Ketika di Bawah Tiang Gantungan Ibu Memaafkan Pembunuh Putranya...
TEHERAN -- Hukuman mati di tiang gantungan di Iran, batal secara dramatis pada saat-saat terakhir. Ibu korban memaafkan pelaku yang sudah berdiri di bawah tiang gantungan dengan tali melingkari leher. Bertahun-tahun desakan permintaan maaf tak mempan, pengampunan itu datang dengan cara dramatis.
Ibu korban, Samereh Alinejad, mengatakan kepada surat kabar Shargh dalam wawancara yang terbit pada Kamis (17/4/2014) bahwa dia selama bertahun-tahun menolak tekanan dari siapa pun termasuk keluarganya untuk memaafkan Bilal.
Bahkan ketika Abdollah Hosseinzadeh, anaknya yang tewas karena tikaman Bilal, muncul dalam mimpinya dan memintakan maaf untuk Bilal, Alinejad mengaku masih tetap belum bisa memberikan maaf itu.
Dalam pidatonya di depan tiang gantungan sebelum eksekusi, Alinejad "memarahi" orang-orang yang selama ini mendesaknya memaafkan Bilal. "Apakah Anda tahu apa yang saya alami selama bertahun-tahun ini, ketika hidup saya terasa seperti racun?"
Keluarga Hosseinzadeh telah menerima permintaan dari seniman terkenal, para pelatih sepak bola, dan warga kota untuk memaafkan Bilal. Mereka dimohon menerima "uang darah" dan mencegah eksekusi, sebagaimana dimungkinkan dalam hukum yang diterapkan di Iran.
Dulu, Bilal adalah murid ayah Hosseinzadeh, seorang mantan pemain sepak bola lokal yang sekarang menjadi pelatih. Permintaan agar keluarga Hosseinzadeh memaafkan Bilal bahkan masuk dalam program olahraga populer di stasiun televisi pemerintah, sehari sebelum jadwal eksekusi.
Namun, kata Alinejad dalam wawancara yang dikutip Associated Press itu, perubahan hatinya terjadi setelah Bilal memohon maaf kepadanya di bawah tiang gantungan tersebut dan dia menampar Bilal. "Saya merasa nyaman dan memaafkannya."
Perkelahian yang menewaskan Hooseinzadeh terjadi di jalanan kota Nour, Iran, pada 2007. Menurut kantor berita ISNA, saat itu Bilal dan Hooseinzadeh sama-sama berumur 17 tahun.
Pada Selasa (15/4/2014), Bilal dengan mata yang ditutup kain dibawa ke alun-alun kota untuk menjalani eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan pengadilan kepadanya dalam kasus ini. Dia pun sudah berdiri di atas kursi di bawah tiang gantungan, tali sudah pula melingkari lehernya. Ibaratnya, maut sudah tinggal setendangan kursi menjemput Bilal.
Namun, pada menit terakhir, malaikat maut menjauh. Alinejad tiba-tiba memaafkan Bilal, setelah dia berpidato di depan orang yang menyaksikan eksekusi tersebut dan menampar muka Bilal.
Ayah Hosseinzadeh pun kemudian membantu Alinejad melepaskan tali yang melingkari leher Bilal. Adapun Bilal langsung memeluk Alinejad sembari menangis, berterima kasih karena mendapatkan maaf yang menyelamatkan nyawanya.
Dengan perubahan dramatis ini, Bilal akan menjalani hukuman penjara dan bukan eksekusi mati. Berdasarkan catatan Amnesty International, Iran merupakan negara dengan eksekusi mati kedua tertinggi di dunia setelah Tiongkok, dengan 369 eksekusi pada 2013.
Leher Sudah Dikalungi Tali, Hukuman Gantung Dibatalkan
TEHERAN — Seorang narapidana pembunuhan di Iran bernama Balal lolos dari tiang gantungan pada menit-menit menjelang eksekusi mati dilakukan, setelah ibu korban memberinya permintaan maaf.
Balal divonis mati tujuh tahun silam setelah ia terbukti membunuh seorang pemuda bernama Abdollah dalam perkelahian. Keduanya berusia 17 tahun saat itu.
Kasus ini menjadi berita besar di Iran setelah pengguna media sosial dan pesohor di negara itu melakukan kampanye agar eksekusi dibatalkan.
Namun, hukum di Iran mewajibkan narapidana mendapat permintaan maaf dari keluarga korban sebelum hukum mati dibatalkan atau kisas, yang berarti "utang nyawa dibayar nyawa".
Permintaan maaf itu tidak juga datang hingga eksekusi mati dijadwalkan pada Selasa (15/4/2014). Balal berteriak meminta nyawanya diselamatkan saat simpul hendak diletakkan di lehernya.
Tiba-tiba, ibu korban mendekatinya dan menampar pipinya kemudian mengatakan bahwa ia memaafkan perbuatan Balal terhadap anaknya.
Amnesty International menyatakan, Iran memiliki angka hukuman mati tertinggi di dunia. Sebagian besar dilakukan dengan hukum gantung.
Kini ada kelompok-kelompok masyarakat di Iran yang mendorong pemerintah agar mengubah sistem kisas dan melarang hukuman mati.
TEHERAN -- Hukuman mati di tiang gantungan di Iran, batal secara dramatis pada saat-saat terakhir. Ibu korban memaafkan pelaku yang sudah berdiri di bawah tiang gantungan dengan tali melingkari leher. Bertahun-tahun desakan permintaan maaf tak mempan, pengampunan itu datang dengan cara dramatis.
Ibu korban, Samereh Alinejad, mengatakan kepada surat kabar Shargh dalam wawancara yang terbit pada Kamis (17/4/2014) bahwa dia selama bertahun-tahun menolak tekanan dari siapa pun termasuk keluarganya untuk memaafkan Bilal.
Bahkan ketika Abdollah Hosseinzadeh, anaknya yang tewas karena tikaman Bilal, muncul dalam mimpinya dan memintakan maaf untuk Bilal, Alinejad mengaku masih tetap belum bisa memberikan maaf itu.
Dalam pidatonya di depan tiang gantungan sebelum eksekusi, Alinejad "memarahi" orang-orang yang selama ini mendesaknya memaafkan Bilal. "Apakah Anda tahu apa yang saya alami selama bertahun-tahun ini, ketika hidup saya terasa seperti racun?"
Keluarga Hosseinzadeh telah menerima permintaan dari seniman terkenal, para pelatih sepak bola, dan warga kota untuk memaafkan Bilal. Mereka dimohon menerima "uang darah" dan mencegah eksekusi, sebagaimana dimungkinkan dalam hukum yang diterapkan di Iran.
Dulu, Bilal adalah murid ayah Hosseinzadeh, seorang mantan pemain sepak bola lokal yang sekarang menjadi pelatih. Permintaan agar keluarga Hosseinzadeh memaafkan Bilal bahkan masuk dalam program olahraga populer di stasiun televisi pemerintah, sehari sebelum jadwal eksekusi.
Namun, kata Alinejad dalam wawancara yang dikutip Associated Press itu, perubahan hatinya terjadi setelah Bilal memohon maaf kepadanya di bawah tiang gantungan tersebut dan dia menampar Bilal. "Saya merasa nyaman dan memaafkannya."
Perkelahian yang menewaskan Hooseinzadeh terjadi di jalanan kota Nour, Iran, pada 2007. Menurut kantor berita ISNA, saat itu Bilal dan Hooseinzadeh sama-sama berumur 17 tahun.
Pada Selasa (15/4/2014), Bilal dengan mata yang ditutup kain dibawa ke alun-alun kota untuk menjalani eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan pengadilan kepadanya dalam kasus ini. Dia pun sudah berdiri di atas kursi di bawah tiang gantungan, tali sudah pula melingkari lehernya. Ibaratnya, maut sudah tinggal setendangan kursi menjemput Bilal.
Namun, pada menit terakhir, malaikat maut menjauh. Alinejad tiba-tiba memaafkan Bilal, setelah dia berpidato di depan orang yang menyaksikan eksekusi tersebut dan menampar muka Bilal.
Ayah Hosseinzadeh pun kemudian membantu Alinejad melepaskan tali yang melingkari leher Bilal. Adapun Bilal langsung memeluk Alinejad sembari menangis, berterima kasih karena mendapatkan maaf yang menyelamatkan nyawanya.
Dengan perubahan dramatis ini, Bilal akan menjalani hukuman penjara dan bukan eksekusi mati. Berdasarkan catatan Amnesty International, Iran merupakan negara dengan eksekusi mati kedua tertinggi di dunia setelah Tiongkok, dengan 369 eksekusi pada 2013.
Leher Sudah Dikalungi Tali, Hukuman Gantung Dibatalkan
TEHERAN — Seorang narapidana pembunuhan di Iran bernama Balal lolos dari tiang gantungan pada menit-menit menjelang eksekusi mati dilakukan, setelah ibu korban memberinya permintaan maaf.
Balal divonis mati tujuh tahun silam setelah ia terbukti membunuh seorang pemuda bernama Abdollah dalam perkelahian. Keduanya berusia 17 tahun saat itu.
Kasus ini menjadi berita besar di Iran setelah pengguna media sosial dan pesohor di negara itu melakukan kampanye agar eksekusi dibatalkan.
Namun, hukum di Iran mewajibkan narapidana mendapat permintaan maaf dari keluarga korban sebelum hukum mati dibatalkan atau kisas, yang berarti "utang nyawa dibayar nyawa".
Permintaan maaf itu tidak juga datang hingga eksekusi mati dijadwalkan pada Selasa (15/4/2014). Balal berteriak meminta nyawanya diselamatkan saat simpul hendak diletakkan di lehernya.
Tiba-tiba, ibu korban mendekatinya dan menampar pipinya kemudian mengatakan bahwa ia memaafkan perbuatan Balal terhadap anaknya.
Amnesty International menyatakan, Iran memiliki angka hukuman mati tertinggi di dunia. Sebagian besar dilakukan dengan hukum gantung.
Kini ada kelompok-kelompok masyarakat di Iran yang mendorong pemerintah agar mengubah sistem kisas dan melarang hukuman mati.
0 komentar:
Post a Comment