728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Membangun nilai sepahit apapun pengalaman hidup

    Selamat jalan Ny Siauw Giok Bie.

    INDONESIA: TAN KIEP NIO – NY. SIAUW GIOK BIE 23 JANUARI 1919 - 18 Juli 2013 Tan Kiep Nio, lahir di Kraksaan pada tanggal 23 Januari 1919, tapi besar di Madura sehingga cukup terkenal sebagai orang “Madura” di Kota Malang. Ia-pun cukup terkenal dalam komunitas Indonesia di kota Koln, Jerman. Ia meninggal dengan tenang pada usia 94 lebih, dikelilingi oleh kedua putri-nya, Ting Ling dan Ting Lan, di kota Miami, Amerika Serikat, pada pukul 1:30 pagi 18 Juli 2013. Pada hari ini di kota Miami, jenazahnya dilihat untuk terakhir kalinya oleh para anak, cucu, buyut dan kerabat dekat. Pada tanggal 24 Juli yad, ia akan dikremasi.

    Tulisan ini dibuat untuk mengenang Tan Kiep Nio yang kehidupan panjangnya diwarnai oleh  banyak kejadian dan perbuatan baik yang patut diangkat sebagai peringatan membangun untuk keluarga yang ditinggal, terutama keturunan dan generasi mendatang.

    Tan Kiep Nio tumbuh dalam sebuah keluarga peranakan Tionghoa di Madura dan kemudian pindah ke Surabaya.  Sejak usia 9 thaun ia sudah yatim piatu dan besar di bawah asuhan para kakaknya.  Karakter kuat dan industrialis nampak sejak ia remaja. Tanpa pendidikan formal, ia tumbuh sebagai seorang yang trampil dalam berbagai bidang, termasuk pangkas rambut dan masakan. Ketrampilan yang memainkan peranan di kehidupannya.

    Keramahan dan kecantikannya membuat Kiep, demikian ia dikenal di antara para temannya, populer.  Salah satu pemuda yang giat mengecannya adalah Siauw Giok Bie, jagoan yang cukup terkenal dari daerah Kapasan, Surabaya. Ada lagi seorang pemuda Tionghoa yang sudah menjadi dokter, yang juga giat mengejar Kiep. Para kakak Kiep cenderung menganjurkannya untuk menikahi si dokter.  Giok Bie, yang dikenal brandalan, dianggap kedua orang tua Kiep, tidak akan membuat hidup Kiep tenang dan mapan.

    Akan tetapi sikap maha berani dan sikap selalu siap membela kawan Giok Bie akhirnya membuat Kiep memilihnya sebagai suami.

    Terkaan para kakak Kiep ternyata tidak meleset.  Kiep, dalam hidupnya, tidak bisa 100% bersandar ke suaminya untuk hidup mapan dan tenang.  Bukan karena semata-mata kebrandalan, tetapi karena pilihan hidup Giok Bie dan sepak terjangnya. Siauw Giok Bie, adik Siauw Giok Tjhan, seorang tokoh politik peranakan Tionghoa, kemudian berkecimpung dalam bidang politik pula. Kakak beradik Siauw ini aktif berkecimpung dalam kegiatan perjuangan kemerdekaan Indonesia dan setelah kemerdekaan diproklamasikan, aktif dalam kegiatan mempertahankan kemerdekaan.  Kegiatan yang oleh komunitas Tionghoa dianggap honghiam – berbahaya dan merugikan keluarga.

    Di zaman pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan, 1942-1947, keluarga Siauw Giok Tjhan dan keluarga Siauw Giok Bie tinggal bersama di jalan kayu Tangan, Malang.
    Keluarga Siauw Giok Tjhan mengikutsertakan empat anak kandung dan tiga adik ipar. Keluarga Siauw Giok Bie mengikutsertakan tiga anak kandung. Kedua Siauw bersaudara lebih banyak menghabiskan waktunya berpolitik.  Rumah kediaman di Kayu Tangan kerap dijadikan sarang di mana tokoh-tokoh politik nasional bertemu dan menginap. Di antaranya, Tan Ling Djie, Tjoa Sik Ien, Alimin, Norola, Sukarni, Adam Malik dan Mursalin.

    Bagaimana kedua keluarga itu bertahan untuk hidup dan para anak-anak bisa sekolah? Tan Kiep Nio-lah yang paling berperan. Ia membuka kapsalon dan cafe sederhana, yang ia namakan the Cosy Corner. Kedua usaha ini cukup berhasil dan bukan saja mampu mengongkosi penghidupan kedua keluarga yang cukup besar tetapi juga membantu banyak pekerja muda.

    Keramahan dan kemurahan hati Tan Kiep Nio tampak jelas dari fase hidup ini. Ia selalu siap membantu orang yang kesusahan. Manifestasi sikap: uang selalu bisa dicari, oleh karena itu kalau ada harus dikeluarkan untuk hal-hal yang penting dan berdermawan , nampak dari tindak tanduknya.

    Ia tanpa pamrih mendukung kegiatan politik suami dan iparnya.

    Di awal kemerdekaan, Angkatan Muda Tionghoa dan Palang Biru yang dipimpin oleh Siauw Giok Bie banyak berjasa. Tan Kiep Nio memainkan peranan dalam berbagai kegiatan ini.

    Setelah kemerdekaan terkonsolidasi dan Siauw Giok Tjhan dengan beberapa kawan politiknya mendirikan Baperki – Badan Permusyawaratan Kewarganageraan Indonesia pada tahun 1954, Siauw Giok Bie segera aktif mengembangkan cabang Jawa Timur, sehingga ia-pun diangkat sebagai ketua Baperki Jawa Timur. Ia-pun aktif sebagai ketua Gaperon – Gabungan Perusahaan Rokok Nasional, ketua Ang Hien Ho, wakil ketua Persahabatan Tiongkok Indonesia cabang Jawa Timur  dan menjadi anggota DPRD Jawa Timur, sebagai wakil Baperki.

    Kesemuanya ini bisa dilakukan dengan baik oleh Siauw Giok Bie, karena ia ber-isteri Tan Kiep Nio. Semua kebutuhan hidup keluarga (lima anak) ditanggung oleh Kiep yang sangat trampil dalam bidang yang dikenal sebagai Ceng-kauw, sistem jual beli berlian/perhiasan.

    Ketrampilannya dalam bidang ini membawa posisi keluarga Siauw cukup mapan. Tidak mewah, tetapi serba kecukupan.  Akan tetapi keberhasilan tidak mengubah sikap Kiep.  Ia tetap murah hati dan ringan tangan. Teman dan keluarga yang kesusahan sering dibantunya.

    Keluarga Siauw Giok Tjhan, seorang full-time politician, yang kecil penghasilannya, kerap dibantu oleh Kiep. Anak-anak Siauw Giok Tjhan  mengenang
    bagaimana kalau Kiep datang ke Jakarta dari Malang, mereka memperoleh pakaian dan sepatu baru. Dan diajak makan di tempat-tempat yang jarang dikunjungi mereka, karena keterbatasan penghasilan Siauw Giok Tjhan.

    Ternyata, bukan anak-anak Siauw Giok Tjhan saja yang menerima kemurahan hati Kiep. Banyak anak-anak keluarga lain dan para teman Kiep-pun merasakan kebaikan hati Kiep.

    Ketika situasi politik berubah pada akhir tahun 1965, Baperki dibubarkan dan para tokohnya masuk penjara selama 12 tahun, termasuk Siauw Giok Tjhan dan Siauw Giok Bie.  

    Hubungan baik Kiep mengikut sertakan tokoh-tokoh militer yang berpengaruh. Hubungan inilah yang menyelamatkan Siauw Giok Bie.  Ia tidak masuk dalam daftar yang harus di “bon” dan kemudian hilang pada tahun 1965-1966.  Ia tidak masuk dalam daftar Tapol yang dibuang ke pulau Buru pada tahun 1969-1971. Dan ia tidak pernah mengalami siksaan fisik.

    Kemampuan Kiep untuk berdagang tetap berjalan di zaman Orde Baru yang sangat menekan keluarga para tapol. Ia bukan saja bisa menghidupkan keluarganya, menyekolahkan anak-anaknya dan mengirim makanan ke penjara, ia bahkan mampu mengirim anak-anaknya belajar ke Eropa.  Semua dilakukan sendiri – single-handedly....Dalam situasi seperti itu, Kiep tetap tidak berubah.  Ia tetap murah hati dan ringan tangan.  Apabila bisa membantu, ia tetap membantu para teman dekatnya.

    Setelah Siauw Giok Bie bebas pada tahun 1978, Kiep dan keluarga memutuskan untuk hidup di Koln, Jerman.  Dengan bantuan anaknya, Ting Lian, Kiep menjalankan restoran Indonesia yang dinamakan Bali. 

    Di Koln, Kiep lagi-lagi menunjukkan kemurahan hati dan keramahannya. Para cucu-nya semua mengenang bagaimana Kiep selalu menyediakan waktu dan uang untuk membelikan para cucunya mainan, pakaian dan tentunya makanan yang disukainya.
    Setiap tamu dari luar Jerman datang, ia selalu antusias menyiapkan makanan.  Dan masakan Kiep tentunya terkenal lezat.

    Yang paling menonjol dalam kehidupan di luar Indonesia, walaupun pernah mengalami persekusi politik berat, ia tidak memilki dendam. Ia damai dengan apa yang ia alami di hidupnya.

    Pengalaman pahit getir diterimanya sebagai bagian dari penghidupan. Ia tidak menyesal bahkan sangat bangga pernah berperan dalam perkembangan Baperki yang dianggapnya sangat berjasa dalam sejarah Indonesia. Putranya Tiong Gie kerap menyatakan bahwa sikap positif membangun ini hendaknya
    dijadikan teladan hidup semua anak dan cucu Kiep.

    Ketabahan dan sikap damai ini-lah rupanya yang menyebabkan Kiep sanggup melewati berbagai masa krisis di Jerman dan Amerika, di mana ia berdomisili sejak tahun 2000.  Sebelas tahun pertama dengan putrinya, Ting Soan di Los Angeles, dan dua tahun terakhir dengan putri sulungnya, Ting Ling di Miami.

    Kesenangannya adalah masak. Hingga ia berusia 90 tahun, ia masih bisa menyediakan masakan-masakan lezatnya. Bilamana ada tamu dari jauh datang, ia
    tetap antusias menyiapkan dan menghidangkannya. Dan ia  selalu bersemangat bercerita tentang kegiatan-kegiatan politik Baperki dan pengalaman pahit sebagai pihak yang dipersekusi di zaman Orde Baru. Pengalaman yang disampaikan dengan sikap membangun dan damai.

    Walaupun penghidupan di Amerika dilaluinya dengan berbagai komplikasi kesehatan, termasuk pencucian darah secara rutin, ia selalu tabah. Para dokter dan juru rawat yang merawatnya selalu kagum akan semangat hidup dan keuletan Kiep.  Walaupun sakit dan terkadang lemah, ia tidak pernah manja. Sampai saat-saat terakhir bisa  menjalankan berbagai hal sendiri.

    Ia menghembuskan napas terakhirnya minggu lalu. Tapi ia lalui tanpa merepotkan orang-orang disekitarnya.

    Meninggal dengan tenang dan dignified.

    Kita semua kehilangan seorang Srikandi yang patut dijadikan teladan dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup, dalam bersikap membangun nilai sepahit apapun pengalaman hidup dan dalam bermurah hati kepada sesamanya.

    Selamat Jalan Tan Kiep Nio yang tercinta.

    Keponakan yang senantiasa mengenang kebaikan dan kehangatan Tan Kiep Nio: Siauw Tiong Djin
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Membangun nilai sepahit apapun pengalaman hidup Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top