Sao Paulo - Ada ungkapan bahwa sepakbola sudah seperti agama di Brasil. Hal ini bisa didebat oleh siapa saja, meski tak dapat dibantah bahwa penduduk negeri Samba memang gila sepakbola.
Perhelatan Piala Dunia 2014 di Brasil pada awalnya diramaikan dengan sejumlah aksi protes dari warga setempat. Tahun lalu lebih dari 1 juta rakyat Brasil turun ke jalan untuk memprotes inflasi dan tak tepatnya pengalokasian dana publik. Tapi terakhir Bloomberg mencatat bahwa aksi demonstrasi saat Piala Dunia telah kickoff bahkan tak diikuti lebih dari 3 ribu orang.
Kenapa bisa? Ada indikasi kalau mereka kini lebih memilih untuk habis-habisan mendukung Brasil yang sedang bertarung di babak 16 besar. Maka perkara inflasi dan lainnya untuk sementara minggir, digantikan Neymar yang maju jadi sorotan.
Hal itu juga diduga erat karena sepakbola memang punya tempat amat istimewa di hati orang-orang Brasil. Agama niscaya juga punya posisi spesial lain, meski punya pemosisian yang berbeda dengan sepakbola di dalam kehidupan sehari-hari.
"Orang sini lebih baik ngobrolin sepakbola daripada agama. Kalau agama, itu urusan dirimu dengan Tuhan," kata Sinta Surentu, sekretaris & administratif Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Kementerian Perdagangan RI di Sao Paulo, dalam obrolan dengan detikSport.
Perempuan Indonesia yang sudah tinggal di Brasil selama 11 tahun dan menikah dengan pria setempat ini menyatakan bahwa pandangan itu berlaku umum di negeri Samba. Maka jangan heran jika dalam kehidupan sehari-hari di Brasil, urusan sepakbola menjadi aspek yang amat menonjol.
Rivalitas dan Kebersamaan
Sebagai negeri penggila sepakbola, Brasil tentu memiliki sejumlah klub-klub top dan basis suporter masing-masing. Di wilayah negara bagian Sao Paulo saja, misalnya, ada klub-klub top macam Palmeiras, Sao Paulo, Corinthians, Santos, Guarani, Portuguesa, Juventus, Ponte Preta, dan XV de Piracicaba. Sementara di kota Sao Paulo pada khususnya, Palmeiras, Sao Paulo, dan Corinthians punya persaingan yang amat sengit yang di saat bersamaan juga mampu menumbuhkan rasa persahabatan.
Salah satu rivalitas terbesar menghadapkan Palmeiras dengan Corinthians: derby Paulista. Ini merupakan persaingan tertua di negara bagian Sao Paulo, dan acapkali memunculkan nuansa panas dan sengit di dalam dan luar lapangan. Derby Paulista juga termasuk ke dalam derby-derby paling sengit di dunia.
Lalu ada pula persaingan Sao Paulo dengan Corinthians, yang dilabeli Classico Majestoso. Dalam rekam jejak sejarah, laga ini tak jarang memunculkan kontroversi bahkan baku hantam.
Selain itu Sao Paulo juga memiliki persaingan tersendiri dengan Palmeiras, dengan pertemuan kedua tim disebut dengan Choque-Rei. Melibatkan klub-klub besar Brasil, duel keduanya senantiasa berjalan sengit dan penuh gengsi, dan disebut-sebut cuma kalah panas dari derby Paulista.
Sao Paulo lantas turut terlibat rivalitas panas dengan Santos. Persaingan meruncing dalam beberapa waktu terakhir sehubungan dengan kesuksesan kedua klub, membuat laga San-Sao atau derby Hitam dan Putih (Confronto dos Alvinegros) ini jadi jadi kian mencuri perhatian.
Terkait dengan persaingan tersebut, masing-masing klub punya suporter setianya. Dalam konteks ini Corinthians patut berbangga diri karena dikenal punya basis penggemar besar yang amat loyal. Konon, klub berjuluk Timao yang berusia 103 tahun itu bahkan punya dukungan paling besar di Brasil.
Sehubungan dengan itu pula sesama fans Corinthians tampaknya punya kebanggaan dan rasa kebersamaan teramat besar. Dikisahkan Sinta Surentu, yang kebetulan seorang pendukung Corinthians, tahun lalu ia dan rekannya bahkan pernah lolos dari upaya perampokan di berkat kecintaannya terhadap klub itu.
Di bawah todongan, cerita Sinta, ia melihat kalau sang penjahat mengenakan jersey Timao. Spontan Sinta berceloteh tentang salah satu laga teranyar Corinthians, yang disambut dengan amat antusias oleh si penodong. Sama-sama fans berat Corinthians, penodong itu pun rupanya bertenggang rasa sehingga mengurungkan niatnya berbuat jahat. Jadilah Sinta melenggang, amat bersyukur kalau pilihannya mendukung salah satu klub di Sao Paulo sudah membuatnya urung jadi korban kejahatan.
Lucunya, kali lain Sinta malah harus masuk "sarang musuh". Dalam sebuah agenda resmi, ia ketika itu harus masuk ke VIP box dari klub rival yang kebetulan sedang menghadapi Corinthians. Dikelilingi suporter dari klub seteru, ia pun jadi gemas sendiri dan kelabakan meredam antusiasmenya menyaksikan tim kesayangan menghadapi salah satu tim lawan .
Dalam perjalanan berbagi taksi, kami juga sempat membicarakan sepakbola. Sinta saat itu iseng menanyakan klub kesayangan si pengemudi. Usai supir taksi tersebut menjawab Sao Paulo, Sinta pun beralih dari bahasa Portugis ke bahasa Indonesia dan bergurau, "Wah, kalau begitu lebih baik saya diam saja deh, nanti kalau bilang saya mendukung Corinthians bisa-bisa kita diturunin di jalan."
Perhelatan Piala Dunia 2014 di Brasil pada awalnya diramaikan dengan sejumlah aksi protes dari warga setempat. Tahun lalu lebih dari 1 juta rakyat Brasil turun ke jalan untuk memprotes inflasi dan tak tepatnya pengalokasian dana publik. Tapi terakhir Bloomberg mencatat bahwa aksi demonstrasi saat Piala Dunia telah kickoff bahkan tak diikuti lebih dari 3 ribu orang.
Kenapa bisa? Ada indikasi kalau mereka kini lebih memilih untuk habis-habisan mendukung Brasil yang sedang bertarung di babak 16 besar. Maka perkara inflasi dan lainnya untuk sementara minggir, digantikan Neymar yang maju jadi sorotan.
Hal itu juga diduga erat karena sepakbola memang punya tempat amat istimewa di hati orang-orang Brasil. Agama niscaya juga punya posisi spesial lain, meski punya pemosisian yang berbeda dengan sepakbola di dalam kehidupan sehari-hari.
"Orang sini lebih baik ngobrolin sepakbola daripada agama. Kalau agama, itu urusan dirimu dengan Tuhan," kata Sinta Surentu, sekretaris & administratif Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Kementerian Perdagangan RI di Sao Paulo, dalam obrolan dengan detikSport.
Perempuan Indonesia yang sudah tinggal di Brasil selama 11 tahun dan menikah dengan pria setempat ini menyatakan bahwa pandangan itu berlaku umum di negeri Samba. Maka jangan heran jika dalam kehidupan sehari-hari di Brasil, urusan sepakbola menjadi aspek yang amat menonjol.
Rivalitas dan Kebersamaan
Sebagai negeri penggila sepakbola, Brasil tentu memiliki sejumlah klub-klub top dan basis suporter masing-masing. Di wilayah negara bagian Sao Paulo saja, misalnya, ada klub-klub top macam Palmeiras, Sao Paulo, Corinthians, Santos, Guarani, Portuguesa, Juventus, Ponte Preta, dan XV de Piracicaba. Sementara di kota Sao Paulo pada khususnya, Palmeiras, Sao Paulo, dan Corinthians punya persaingan yang amat sengit yang di saat bersamaan juga mampu menumbuhkan rasa persahabatan.
Salah satu rivalitas terbesar menghadapkan Palmeiras dengan Corinthians: derby Paulista. Ini merupakan persaingan tertua di negara bagian Sao Paulo, dan acapkali memunculkan nuansa panas dan sengit di dalam dan luar lapangan. Derby Paulista juga termasuk ke dalam derby-derby paling sengit di dunia.
Lalu ada pula persaingan Sao Paulo dengan Corinthians, yang dilabeli Classico Majestoso. Dalam rekam jejak sejarah, laga ini tak jarang memunculkan kontroversi bahkan baku hantam.
Selain itu Sao Paulo juga memiliki persaingan tersendiri dengan Palmeiras, dengan pertemuan kedua tim disebut dengan Choque-Rei. Melibatkan klub-klub besar Brasil, duel keduanya senantiasa berjalan sengit dan penuh gengsi, dan disebut-sebut cuma kalah panas dari derby Paulista.
Sao Paulo lantas turut terlibat rivalitas panas dengan Santos. Persaingan meruncing dalam beberapa waktu terakhir sehubungan dengan kesuksesan kedua klub, membuat laga San-Sao atau derby Hitam dan Putih (Confronto dos Alvinegros) ini jadi jadi kian mencuri perhatian.
Terkait dengan persaingan tersebut, masing-masing klub punya suporter setianya. Dalam konteks ini Corinthians patut berbangga diri karena dikenal punya basis penggemar besar yang amat loyal. Konon, klub berjuluk Timao yang berusia 103 tahun itu bahkan punya dukungan paling besar di Brasil.
Sehubungan dengan itu pula sesama fans Corinthians tampaknya punya kebanggaan dan rasa kebersamaan teramat besar. Dikisahkan Sinta Surentu, yang kebetulan seorang pendukung Corinthians, tahun lalu ia dan rekannya bahkan pernah lolos dari upaya perampokan di berkat kecintaannya terhadap klub itu.
Di bawah todongan, cerita Sinta, ia melihat kalau sang penjahat mengenakan jersey Timao. Spontan Sinta berceloteh tentang salah satu laga teranyar Corinthians, yang disambut dengan amat antusias oleh si penodong. Sama-sama fans berat Corinthians, penodong itu pun rupanya bertenggang rasa sehingga mengurungkan niatnya berbuat jahat. Jadilah Sinta melenggang, amat bersyukur kalau pilihannya mendukung salah satu klub di Sao Paulo sudah membuatnya urung jadi korban kejahatan.
Lucunya, kali lain Sinta malah harus masuk "sarang musuh". Dalam sebuah agenda resmi, ia ketika itu harus masuk ke VIP box dari klub rival yang kebetulan sedang menghadapi Corinthians. Dikelilingi suporter dari klub seteru, ia pun jadi gemas sendiri dan kelabakan meredam antusiasmenya menyaksikan tim kesayangan menghadapi salah satu tim lawan .
Dalam perjalanan berbagi taksi, kami juga sempat membicarakan sepakbola. Sinta saat itu iseng menanyakan klub kesayangan si pengemudi. Usai supir taksi tersebut menjawab Sao Paulo, Sinta pun beralih dari bahasa Portugis ke bahasa Indonesia dan bergurau, "Wah, kalau begitu lebih baik saya diam saja deh, nanti kalau bilang saya mendukung Corinthians bisa-bisa kita diturunin di jalan."
0 komentar:
Post a Comment