Modal Rp 280 Ribu, anak UGM ini sekarang beromzet Rp 2,2 M/Tahun
Bisnis yang dijalankan Arie Setya Yudha, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UGM angkatan 2008 ini sudah tembus pasar dunia. Omzet per bulannya sekarang berkisar Rp 185 juta. Jika awalnya bisnis yang dirintis tahun 2009 ini hanya sendirian kini Arie sudah dibantu 17 karyawan dengan 10 staf dan 7 bagian produksi.
Berangkat dari hobi bermain airsofgun, bisnis seragam militer yang digeluti Arie akhirnya berkembang seperti sekarang ini. Sayangnya, ketika itu untuk bermain airsofgun perlu biaya banyak. Akhirnya, dengan modal uang Rp 280.000 Arie membeli bahan baku berupa kain dan menjahitkannya ke penjahit.
"Pakaian yang sudah jadi itu saya jual lagi di internet sebagai modal. Ternyata responnya luar biasa," kenang Arie.
Tidak disangka, dengan kualitas desain dan jahitan yang ditawarkan di media online peminat seragam militer Arie juga datang dari pasar luar negeri. Banyaknya ulasan terhadap produk yang dihasilkan maka seragam militer karya Arie ini pun dilirik pasar domestik, salah satunya Polri.
"Gegana Brimob Polri mempercayakan desain seragam taktis kepada kita untuk salah satu detasemennya," kata mahasiswa asal Pekanbaru ini dikutip oleh Humas UGM Satria Ardhi Nugraha.
Di semester tiga Arie pun mendirikan PT Molay Satrya Indonesia yang bergerak di bidang pengadaan, desain, dan pembuatan perlengkapan taktis terutama seragam taktis. Menurut Arie selain dari kepolisian, produk yang ia namakan Molay tersebut juga diminati oleh tentara, salah satunya TNI-AL dari batalyon Intai Amfibi Marinir.
Kini, produk Molay baik seragam, rompi, topi dan tas sudah merambah di berbagai negara di dunia, seperti AS, Kanada, Austria, Vietnam, Jerman, Italia dan Arab. Setiap bulan kurang lebih 200 stel pakaian berhasil mereka produksi. Itu pun masih jauh dari permintaan yang bisa mencapai lebih dari 500.
"Kuncinya kualitas dan harganya bisa bersaing dengan produk luar," tuturnya.
Bisnis yang dikelola Arie ini 80 persen menggunakan basis internet untuk promosi maupun mencari bahan, seperti kain. Ia mengaku Ilmu Komunikasi yang dipelajarinya cukup membantu khususnya dalam promosi (iklan) serta desain. Rencananya, usai lulus nanti Arie tetap akan mengembangkan bisnis yang cukup prospek ini.
"Harus lebih berkualitas misalnya rompi tidak panas kalau dipakai. Jadi harus jeli ketika mendesain serta mempromosikannya," ujar Arie.
Bisnis yang dijalankan Arie Setya Yudha, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UGM angkatan 2008 ini sudah tembus pasar dunia. Omzet per bulannya sekarang berkisar Rp 185 juta. Jika awalnya bisnis yang dirintis tahun 2009 ini hanya sendirian kini Arie sudah dibantu 17 karyawan dengan 10 staf dan 7 bagian produksi.
Berangkat dari hobi bermain airsofgun, bisnis seragam militer yang digeluti Arie akhirnya berkembang seperti sekarang ini. Sayangnya, ketika itu untuk bermain airsofgun perlu biaya banyak. Akhirnya, dengan modal uang Rp 280.000 Arie membeli bahan baku berupa kain dan menjahitkannya ke penjahit.
"Pakaian yang sudah jadi itu saya jual lagi di internet sebagai modal. Ternyata responnya luar biasa," kenang Arie.
Tidak disangka, dengan kualitas desain dan jahitan yang ditawarkan di media online peminat seragam militer Arie juga datang dari pasar luar negeri. Banyaknya ulasan terhadap produk yang dihasilkan maka seragam militer karya Arie ini pun dilirik pasar domestik, salah satunya Polri.
"Gegana Brimob Polri mempercayakan desain seragam taktis kepada kita untuk salah satu detasemennya," kata mahasiswa asal Pekanbaru ini dikutip oleh Humas UGM Satria Ardhi Nugraha.
Di semester tiga Arie pun mendirikan PT Molay Satrya Indonesia yang bergerak di bidang pengadaan, desain, dan pembuatan perlengkapan taktis terutama seragam taktis. Menurut Arie selain dari kepolisian, produk yang ia namakan Molay tersebut juga diminati oleh tentara, salah satunya TNI-AL dari batalyon Intai Amfibi Marinir.
Kini, produk Molay baik seragam, rompi, topi dan tas sudah merambah di berbagai negara di dunia, seperti AS, Kanada, Austria, Vietnam, Jerman, Italia dan Arab. Setiap bulan kurang lebih 200 stel pakaian berhasil mereka produksi. Itu pun masih jauh dari permintaan yang bisa mencapai lebih dari 500.
"Kuncinya kualitas dan harganya bisa bersaing dengan produk luar," tuturnya.
Bisnis yang dikelola Arie ini 80 persen menggunakan basis internet untuk promosi maupun mencari bahan, seperti kain. Ia mengaku Ilmu Komunikasi yang dipelajarinya cukup membantu khususnya dalam promosi (iklan) serta desain. Rencananya, usai lulus nanti Arie tetap akan mengembangkan bisnis yang cukup prospek ini.
"Harus lebih berkualitas misalnya rompi tidak panas kalau dipakai. Jadi harus jeli ketika mendesain serta mempromosikannya," ujar Arie.
0 komentar:
Post a Comment