728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Tips Membeli Rumah

    Perhatikan Ini Jika Ingin Beli Rumah

    Perusahaan properti menawarkan berbagai klaim keuntungan dalam memburu konsumen yang ingin mempunyai rumah. Namun tawaran itu harus disikapi dengan hati-hati.

    Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda mengatakan penawaran menggiurkan itu biasanya terletak pada nilai down payment atau uang muka. Uang muka yang diberikan rendah.

    Ali mengatakan rendahnya biaya uang muka akan menyebabkan beban kredit menjadi besar. Sehingga cicilan pun besar.

    "Makanya calon pembeli harus jujur dengan kemampuan. Jangan nafsu beli rumah karena DP-nya kecil," jelas Ali.

    Dia menjelaskan kebanyakan yang gagal bayar atau kredit macet di properti adalah ketidakmampuan bayar. Konsumen banyak juga yang memanipulasi penghasilan untuk mendapatkan kredit.

    "Syarat slip gaji atau NPWP bisa saja dipalsukan kan? Ini pintu pembuka kemungkinan gagal bayar atau juga bayarnya tersendat. Semestinya perhatikan pendapatan saja," kata dia.

    Itu yang utama, selanjutnya perhatikan besaran bunga cicilan. Banyak pengembang yang menawarkan bunga cicilan yang rendah di awal pembelian. Namun setelah itu bunga cicilan akan naik drastis. Lebih baik memilih yang besaran bunga cicilannya realistis dengan keadaan suku bunga saat itu.

    Lainnya perhatikan lokasi rumah yang ingin dibeli. Jangan terlalu jauh atau dekat. Sebaiknya, kata Ali, pilih kawasan yang berkembang. caranya, calon pembeli harus menanyakan apakah kawasan perumahannya berkembang atau tidak ke Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) di kabupaten atau kota setempat.

    "Kalau ada iming-iming perkembangan wilayah pesat, jangan percaya dulu. Cek di Bappeda. Di sana akan tahu 5 sampi 10 tahun mendatang itu akan dibangun apa dan rencana proyek apa," jelas dia.

    Tips Membeli Rumah Murah dengan DP Rendah

    Rumah Guruh Dwi Riyanto di Babelan, Kabupaten, Bekasi Jawa Barat tampak tak terusus. Sejak pertama kali beli 2 tahun sampai sekarang, rumah itu dibiarkan kosong dan tidak direnovasi.

    Pekerja media itu enggan menempatinya. Alasannya, rumahnya jauh dari pusat kota tempat dia bekerja. Lalu mengapa beli rumah di sana?

    Rumah seluas 60 meter persegi itu berharga Rp 95 juta 2 tahun lalu. Guruh ikut program rumah subsidi, sehingga dia hanya membayar cicilan perbulan Rp 750 ribu selama 15 tahun. Cicilan itu tidak berubah selama itu.

    "DP (down payment atau uang muka) rumah Rp 5 juta. Makanya saya ambil rumah itu, karena kuat bayar DP," kata Guruh.

    Namun sampai sekarang dia enggan menempati rumahnya. Sebab jarak rumahnya ke kantor tempat dia bekerja sejauh 38 km. Itu ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Jika dengan mobil melewati tol lingkar luar Jakarta, jarak tempuhnya mencapai 58 km lebih.

    Bagimana dengan naik angkutan umum? Perumahan Puri Gardenia - nama perumahan itu - berjarak 10 km dari stasiun Bekasi.

    "Harus naik mikrolet. Habis itu naik kereta. Kalau naik motor premium habis sampai 3 liter pulang balik rumah. Waktu tempuh 2 jam lebih, belum macet masuk ke Jakarta," kata dia.

    Dengan kondisi itu dia memutuskan untuk tinggal di rumah susun di kawasan Jakarta Utara. Alasannya 'klasik', bisa dekat dengan tempat kerjanya di kawasan Jakarta Selatan dan tempat kerja istrinya di Kelapa Gading.

    "(Nyesel beli rumah di sana?) Nggak sih. Itu untuk investasi atau dikontrakkan," kata Guruh yang mengatakan sampai saat ini belum ada orang yang ingin mengontrak rumahnya.

    2 pilihan calon pembeli rumah

    Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda tidak heran dengan cerita seperti itu. Banyak calon pembeli rumah 'terjebak' dengan iming-iming DP rumah murah atau pun harga murah.

    Akhirnya si pemilik rumah yang sudah terlanjur beli tidak bisa menggunakan propertinya dengan maksimal. Alih-alih hanya dikosongkan atau dikontrakkan. Kata Ali, si calon pembeli harus memperhatikan faktor jarak rumah dengan pusat kota. Selain itu juga memperhatikan akses transportasi.

    "Kalau mau rumah dengan murah, yah pasti tempatnya akan jauh dari kota. Kalau yang agak mahal, yah kemungkinan lokasinya akan bagus," kata Ali saat dihubungi suara.com secara terpisah.

    Namun, kata Ali, pemerintah tidak bisa membiarkan masyarakat perpenghasilan rendah senasib dengan Guruh. Pemerintah harus menyiapkan program atau skema kepemilikan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

    Menurut dia kebijakan pemerintah memberikan uang muka rendah sebesar 1 persen untuk pembelian rumah subsidi tidak cukup. Sebab konsumen berpenghasilan rendah akan dibebankan biaya besar di cicilan tiap bulan. Kata dia pemerintah perlu mempunyai 'bank tanah'. Tanah itu dimiliki pemerintah dan ada di wilayah yang terjangkau. Semisal dekat stasiun atau terminal bus.

    "Masalahnya pemerintah belum menyiapkan bank tanah. sekarang rumah subsisi atau murah ada di ujung-ujung kawasan. Konsumen kejebak. Harga rumah Rp 150 juta yah di sana. Rumah yang harga segitu nggak dekat dengan stasiun atau sarana transportasi. Jangan sampai sudah beli tapi dikosongkan. Rumahnya itu dikontrakin lagi," cetus Ali.

    Siap-siap Ambil KPR, Tiga Bank Ini Pangkas Bunga di Februari

    Pemerintah berniat pangkas besaran bunga KPR bersubsidi.

    PT Bank Central Asia Tbk (berkode saham BBCA) rencananya akan memangkas suku bunga KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) di bawah sembilan persen pada bulan Februari 2015. Saat ini, suku bunga dasar kredit bank swasta terbesar nasional tersebut masih sebesar 10,5 persen dengan bunga fix & cap antara 9,25-11 persen dan fixed rate KPR 9,25-12 persen.

    Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja kepada VIVA.co.id di kantornya belum lama ini. Menurut Jahja, pemangkasan suku bunga tersebut dilakukan sekaligus dalam rangka memeringati hari ulang tahun BCA ke-58 tahun yang jatuh pada pada tanggal 21 Februari mendatang.

    "Dalam rangka HUT BCA di Februari ini, kita siapkan paket penawaran bunga KPR BCA di bawah sembilan persen. Dengan bunga fix selama tiga tahun dan di-cap untuk lima tahun," tutur Jahja yang telah memimpin BCA sejak 12 Mei 2011 silam.

    Uniknya, penurunan suku bunga KPR tak hanya dilakukan oleh BCA. Ternyata, bank-bank lain pun ikut ramai dalam menyesuaikan suku bunganya untuk lebih rendah dari sebelumnya.

    Sebut saja, PT Bank Tabungan Negara Tbk (berkode saham BBTN) yang merencanakan memotong suku bunga KPR-nya juga ke level sembilan persen. Ini sebagai imbas dari rencana pemerintah yang berniat memangkas besaran bunga KPR bersubsidi dari 7,25 persen menjadi lima persen.

    Untuk diketahui, suku bunga dasar kredit (SBDK) KPR BTN saat ini berada di level 11,5 persen dan SBDK non KPR ditetapkan di level 12 persen. Atas dasar itu, sebelumnya, Direktur Utama BTN, Maryono mengaku optimistis bahwa kinerja perseroan dari penyaluran KPR akan tetap mengingat masih adanya backlog (kekurangan hunian) sebanyak 13,6 juta rumah yang meliputi 6,4 juta keluarga masih melakukan sewa dan 7,2 juta lainnya menumpang.

    Satu bank lagi yang dikabarkan akan melakukan penurunan suku bunga adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk (berkode saham CIMB). Dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek, CIMB akan memberikan bunga khusus di bawah sembilan persen fix untuk jangka waktu satu tahun.

    Dan menurut berita yang sudah beredar, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuldjono sebelumnya menyampaikan bahwa per Maret 2015, akan memberlakukan suku bunga lima persen yang telah disetujui oleh pemerintah. Alasannya, seiring dengan aksi pemerintah untuk memulai ground breaking proyek pembangunan satu juta rumah.

    Berdasarkan pantauan VIVA.co.id dari laman Bank Indonesia (BI), berikut tingkat suku bunga saat ini:

    Bank                        KPR (%)                     Non KPR (%)

    Bank Mandiri              11                                12,5

    Bank BCA                  10,5                              9,71

    Bank BNI                   11,1                             13,25

    Bank BTN                  11,5                              12

    Bank CIMB Niaga       11,75                           12,25

    Bank Danamon           12,25                           17,5

    Bank BII                     11,75                           11,5

    Bank Panin                 12,46                           12,46

    Bank Permata             12,5                            12,25

    Bank Bukopin             13,25                           13,25

    Mampukah Keluarga Bergaji Rp 3,2 Juta Cicil Rumah Rp 200 Juta?

    Jakarta -Pertanyaan dari Pembaca: Nama saya Budi, saya bekerja di Jakarta dengan gaji Rp 3,2 juta sebulan dan sudah berkeluarga dengan anak umur 7 bulan.

    Saya ingin bertanya bagaimana caranya saya mengatur keuangan saya agar dapat menyicil rumah seharga Rp 200 Juta. Dari gaji Rp 3,2 juta dalam sebulan terpakai Rp 2,7 juta dan tersisa Rp 500 ribu.

    Terima kasih

    Jawaban:
    Halo Pak Budi, terima kasih untuk pertanyaannya. Mengelola keuangan rumah tangga umumnya menggunakan batasan atau alokasi ideal dari sisi perencanaan keuangan. Sebagai perencana keuangan, saya biasanya menggunakan aturan ini untuk klien-klien di @zapfinance;
    1. Pos zakat dan bantuan saudara: antara 2,5% - 5 % dari penghasilan.
    2. Pos dana darurat: 5% dari penghasilan.
    3. Pos biaya hidup rutin: 70% dari penghasilan.
    4. Pos menabung: 10% dari penghasilan.
    5. Pos investasi: 10% dari penghasilan.

    Dengan demikian, untuk penghasilan sebesar Rp 3,2 juta per bulan, usahakan pengeluaran untuk pos hidup rutin hanya sebesar Rp 2,24 juta per bulan. Lalu, Anda bisa alokasikan 20% dari penghasilan untuk mengumpulkan uang muka pembelian rumah atau sekitar Rp 640 ribu per bulan.

    Setelah rumah tinggal terbeli, maka pekerjaan berikutnya adalah membayar cicilan pinjaman. Secara umum, perencana keuangan akan menyarankan Anda untuk membatasi jumlah cicilan hanya maksimal 20% dari penghasilan bulanan. Tujuannya, agar Anda masih memiliki kelowongan untuk berinvestasi demi masa depan keluarga. Jadi, pastikan jumlah cicilan pinjaman tidak melebihi Rp 640 ribu/bulan.

    Untuk keluarga dengan penghasilan di bawah Rp 4 juta per bulan, ada fasilitas menarik dari pemerintah yang mungkin dapat membantu. Seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No. 20/PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

    Sudah ada beberapa bank yang menyediakan kredit pinjaman rumah dengan jenis tertentu yang hanya akan mengenakan suku bunga tetap maksimal 7,5% per tahun dengan durasi pinjaman hingga 20 tahun.

    Beberapa bank pun ada yang memiliki program tanpa uang muka yang pastinya dapat mempercepat Anda dan keluarga untuk memiliki rumah tinggal. Silakan Anda bisa tanyakan ke beberapa bank yang menyediakan fasilitas ini. Namun, pahami juga bahwa aturan di setiap kota bisa berbeda dan tentunya ada ketentuan mengenai tipe rumah yang dapat masuk ke program ini.

    Langkah awal, tentu saja Anda harus membuat anggaran pengeluaran bulanan. Tujuannya agar Anda dapat lebih memahami jika terjadi pengelolaan yang kurang tepat. Berikutnya, buat rekening tabungan terpisah untuk tujuan finansial membeli rumah. Langkah ketiga, cari program KPR yang sesuai dengan kemampuan finansial keluarga.

    Selamat membeli rumah. Live a Beautiful Life!
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Tips Membeli Rumah Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top