Siapa Sebenarnya Tahir, Penasihat Panglima TNI yang Menuai Kontroversi?
Jakarta - Nama Dato Sri Tahir, konglomerat pemilik grup bisnis Mayapada tengah jadi sorotan. Pengangkatannya sebagai penasihat Panglima TNI bidang ekonomi dan kesejahteraan, menuai polemik. Pengamat dan beberapa anggota Komisi I, komisi yang menjadi mitra kerja TNI di parlemen, mengkritik keras pengangkatan Tahir.
Panglima TNI, Jenderal Moeldoko sendiri beralasan, pengangkatan Tahir, demi membantunya untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit. Karena kesejahteraan prajurit menjadi salah satu kewajibannya sebagai orang nomor satu di institusi tentara tersebut. Tahir diangkat, karena dianggap sosok yang tepat, selain sebagai konglomerat, Tahir juga juga seorang filantropis.
Lalu siapa sebenarnya Tahir, penasehat Panglima TNI itu?
Nama Dato Sri Tahir, sebenarnya tak terlalu familiar di telinga publik. Namanya,mulai mencuat ketika ia masuk dalam daftar 48 Heroes of Philanthropy Asia yang dilansir Majalah Forbes, bersama Jusuf Kalla, Irwan Hidayat dan Anne Avantie. Namun, meski dicatat oleh Majalah Forbes, nama Tahir hanya mencuat samar-samar. Baru, ketika ia 'mendatangkan' Bill Gates ke Indonesia, namanya banyak disebut.
Tapi memang, nama Tahir tetap tak setenar para politisi. Tahir memang tak banyak bicara. Mungkin, baru kali ini, ketika pengangkatannya sebagai penasihat Panglima, nama Tahir ramai dibicarakan. Kiprah Tahir sendiri sejak ia memutuskan pensiun dari kegiatan bisnisnya, lebih banyak tercurah pada kegiatan sosial dan kemanusian.
Lewat Tahir Foundation, lembaga sosial kemanusiaan yang didirikannya, ia banyak aktif di bidang sosial dan kemanusiaan. Banyak kegiatan kedermawanan yang ia lakukan, mulai dari memberi beasiswa, hingga membantu pengobatan para penderita kanker dari kalangan kurang mampu.
Pemilik nama Dato Sri Tahir itu, bukan pengusaha yang langsung kaya karena menjadi pewaris imperium bisnis keluarga. Justru, lelaki yang lahir di Surabaya, 26 Maret 1952 itu pernah merasakan pahitnya getir kemiskinan.
Tahir datang dari keluarga tak mampu. Ayahnya hanya seorang pembuat becak di Surabaya, yang banting tulang membesarkan anak-anaknya.
Tahir muda, pernah punya cerita pahit. Cita-citanya yang ingin jadi dokter kandas, karena sang ayah didera sakit. Ia pun, balik badan mengambil alih usaha keluarga. Dan, kini Tahir menjadi orang sukses. Bahkan, Tahir pernah tercatat sebagai orang paling tajir di Indonesia urutan ke 12.
Kedatangan Bill Gates sendiri ke tanah air, dengan status filantropis ketika itu, tak lepas dari peran seorang Dato Sri Tahir. Lewat lembaga Tahir Foundation, ia banyak menggelontorkan dana bantuan. Bekerjasama dengan lembaga donor kemanusiaan milik bos Microsoft, Bill and Melinda Gates Foundation, itu, menyumbangkan pundi uangnya untuk program sosial kemanusiaan di tanah air.
Sumbangannya pun terbilang fantastis. Tahir mendonasikan uangnya sebesar USD 100 juta , atau setara Rp 1,1 trilyun. Jumlah yang terbilang jumbo untuk sumbangan sosial kemanusiaan. Uang itu ia berikan ke lembaga donor milik Bill Gates. Bill and Melinda Gates Foundation sendiri kemudian melipat gandakan sumbangan itu dua kali lipatnya.
Pola amal itu merupakan bagian dari program match plan yang ditawarkan yayasan amal milik orang terkaya di dunia itu. Artinya sumbangan dari Tahir, dilipatgandakan menjadi USD 200 juta . Donasi itu, 75 persennya diperuntukan untuk memerangi penyakit malaria, TBC, dan HIV di Indonesia.
Lewat rumah sakit Mayapada yang didirikannya, Tahir juga tak segan mengulurkan tangan. Saat peresmiannya, RS Mayapada memberi pelayanan operasi jantung gratis bagi 100 pasien dari kalangan tidak mampu.
Sumbangan yang paling fenomenal, tentunya ketika ia menyumbang kepada lembaga kemanusiaan milik Bill Gates. Sampai-sampai bos Microsoft itu memujinya sebagai contoh filantropis Indonesia dan regional yang fenomenal.
Untuk fokus dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, Tahir pun memutuskan 'pensiun' dari kegiatan bisnisnya. Ia sudah berkomitmen untuk menjadi pegiat sosial sepenuhnya.
Kini Tahir tengah disorot. Pengangkatannya sebagai penasihat Panglima TNI, menuai pro kontra. Banyak yang menganggap Panglima menyalahi aturan, dengan mengangkat pengusaha sebagai penasihat.
Tahir memang gemar 'menyumbang'. Beberapa waktu lalu, ia berkomitmen menghibahkan 10 bus untuk Pemerintah Provinsi Jakarta. Kini, ia pun setelah diangkat menjadi penasihat orang nomor satu di TNI, dia berkomitmen untuk membangun 1000 rumah untuk prajurit TNI.
"Pemikiran saya di tiap provinsi kita bisa bangun rumah prajurit untuk 3 angkatan darat laut dan udara. Tiap provinsi ya. Kita rencana mungkin setiap provinsi 500 (unit rumah) dibagi 3 angkatan. Kita akan keliling ke provinsi atas persetujuan dari Pangab," kata Tahir saat diwawancarai wartawan usai pengangkatannya sebagai penasihat Panglima TNI di Mabes TNI Cilangkap , Jakarta Timur, Kamis (18/9/2014).
"Belum kepikir (total anggaran). Saya itu kalau ngurusi sosial jarang kepikir anggarannya. Semampu kita. Kita kan makan minum di negeri ini. Logika saja, Bahwa kalau hari ini saya bisa bekerja untuk masyarakat seluas-luasnya adalah kehormatan besar dan sukacita untuk saya," ujar Tahir saat ditanya soal anggaran yang akan digunakan untuk membangun 1000 rumah untuk prajurit TNI.
Tapi kini, Tahir tidak sedang dipuji, namun menuai hujan kritikan, karena pengangkatannya sebagai penasehat Panglima TNI. Panglima TNI pun didesak untuk memberikan penjelasan soal alasan mengangkat Tahir sebagai penasihat.
Jakarta - Nama Dato Sri Tahir, konglomerat pemilik grup bisnis Mayapada tengah jadi sorotan. Pengangkatannya sebagai penasihat Panglima TNI bidang ekonomi dan kesejahteraan, menuai polemik. Pengamat dan beberapa anggota Komisi I, komisi yang menjadi mitra kerja TNI di parlemen, mengkritik keras pengangkatan Tahir.
Panglima TNI, Jenderal Moeldoko sendiri beralasan, pengangkatan Tahir, demi membantunya untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit. Karena kesejahteraan prajurit menjadi salah satu kewajibannya sebagai orang nomor satu di institusi tentara tersebut. Tahir diangkat, karena dianggap sosok yang tepat, selain sebagai konglomerat, Tahir juga juga seorang filantropis.
Lalu siapa sebenarnya Tahir, penasehat Panglima TNI itu?
Nama Dato Sri Tahir, sebenarnya tak terlalu familiar di telinga publik. Namanya,mulai mencuat ketika ia masuk dalam daftar 48 Heroes of Philanthropy Asia yang dilansir Majalah Forbes, bersama Jusuf Kalla, Irwan Hidayat dan Anne Avantie. Namun, meski dicatat oleh Majalah Forbes, nama Tahir hanya mencuat samar-samar. Baru, ketika ia 'mendatangkan' Bill Gates ke Indonesia, namanya banyak disebut.
Tapi memang, nama Tahir tetap tak setenar para politisi. Tahir memang tak banyak bicara. Mungkin, baru kali ini, ketika pengangkatannya sebagai penasihat Panglima, nama Tahir ramai dibicarakan. Kiprah Tahir sendiri sejak ia memutuskan pensiun dari kegiatan bisnisnya, lebih banyak tercurah pada kegiatan sosial dan kemanusian.
Lewat Tahir Foundation, lembaga sosial kemanusiaan yang didirikannya, ia banyak aktif di bidang sosial dan kemanusiaan. Banyak kegiatan kedermawanan yang ia lakukan, mulai dari memberi beasiswa, hingga membantu pengobatan para penderita kanker dari kalangan kurang mampu.
Pemilik nama Dato Sri Tahir itu, bukan pengusaha yang langsung kaya karena menjadi pewaris imperium bisnis keluarga. Justru, lelaki yang lahir di Surabaya, 26 Maret 1952 itu pernah merasakan pahitnya getir kemiskinan.
Tahir datang dari keluarga tak mampu. Ayahnya hanya seorang pembuat becak di Surabaya, yang banting tulang membesarkan anak-anaknya.
Tahir muda, pernah punya cerita pahit. Cita-citanya yang ingin jadi dokter kandas, karena sang ayah didera sakit. Ia pun, balik badan mengambil alih usaha keluarga. Dan, kini Tahir menjadi orang sukses. Bahkan, Tahir pernah tercatat sebagai orang paling tajir di Indonesia urutan ke 12.
Kedatangan Bill Gates sendiri ke tanah air, dengan status filantropis ketika itu, tak lepas dari peran seorang Dato Sri Tahir. Lewat lembaga Tahir Foundation, ia banyak menggelontorkan dana bantuan. Bekerjasama dengan lembaga donor kemanusiaan milik bos Microsoft, Bill and Melinda Gates Foundation, itu, menyumbangkan pundi uangnya untuk program sosial kemanusiaan di tanah air.
Sumbangannya pun terbilang fantastis. Tahir mendonasikan uangnya sebesar USD 100 juta , atau setara Rp 1,1 trilyun. Jumlah yang terbilang jumbo untuk sumbangan sosial kemanusiaan. Uang itu ia berikan ke lembaga donor milik Bill Gates. Bill and Melinda Gates Foundation sendiri kemudian melipat gandakan sumbangan itu dua kali lipatnya.
Pola amal itu merupakan bagian dari program match plan yang ditawarkan yayasan amal milik orang terkaya di dunia itu. Artinya sumbangan dari Tahir, dilipatgandakan menjadi USD 200 juta . Donasi itu, 75 persennya diperuntukan untuk memerangi penyakit malaria, TBC, dan HIV di Indonesia.
Lewat rumah sakit Mayapada yang didirikannya, Tahir juga tak segan mengulurkan tangan. Saat peresmiannya, RS Mayapada memberi pelayanan operasi jantung gratis bagi 100 pasien dari kalangan tidak mampu.
Sumbangan yang paling fenomenal, tentunya ketika ia menyumbang kepada lembaga kemanusiaan milik Bill Gates. Sampai-sampai bos Microsoft itu memujinya sebagai contoh filantropis Indonesia dan regional yang fenomenal.
Untuk fokus dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, Tahir pun memutuskan 'pensiun' dari kegiatan bisnisnya. Ia sudah berkomitmen untuk menjadi pegiat sosial sepenuhnya.
Kini Tahir tengah disorot. Pengangkatannya sebagai penasihat Panglima TNI, menuai pro kontra. Banyak yang menganggap Panglima menyalahi aturan, dengan mengangkat pengusaha sebagai penasihat.
Tahir memang gemar 'menyumbang'. Beberapa waktu lalu, ia berkomitmen menghibahkan 10 bus untuk Pemerintah Provinsi Jakarta. Kini, ia pun setelah diangkat menjadi penasihat orang nomor satu di TNI, dia berkomitmen untuk membangun 1000 rumah untuk prajurit TNI.
"Pemikiran saya di tiap provinsi kita bisa bangun rumah prajurit untuk 3 angkatan darat laut dan udara. Tiap provinsi ya. Kita rencana mungkin setiap provinsi 500 (unit rumah) dibagi 3 angkatan. Kita akan keliling ke provinsi atas persetujuan dari Pangab," kata Tahir saat diwawancarai wartawan usai pengangkatannya sebagai penasihat Panglima TNI di Mabes TNI Cilangkap , Jakarta Timur, Kamis (18/9/2014).
"Belum kepikir (total anggaran). Saya itu kalau ngurusi sosial jarang kepikir anggarannya. Semampu kita. Kita kan makan minum di negeri ini. Logika saja, Bahwa kalau hari ini saya bisa bekerja untuk masyarakat seluas-luasnya adalah kehormatan besar dan sukacita untuk saya," ujar Tahir saat ditanya soal anggaran yang akan digunakan untuk membangun 1000 rumah untuk prajurit TNI.
Tapi kini, Tahir tidak sedang dipuji, namun menuai hujan kritikan, karena pengangkatannya sebagai penasehat Panglima TNI. Panglima TNI pun didesak untuk memberikan penjelasan soal alasan mengangkat Tahir sebagai penasihat.
0 komentar:
Post a Comment