Pasangan Beda Agama, Bukti Perdamaian di Bosnia
SARAJEVO - Perang etnis Bosnia pada 1992-1995, menyisakan luka di sebagian besar warga Bosnia, baik Muslim maupun Kristen.
Nah, nampaknya luka ini coba dilupakan pasangan Sandra dan suaminya Rusmir Zaimovic. Sandra adalah seorang keturusnan Kroasia pemeluk Katolik dan Rusmir adalah seorang Muslim.
Pasangan berbeda etnis dan agama seperti suami istri Rusmir dan Sandra, sudah menjadi 'barang' langka di Bosnia sejak masa perang. Munculnya kembali pasangan multi etnis dan agama ini menunjukkan Bosnia sudah mulai membaik.
"Perbedaan etnis dan agama ini sebenarnya menguntungkan anak kami. Dia bisa tumbuh di dua kebudayaan dan saya sangat gembira. Meski saya Katolik, namun nama keluarga saya Muslim," kata Sandra (32).
Rusmir dan Sandra sendiri lahir dari keluarga campuran. Mereka lahir dari ibu seorang etnis Bosnia-Kroasia dan ayah berdarah Serbia. Keduanya bertemu pada 2003 dalam sebuah pesta.
Keduanya memutuskan untuk menikah pada 2005, yang pada saat itu pernikahan mereka menjadi salah satu pernihakan antar-etnis pertama di Bosnia sejak perang berakhir.
"Pernikahan kami dilandasi cinta. Kami tak pernah mempermasalahkan latar belakang etnis dan agama kami," kata Rusmir (33).
Dukungan juga datang dari keluarga Sandra dan Rusmir. Namun, tak sedikit mempertanyakan hubungan keduanya.
"Saya sering bertemu orang yang bertanya soal reaksi keluarga, atau bagaimana kami mengatasi masalah," tambah Sandra.
Selama bertahun-tahun, Sandra dan Rusmir berhasil membangun jaringan pertemanan yang terdiri atas pasangan campuran seperti mereka.
Bosnia, saat menjadi bagian dari Yugoslavia, adalah salah satu contoh terbaik soal keragaman. Namun, kedamaian Bosnia terenggut dalam perang yang melibatkan tiga etnis besar yang hidup di negeri itu yaitu Bosnia, Serbia dan Kroasia.
Banyak pasangan campuran, di masa perang tak mampu mengatasi tekanan dan memilih bercerai atau meninggalkan Bosnia dan banyak memilih tak kembali ke negerinya.
Saat ini Bosnia memiliki populasi 3,8 juta jiwa yang terdiri atas 40 persen Muslim, 31 persen Serbia (sebagian besar memeluk Orthodoks), dan 10 persen Kroasia.
Selama perang 1992-1993, sebanyak 100.000 orang tewas dan sedikitnya dua juta orang terpaksa meninggalkan Bosnia.
Namun, perlahan perdamaian di dalam keragaman mulai kembali di Bosnia. Sehingga, Rusmir bersama istrinya Sandra dan bayi mereka bisa merayakan Idul Fitri dan Natal bersama-sama dalam kedamaian.
SARAJEVO - Perang etnis Bosnia pada 1992-1995, menyisakan luka di sebagian besar warga Bosnia, baik Muslim maupun Kristen.
Nah, nampaknya luka ini coba dilupakan pasangan Sandra dan suaminya Rusmir Zaimovic. Sandra adalah seorang keturusnan Kroasia pemeluk Katolik dan Rusmir adalah seorang Muslim.
Pasangan berbeda etnis dan agama seperti suami istri Rusmir dan Sandra, sudah menjadi 'barang' langka di Bosnia sejak masa perang. Munculnya kembali pasangan multi etnis dan agama ini menunjukkan Bosnia sudah mulai membaik.
"Perbedaan etnis dan agama ini sebenarnya menguntungkan anak kami. Dia bisa tumbuh di dua kebudayaan dan saya sangat gembira. Meski saya Katolik, namun nama keluarga saya Muslim," kata Sandra (32).
Rusmir dan Sandra sendiri lahir dari keluarga campuran. Mereka lahir dari ibu seorang etnis Bosnia-Kroasia dan ayah berdarah Serbia. Keduanya bertemu pada 2003 dalam sebuah pesta.
Keduanya memutuskan untuk menikah pada 2005, yang pada saat itu pernikahan mereka menjadi salah satu pernihakan antar-etnis pertama di Bosnia sejak perang berakhir.
"Pernikahan kami dilandasi cinta. Kami tak pernah mempermasalahkan latar belakang etnis dan agama kami," kata Rusmir (33).
Dukungan juga datang dari keluarga Sandra dan Rusmir. Namun, tak sedikit mempertanyakan hubungan keduanya.
"Saya sering bertemu orang yang bertanya soal reaksi keluarga, atau bagaimana kami mengatasi masalah," tambah Sandra.
Selama bertahun-tahun, Sandra dan Rusmir berhasil membangun jaringan pertemanan yang terdiri atas pasangan campuran seperti mereka.
Bosnia, saat menjadi bagian dari Yugoslavia, adalah salah satu contoh terbaik soal keragaman. Namun, kedamaian Bosnia terenggut dalam perang yang melibatkan tiga etnis besar yang hidup di negeri itu yaitu Bosnia, Serbia dan Kroasia.
Banyak pasangan campuran, di masa perang tak mampu mengatasi tekanan dan memilih bercerai atau meninggalkan Bosnia dan banyak memilih tak kembali ke negerinya.
Saat ini Bosnia memiliki populasi 3,8 juta jiwa yang terdiri atas 40 persen Muslim, 31 persen Serbia (sebagian besar memeluk Orthodoks), dan 10 persen Kroasia.
Selama perang 1992-1993, sebanyak 100.000 orang tewas dan sedikitnya dua juta orang terpaksa meninggalkan Bosnia.
Namun, perlahan perdamaian di dalam keragaman mulai kembali di Bosnia. Sehingga, Rusmir bersama istrinya Sandra dan bayi mereka bisa merayakan Idul Fitri dan Natal bersama-sama dalam kedamaian.
0 komentar:
Post a Comment