Di Mana Kini Hudea, Bocah Suriah yang Membuat Dunia Tersentuh?
Jakarta - Identitas bocah berpipi tembam yang mengangkat tangan tanda menyerah karena mengira kamera fotografer yang membidiknya adalah senjata laras panjang, telah terkuak. Hudea, nama bocah Suriah berusia 4 tahun itu. Di mana dia sekarang?
Foto bocah yang membuat dunia tersentuh itu beredar luas di Twitter sejak akhir pekan lalu. BBC edisi 31 Maret 2013 melansir, ramainya peredaran foto bocah Suriah di dunia maya tidak lepas dari peran Nadia Abu Shaban. Jurnalis fotografer yang berbasis di Gaza, Palestina, itu menyebarkan foto tersebut melalui Twitter.
"Seorang jurnalis foto mengabadikan foto bocah Suriah ini. Bocah itu berpikir sang jurnalis foto menodongkan senjata, bukan kamera, sehingga dia menyerah," demikian tulis Nadia dalam akun Twitternya.
Lalu siapakah fotografer foto tersebut? Saat BBC menanyakan hal itu kepada Nadia Abu Shaban, dia mengaku dirinya bukan pengabadi momen tersebut. Dia juga tidak bisa menjelaskan identitas fotografer yang mengambil foto itu.
Titik terang mulai muncul ketika seorang pengguna Imgur--situs khusus untuk berbagi foto--mengaitkan foto tersebut pada sebuah kliping surat kabar Turki. Nama fotografer dalam kliping foto itu ialah Osman Sağırlı.
Kamp Pengungsi
BBC kemudian melacak keberadaan Sağırlı. Pria itu kini bekerja di Tanzania dan foto tersebut dia abadikan saat meliput konflik Suriah untuk surat kabar Türkiye, Desember 2014 lalu.
Menurutnya, bocah yang dia bidik sebenarnya bocah perempuan bernama Hudea. Bocah berusia empat tahun itu ialah anak keluarga pengungsi di kamp pengungsian Atmeh di Suriah, sejauh 10 kilometer dari perbatasan Turki. Anak itu sampai di kamp bersama ibu dan dua saudara kandungnya setelah bepergian sejauh 150 kilometer dari rumah mereka di Kota Hama, Suriah.
“Saat itu saya menggunakan lensa tele dan dia mengiranya itu senjata. Saya sadar dia amat takut ketika saya mengambil foto karena dia menggigit bibirnya dan mengangkat kedua tangannya. Umumnya anak-anak lari dan menyembunyikan wajah mereka atau tersenyum saat melihat kamera,” ujar Sağırlı.
Di Mana Sekarang Hudea?
Lalu di mana sekarang Hudea berada? Media Inggris, Daily Mail, edisi Jumat 3 April 2015 menyebut Hudea, ibunya dan tiga saudaranya yang lain tinggal di kamp pengungsian Suriah sejak ayah Hudea terbunuh dalam pembantaian oleh rezim penguasa di Hama pada 2012.
Namun dua minggu lalu, keluarga itu memutuskan untuk pindah ke selatan, ke arah wilayah Idlib. Idlib akhir pekan lalu telah jatuh ke pasukan pejuang oposisi, termasuk Front al-Nusra.
Perang saudara Suriah, yang dimulai empat tahun lalu, telah menewaskan lebih 200.000 warga Suriah dan membuat 11 juta orang harus mengungsi.
Perang tentu merupakan peristiwa traumatis bagi anak-anak termasuk Hudea, yang langsung mengangkat tangan tanda menyerah ketika melihat kamera tele.
Lewat anak-anak pulalah penderitaan akibat perang lebih terasa menyayat hati. "Lebih mengena melihat derita mereka bukan melalui orang dewasa tapi melalui anak-anak. Sebab anak-anak yang memancarkan perasaan mereka dengan keluguan,” ujar Osman Sağırlı.
Anak-anak yang polos tentu tidak dapat memahami mengapa perang terjadi, namun sorot matanya merangkum ketakutan dan kengerian hidup di tengah-tengah kekerasan.
Semoga Hudea dan jutaan anak-anak di daerah perang segera meraih kedamaian.
Jakarta - Identitas bocah berpipi tembam yang mengangkat tangan tanda menyerah karena mengira kamera fotografer yang membidiknya adalah senjata laras panjang, telah terkuak. Hudea, nama bocah Suriah berusia 4 tahun itu. Di mana dia sekarang?
Foto bocah yang membuat dunia tersentuh itu beredar luas di Twitter sejak akhir pekan lalu. BBC edisi 31 Maret 2013 melansir, ramainya peredaran foto bocah Suriah di dunia maya tidak lepas dari peran Nadia Abu Shaban. Jurnalis fotografer yang berbasis di Gaza, Palestina, itu menyebarkan foto tersebut melalui Twitter.
"Seorang jurnalis foto mengabadikan foto bocah Suriah ini. Bocah itu berpikir sang jurnalis foto menodongkan senjata, bukan kamera, sehingga dia menyerah," demikian tulis Nadia dalam akun Twitternya.
Lalu siapakah fotografer foto tersebut? Saat BBC menanyakan hal itu kepada Nadia Abu Shaban, dia mengaku dirinya bukan pengabadi momen tersebut. Dia juga tidak bisa menjelaskan identitas fotografer yang mengambil foto itu.
Titik terang mulai muncul ketika seorang pengguna Imgur--situs khusus untuk berbagi foto--mengaitkan foto tersebut pada sebuah kliping surat kabar Turki. Nama fotografer dalam kliping foto itu ialah Osman Sağırlı.
Kamp Pengungsi
BBC kemudian melacak keberadaan Sağırlı. Pria itu kini bekerja di Tanzania dan foto tersebut dia abadikan saat meliput konflik Suriah untuk surat kabar Türkiye, Desember 2014 lalu.
Menurutnya, bocah yang dia bidik sebenarnya bocah perempuan bernama Hudea. Bocah berusia empat tahun itu ialah anak keluarga pengungsi di kamp pengungsian Atmeh di Suriah, sejauh 10 kilometer dari perbatasan Turki. Anak itu sampai di kamp bersama ibu dan dua saudara kandungnya setelah bepergian sejauh 150 kilometer dari rumah mereka di Kota Hama, Suriah.
“Saat itu saya menggunakan lensa tele dan dia mengiranya itu senjata. Saya sadar dia amat takut ketika saya mengambil foto karena dia menggigit bibirnya dan mengangkat kedua tangannya. Umumnya anak-anak lari dan menyembunyikan wajah mereka atau tersenyum saat melihat kamera,” ujar Sağırlı.
Di Mana Sekarang Hudea?
Lalu di mana sekarang Hudea berada? Media Inggris, Daily Mail, edisi Jumat 3 April 2015 menyebut Hudea, ibunya dan tiga saudaranya yang lain tinggal di kamp pengungsian Suriah sejak ayah Hudea terbunuh dalam pembantaian oleh rezim penguasa di Hama pada 2012.
Namun dua minggu lalu, keluarga itu memutuskan untuk pindah ke selatan, ke arah wilayah Idlib. Idlib akhir pekan lalu telah jatuh ke pasukan pejuang oposisi, termasuk Front al-Nusra.
Perang saudara Suriah, yang dimulai empat tahun lalu, telah menewaskan lebih 200.000 warga Suriah dan membuat 11 juta orang harus mengungsi.
Perang tentu merupakan peristiwa traumatis bagi anak-anak termasuk Hudea, yang langsung mengangkat tangan tanda menyerah ketika melihat kamera tele.
Lewat anak-anak pulalah penderitaan akibat perang lebih terasa menyayat hati. "Lebih mengena melihat derita mereka bukan melalui orang dewasa tapi melalui anak-anak. Sebab anak-anak yang memancarkan perasaan mereka dengan keluguan,” ujar Osman Sağırlı.
Anak-anak yang polos tentu tidak dapat memahami mengapa perang terjadi, namun sorot matanya merangkum ketakutan dan kengerian hidup di tengah-tengah kekerasan.
Semoga Hudea dan jutaan anak-anak di daerah perang segera meraih kedamaian.
0 komentar:
Post a Comment