Moziah Bridges, Pengusaha Cilik Berpenghasilan Rp 1 Miliar
MEMPHIS — Usia bukan menjadi penghalang seseorang untuk sukses dalam kehidupannya. Salah satu contohnya adalah Moziah "Mo" Bridges (11), yang pada usianya yang sangat belia sukses mengelola perusahaan produsen dasi kupu-kupu.
Kesukaannya akan dasi kupu-kupu sudah dimulai sejak Mo berusia empat tahun. Dia selalu ingin berdandan rapi, lengkap dengan dasi kupu-kupu ke mana pun dia pergi, bahkan saat harus pergi ke toko sambil menunggang sepedanya.
"Saya senang berdandan rapi. Saya merasa nyaman mengenakan pakaian rapi. Itu membuat saya merasa menjadi seorang yang penting," kata Mo.
Bocah asal Memphis, Tennessee, ini kemudian mulai menjahit sendiri dasi kupu-kupunya saat berusia sembilan tahun. Awalnya, karena dia tak bisa menemukan dasi kupu-kupu yang sesuai dengan seleranya.
Dengan bantuan sang nenek yang mengajarinya cara menjahit, Mo kemudian merancang dan membuat sendiri dasi kupu-kupunya. Namun, dasi kupu-kupu pertama buatannya tidak terlalu bagus dan bahkan Mo sendiri mengatakan bahwa dasi itu hanya cocok dikenakan para badut sirkus.
Kegagalan itu justru memicu Mo belajar lebih giat. Dengan menggunakan mesin jahit milik neneknya, Mo terus berlatih hingga kemampuannya meningkat.
Akhirnya, sang nenek membelikannya sebuah mesin jahit sehingga Mo bisa semakin mengasah kemampuannya menjahit. Hanya dalam hitungan bulan, Mo sudah memiliki koleksi 30 model dasi kupu-kupu. Kegiatan Mo merancang dan membuat dasi kupu-kupu itu mendapat perhatian dari keluarganya.
"Mereka memuji saat saya mengenakan dasi kupu-kupu itu dan bahkan menginginkan dasi itu. Jadi saya pikir mengapa tak menjualnya saja," papar bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu.
Saat itulah pada 2011, Mo mendirikan perusahaannya sendiri, Mo's Bows. Awalnya ibu dan neneknya ikut menjahit dasi itu yang kemudian dijual ke kalangan teman dan keluarga.
Tak diduga, bisnis dasi Mo berkembang lewat promosi di media sosial dan kabar dari mulut ke mulut. Semakin hari produksi dasi Mo's Bows terus bertambah sehingga dia harus menambah karyawan.
Kini, seorang nenek Mo yang lain, beberapa bibi, sepupu, dan teman duduk di meja makan kediaman Mo untuk membantunya membuat dasi kupu-kupu. Kadang-kadang Mo berjalan mengitari meja itu untuk "mengawasi" para karyawannya.
Kini Mo bahkan tak lagi menggunakan kain-kain lama milik neneknya. Mo juga sudah menggunakan bahan-bahan baru untuk dasi kupu-kupunya, termasuk sutra dan satin. Lalu berapa penghasilan Mo dari bisnis ini? Sejak memulai bisnisnya pada 2011, penghasilannya terus meningkat.
Pada tahun pertama, keuntungannya baru sekitar 10.000 dollar AS atau sekitar Rp 120 juta. Namun, pada tahun ketiga, keuntungan Mo sudah berlipat hingga mencapai 90.000 dollar atau lebih dari Rp 1 miliar.
Dengan penghasilannya ini, Mo bisa menggaji pegawainya dan menyisihkan uang untuk biaya kuliahnya kelak. Bahkan Mo sudah mulai memikirkan kegiatan amal dengan memulai program "Go Mo's Summer Camp".
Ini adalah semacam program beasiswa untuk mengirim anak-anak tidak mampu ke kamp-kamp pelatihan musim panas. Meski sudah menjelma menjadi seorang pengusaha muda, Mo menyatakan kesuksesannya adalah berkat dukungan Tramica, bundanya.
"Ibu selalu mendorong dan memberi motivasi agar saya terus maju. Saya sangat beruntung mendapatkan dukungan banyak orang sehingga bisnis ini bisa berjalan," tambah bocah itu.
MEMPHIS — Usia bukan menjadi penghalang seseorang untuk sukses dalam kehidupannya. Salah satu contohnya adalah Moziah "Mo" Bridges (11), yang pada usianya yang sangat belia sukses mengelola perusahaan produsen dasi kupu-kupu.
Kesukaannya akan dasi kupu-kupu sudah dimulai sejak Mo berusia empat tahun. Dia selalu ingin berdandan rapi, lengkap dengan dasi kupu-kupu ke mana pun dia pergi, bahkan saat harus pergi ke toko sambil menunggang sepedanya.
"Saya senang berdandan rapi. Saya merasa nyaman mengenakan pakaian rapi. Itu membuat saya merasa menjadi seorang yang penting," kata Mo.
Bocah asal Memphis, Tennessee, ini kemudian mulai menjahit sendiri dasi kupu-kupunya saat berusia sembilan tahun. Awalnya, karena dia tak bisa menemukan dasi kupu-kupu yang sesuai dengan seleranya.
Dengan bantuan sang nenek yang mengajarinya cara menjahit, Mo kemudian merancang dan membuat sendiri dasi kupu-kupunya. Namun, dasi kupu-kupu pertama buatannya tidak terlalu bagus dan bahkan Mo sendiri mengatakan bahwa dasi itu hanya cocok dikenakan para badut sirkus.
Kegagalan itu justru memicu Mo belajar lebih giat. Dengan menggunakan mesin jahit milik neneknya, Mo terus berlatih hingga kemampuannya meningkat.
Akhirnya, sang nenek membelikannya sebuah mesin jahit sehingga Mo bisa semakin mengasah kemampuannya menjahit. Hanya dalam hitungan bulan, Mo sudah memiliki koleksi 30 model dasi kupu-kupu. Kegiatan Mo merancang dan membuat dasi kupu-kupu itu mendapat perhatian dari keluarganya.
"Mereka memuji saat saya mengenakan dasi kupu-kupu itu dan bahkan menginginkan dasi itu. Jadi saya pikir mengapa tak menjualnya saja," papar bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu.
Saat itulah pada 2011, Mo mendirikan perusahaannya sendiri, Mo's Bows. Awalnya ibu dan neneknya ikut menjahit dasi itu yang kemudian dijual ke kalangan teman dan keluarga.
Tak diduga, bisnis dasi Mo berkembang lewat promosi di media sosial dan kabar dari mulut ke mulut. Semakin hari produksi dasi Mo's Bows terus bertambah sehingga dia harus menambah karyawan.
Kini, seorang nenek Mo yang lain, beberapa bibi, sepupu, dan teman duduk di meja makan kediaman Mo untuk membantunya membuat dasi kupu-kupu. Kadang-kadang Mo berjalan mengitari meja itu untuk "mengawasi" para karyawannya.
Kini Mo bahkan tak lagi menggunakan kain-kain lama milik neneknya. Mo juga sudah menggunakan bahan-bahan baru untuk dasi kupu-kupunya, termasuk sutra dan satin. Lalu berapa penghasilan Mo dari bisnis ini? Sejak memulai bisnisnya pada 2011, penghasilannya terus meningkat.
Pada tahun pertama, keuntungannya baru sekitar 10.000 dollar AS atau sekitar Rp 120 juta. Namun, pada tahun ketiga, keuntungan Mo sudah berlipat hingga mencapai 90.000 dollar atau lebih dari Rp 1 miliar.
Dengan penghasilannya ini, Mo bisa menggaji pegawainya dan menyisihkan uang untuk biaya kuliahnya kelak. Bahkan Mo sudah mulai memikirkan kegiatan amal dengan memulai program "Go Mo's Summer Camp".
Ini adalah semacam program beasiswa untuk mengirim anak-anak tidak mampu ke kamp-kamp pelatihan musim panas. Meski sudah menjelma menjadi seorang pengusaha muda, Mo menyatakan kesuksesannya adalah berkat dukungan Tramica, bundanya.
"Ibu selalu mendorong dan memberi motivasi agar saya terus maju. Saya sangat beruntung mendapatkan dukungan banyak orang sehingga bisnis ini bisa berjalan," tambah bocah itu.
0 komentar:
Post a Comment