yang amat terjangkau dan penataan wisma yang amat profesional itu menjadikan Daus amat terkenal di mata orang Indonesia dan seluruh karyawan KBRI di London. Fasilitas wisma yang di disain oleh “Geni Interior Disign” itu dilengkapi peralatan kamar dan dapur yang apik. Masih lagi ditambah dengan free WiFi serta tempat parkir yang aman dan nyaman itu membuat tarif sewa mess per malam sekitar £16.00 - £20.00 itu memang terasa amat murah. Lengkapnya lihat di : Sini

    Ketika ditanyakan padanya, berapa orang Indonesia yang berkunjung ke restoran dan wismanya setiap tahun? Sambil tersenyum ia menjawab “Tak bisa menyebut angkanya karena sudah sangat sering dan teramat sering.”

    Sebuah ekspresi implisit yang memberi pesan kepada kita bahwa omzet dan bisnisnya tak pernah sepi dari pengunjung, terutama pengunjung Indonesia.

    Menurut informasi, kini ada 30 orang Indonesia yang menginap tetap di wismanya. Sementara itu, ada sekitar 15 ribu orang Indonesia yang berada di London dan sekitarnya yang senantiasa berkunjung ke restoran  Daus untuk mengobati rindu makanan di kampung halaman.

    Tinggi hatikah Daus dengan hasil yang dicapainya kini? Menurut salah satu anak buahnya, Daus sekarang adalah Daus yang dahulu di kenalnya saat kecil. Ia tetap ramah, supel, rajin dan memang pekerja keras dan cerdas. Keakraban dan kehangatan yang diperlihatkan Daus kepada setiap orang bukanlah basa-basi belaka, semua itu memang bakat dan karakternya, dia adalah sebagai sosok yang ramah dan pekerja keras seperti dahulu.

    Ketika ditanyakan kepada Daus apa resep atas semua yang diraihnya. Jawabnya sederhana saja. “Gagal itu hal yang biasa asal mau dan mampu bekerja lebih keras dan cerdas lagi. Boleh saja menggantung harapan atau cita-cita setinggi langit, akan tetapi jangan meletakkan harapan yang muluk-muluk. Lakukan saja tahap demi tahap tentang apapun yang harus dikerjakan.”

    Apakah ada sesuatu hal yang penting kita petik dari pengalaman seorang Daus..? Jika ada marilah kita coba mengadopsinya.

    Meskipun penulis tidak dapat mengambil gambar suasana di restoran dan wisma milik Daus karena kamera tertinggal di dalam kendaraan yang diparkir agak jauh dari lokasi restoran Daus, paling tidak pengalaman Daus yang di tulis pada halaman ini akan  memberi warna menarik pada cakrawala berpikir kita bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin asal segala sesuatu itu dilaksanakan dengan cerdas dan bertahap.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Kisah Sopir Angkot Menjadi Pengusaha di London Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top