728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Pulau Hantu yang Berubah Menjadi Cagar Budaya

    Pulau Hantu yang Bikin Penasaran di Hong Kong


    Salah satu rumah kuno di Yim Tin Tsai, Hong Kong

    Hong Kong - Sebuah pulau kecil di Hong Kong dijuluki sebagai Pulau Hantu. Bukan tanpa sebab, tapi ada cerita tersendiri di balik julukan tersebut.

    Hong Kong terkenal dengan gedung-gedung pencakar langit di berbagai sudut kota. Namun, ada sisi lain Hong Kong yang masih hijau dan rimbun, tanpa gedung modern yang tinggi menjulang ke langit. Itulah pulau bernama Yim Tin Tsai.

    Dilansir detikTravel dari BBC, Yim Tin Tsai ini tak jarang disebut sebagai Ghost Island atau Pulau Hantu. Dahulu, pulau di Distrik Sai Kung yang luasnya kurang dari 1 km2 ini ramai dihuni oleh Suku Hakka. Mereka migrasi dari utara China ratusan tahun lalu.

    Mereka menempati Pulau Yim Tin Tsai yang dulu masih kosong, membangun tempat tinggal di sana. Untuk mata pencahariannya, kebanyakan adalah petani garam. Mereka membuat tambak garam di lahan yang tersedia di sana.

    Nama Yim Tin Tsai yang berasal dari bahasa Kanton sendiri memang artinya tambak garam kecil. Sesuai dengan mata pencaharian para penduduknya. Namun sekitar 100 tahun lalu, tambak garam di Yim Tin Tsai harus banyak yang ditutup karena kalah saing dengan kompetitor asal Vietnam dan China.

    Penduduknya pun harus mencari pekerjaan lain. Ada yang menjadi nelayan, ada pula yang mengurus ternak. Tahun 1940-an masih ada sekitar 500 hingga 1.200 orang yang tinggal di pulau, tapi jumlah ini terus berkurang.

    Pada tahun 1960-an, makin banyak keluarga lokal yang pindah ke Kowloon hingga Inggris untuk memperoleh akses pendidikan layak. Akhirnya, pada 1990-an, penduduk terakhir yang tinggal di pulau pun ikut pindah ke daerah lain. Meninggalkan Yim Tin Tsai menjadi benar-benar kosong, tak lagi berpenghuni.

    Selama bertahun-tahun pulau kecil yang berjuluk Pulau Hantu itu tak pernah ditinggali siapa-siapa. Rumah-rumah yang dulunya berjejer rapi, ditinggal tak diurus hingga berlumut dan tanam menjalar pun tumbuh di dindingnya. Kegelapan pun menyelimuti di kala malam, tak ada lagi suara riang penduduk yang bercengkerama. Maka tak mengherankan jika Yim Tin Tsai dijuluki sebagai pulau hantu.

    Tahun 1999, bekas penduduk pulau bernama Colin Chan terpilih sebagai representasi desa. Colin berusaha menghubungi dan mengajak para penduduk lainnya yang telah tersebar di berbagai negara untuk kembali membangun Yim Tin Tsai yang bersejarah. Ia sangat berharap pulau kelahirannya bisa kembali 'hidup' seperti sedia kala.

    Sampai akhirnya tahun 2003, Gereja Katolik mengkanonisasi Josef Freinademetz, seorang misionaris yang dulu pernah tinggal di Yim Tin Tsai pada 1800-an. Setelah kabar tersebut beredar, umat Katolik dari berbagai negara menandai pulau tersebut untuk tempat wisata rohani.

    Colin berharap orang-orang yang nantinya datang ke pulau akan merasa nyaman. Bersama dengan 10 orang lainnya, Colin menggalang dana untuk merenovasi sejumlah bangunan kuno dan membangun pusat informasi bagi para traveler.

    Tahun 2004, sebuah yayasan memberikan donasi untuk merenovasi kapel bersejarah di pulau itu. Kapel itu aslinya dibangun 1890 oleh misionaris Katolik, dan merupakan salah satu kapel tertua di Hong Kong.

    Kapel direnovasi dengan tampilan yang simpel namun elegan. Bangunan didominasi warna putih dengan berhias kaca berwarna-warni, dan ada sebuah ruangan besar untuk beribadah. Warna merah dan emas ikut menghias altarnya. Pada 2005 kapel ini bahkan mendapat penghargaan Unesco Asia-Pacific Heritage Awards for Culture Heritage Conservation.

    Dengan adanya penghargaan itu dan renovasi sejumlah bangunan kuno tanpa merubah bentuk aslinya, Yim Tin Tsai yang dulu ditinggalkan mulai ramai dikunjungi kembali. Daerah yang sering dijuluki Pulau Hantu itu kini tak lagi menyeramkan. Kapal ferry pun disediakan untuk traveler yang ingin berlayar menuju pulau tersebut.

    Wisatawan yang ke sana dapat mengunjungi kapel, rumah-rumah leluhur orang Hakka, museum keramik hingga pertanian organik. Bahkan tambak garam yang telah ditutup kembali dibuka dan menjadi tempat wisata edukasi, yang menjelaskan tentang proses produksi garam.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Pulau Hantu yang Berubah Menjadi Cagar Budaya Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top