Kisah Pemilik Porsche yang Kini Jadi Gelandangan
DARWIN — Di masa jayanya, Cameron Hunter tinggal di rumah mewah, mengendarai mobil Porsche jenis sport, serta merupakan pemilik perusahaan. Kini ia hidup di penampungan kaum gelandangan di Darwin, Australia.
"Saya telah mencapai keberhasilan dalam hidup saya. Namun, situasi memang bisa berbalik drastis," ucap Hunter kepada ABC.
Kini ia merupakan pria tanpa rumah dan terpaksa tinggal di sebuah penampungan untuk gelandangan di kota Darwin.
Salah satu bukti sisa kejayaan hidupnya adalah sebuah foto dari tahun 1997. Di situ Hunter berpose dengan mobil kesayangannya, sebuah Porsche warna biru.
Tidak lama sesudah foto tersebut diambil, Hunter menjual mobilnya, dan pelan tetapi pasti terjatuh ke dalam hidup yang kini membuatnya menjadi gelandangan di ibu kota Northern Territory tersebut.
"Rasanya seperti kematian yang datang pelan-pelan," tuturnya.
"Ibarat main catur, setiap saat saya terjatuh ke situasi yang buruk dan semakin memburuk. Sudah tujuh kali saya mengalami situasi hanya memiliki pakaian di badan," tambah Hunter.
Hunter berasal dari Selandia Baru, yang ia tinggalkan di saat usianya 20-an tahun setelah menjual mobil kesayangannya dan memutuskan memulai hidup baru.
Ia bepergian ke Eropa dan menjadi gelandangan di Perancis selama dua tahun. Entah bagaimana caranya, ia kemudian tinggal di Thailand, tetapi belakangan dideportasi setelah dua tahun di negara itu.
"Saya dideportasi ke Australia, disambut oleh petugas di bandara, yang kemudian mencarikan tempat tinggal buat saya," tuturnya.
Hunter akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan di pertambangan Kalgoorlie di Australia Barat dan bisa membeli rumah.
Namun, nasib buruk kembali menerpanya. Ia mengemplang kredit rumahnya karena kehilangan pekerjaan.
"Saya sakit pinggang dan akhirnya tidak bisa bekerja. Dua tahun dalam situasi demikian," tambah Hunter.
Ia tiba di Darwin tahun 2003 dan sejak itu kadang bekerja kadang menganggur.
Sejak tahun lalu, Hunter mengajukan permohonan untuk mendapatkan tempat tinggal di penampungan Bahkita Centre di Darwin.
Tempat itu dikelola oleh badan amal St Vincent de Paul yang menyiapkan kamar tidur bagi para gelandangan.
Sejak tinggal di tempat itu, Hunter kembali belajar dan kini mulai bekerja sambilan.
"Saya ingin membangun kembali hidup saya, menemukan jati diri saya kembali," katanya.
"Masih panjang perjalanan ke depan karena saya baru 40-an tahun, dan kini saya tahu apa yang ingin saya lakukan dan bagaimana melakukannya," tambah Hunter.
Di Northern Territory tercatat 15.500 gelandangan yang hidup tanpa rumah, pada umumnya merupakan warga aborigin.
DARWIN — Di masa jayanya, Cameron Hunter tinggal di rumah mewah, mengendarai mobil Porsche jenis sport, serta merupakan pemilik perusahaan. Kini ia hidup di penampungan kaum gelandangan di Darwin, Australia.
"Saya telah mencapai keberhasilan dalam hidup saya. Namun, situasi memang bisa berbalik drastis," ucap Hunter kepada ABC.
Kini ia merupakan pria tanpa rumah dan terpaksa tinggal di sebuah penampungan untuk gelandangan di kota Darwin.
Salah satu bukti sisa kejayaan hidupnya adalah sebuah foto dari tahun 1997. Di situ Hunter berpose dengan mobil kesayangannya, sebuah Porsche warna biru.
Tidak lama sesudah foto tersebut diambil, Hunter menjual mobilnya, dan pelan tetapi pasti terjatuh ke dalam hidup yang kini membuatnya menjadi gelandangan di ibu kota Northern Territory tersebut.
"Rasanya seperti kematian yang datang pelan-pelan," tuturnya.
"Ibarat main catur, setiap saat saya terjatuh ke situasi yang buruk dan semakin memburuk. Sudah tujuh kali saya mengalami situasi hanya memiliki pakaian di badan," tambah Hunter.
Hunter berasal dari Selandia Baru, yang ia tinggalkan di saat usianya 20-an tahun setelah menjual mobil kesayangannya dan memutuskan memulai hidup baru.
Ia bepergian ke Eropa dan menjadi gelandangan di Perancis selama dua tahun. Entah bagaimana caranya, ia kemudian tinggal di Thailand, tetapi belakangan dideportasi setelah dua tahun di negara itu.
"Saya dideportasi ke Australia, disambut oleh petugas di bandara, yang kemudian mencarikan tempat tinggal buat saya," tuturnya.
Hunter akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan di pertambangan Kalgoorlie di Australia Barat dan bisa membeli rumah.
Namun, nasib buruk kembali menerpanya. Ia mengemplang kredit rumahnya karena kehilangan pekerjaan.
"Saya sakit pinggang dan akhirnya tidak bisa bekerja. Dua tahun dalam situasi demikian," tambah Hunter.
Ia tiba di Darwin tahun 2003 dan sejak itu kadang bekerja kadang menganggur.
Sejak tahun lalu, Hunter mengajukan permohonan untuk mendapatkan tempat tinggal di penampungan Bahkita Centre di Darwin.
Tempat itu dikelola oleh badan amal St Vincent de Paul yang menyiapkan kamar tidur bagi para gelandangan.
Sejak tinggal di tempat itu, Hunter kembali belajar dan kini mulai bekerja sambilan.
"Saya ingin membangun kembali hidup saya, menemukan jati diri saya kembali," katanya.
"Masih panjang perjalanan ke depan karena saya baru 40-an tahun, dan kini saya tahu apa yang ingin saya lakukan dan bagaimana melakukannya," tambah Hunter.
Di Northern Territory tercatat 15.500 gelandangan yang hidup tanpa rumah, pada umumnya merupakan warga aborigin.
0 komentar:
Post a Comment