Singapore Sports Institute, dari Dapur hingga Ruang "Mata-mata"
SINGAPURA - Grafik menanjak ditunjukkan Singapura pada cabang olahraga Kano pada SEA Games 2015. Negeri Singa memuncaki klasemen perolehan medali cabang kano dengan 12 medali, tujuh di antaranya adalah emas.
Padahal, medali emas bak barang langka untuk atlet kano Singapura. Pada SEA Games 2011 dan 2013, atlet-atlet Kano hanya berhasil mengumpulkan dua emas.
Apa resep di balik kesuksesan tersebut? Sains olahraga-lah salah satu jawabannya. Hal itu diakui oleh Stephanie Chen, salah satu atlet kano Singapura yang meraih medali emas di nomor K2-500 meter.
"Sejumlah pertolongan Departemen Sains Olahraga dari Singapore Sports Institute membantu kami untuk memperbaiki kekurangan pada SEA Games sebelumnya. Menurutku, faktor ini menjadi perbedaan besar," katanya seperti dilansir dari Today.
Singapore Sports Institute (SSI) memang jadi tumpuan atlet-atlet tuan rumah pada SEA Games 2015. Departemen Olahraga SSI memberikan masukan serta pengetahuan hal fundamental olahraga, mulai dari statistik, aspek medis, hingga nutrisi. Demikian halnya dengan teknologi yang turut serta membantu atlet untuk mendongkrak performanya.
Kompas.com mendapat kesempatan mengunjungi markas SSI di sela acara Nike Football Event Hypervenom II, di Singapura,. Kompas.com bersama para wartawan dari berbagai negara Asia Tenggara pun dibuat takjub dengan begitu kompletnya fasilitas olahraga di sana.
Kamar ganti atlet menjadi titik kunjungan pertama. Ada sekitar sepuluh kamar mandi, lima wastafel, dan lima loker di area ini. Menurut pengamatan Kompas.com, mulai dari toilet, lantai, dan cermin benar-benar dijaga kebersihannya.
Saat keluar dari ruang ganti, alat-alat gym untuk meningkatkan fisik serta stamina atlet. Tak satu pun terpakai lantaran para atlet sedang tak aktif karena menjalani masa rehat setelah perhelatan SEA Games. Namun, suasana tetap terasa nyaman karena alat-alat tersebut tertata rapi.
Setelah melihat-lihat sebentar, rombongan kemudian diantarkan menuju ruang rekreasi dan human performance laboratory. Kunjungan di ruangan terakhir memakan cukup banyak waktu karena memang banyak hal yang mengundang rasa ingin tahu rombongan.
Human performance laboratory memuat beberapa alat gym yang terkoneksi dengan komputer. Menurut Dr Ihsan Abdullah selaku Sports Physiologist SSI, penggunaan teknologi di ruangan ini bertujuan untuk mendata hasil latihan para atlet.
Bahkan, di salah satu pojok ruangan terdapat fasilitas di mana atlet bisa berlatih dengan teknologi rekayasa cuaca. Teknologi tersebut dibuat lantaran Singapura mempunyai keterbatasan secara georafis.
Maklum, hampir seluruh daerah di Singapura merupakan dataran rendah. Titik tertinggi di Singapura cuma 164 meter, yaitu di Bukit Timah. Fasilitas di SSI, kata Ihsan, sangat membantu andai mereka melakukan persiapan jelang pertandingan di dataran tinggi yang notabene minim oksigen.
"Tempat ini bisa menjadi pengganti training camp," jelas Ihsan.
Dapur Kemandirian
Perjalanan kami kemudian dilanjutkan ke dapur atlet. Di ruangan itu terdapat enam meja besar. Masing-masing meja bisa diisi oleh dua orang. Ada pula wastafel lengkap dengan peralatan cuci piring di setiap meja.
Menariknya, ada sebuah papan tulis besar di dekat pintu masuk. Papan tersebut dipenuhi coretan spidol soal menu makanan dan kandungan nutrisinya. Ternyata, para atlet Singapura tidak hanya dijejali menu penuh gizi, tetapi juga diajari berkreasi mengolah bahan makanan sendiri.
"Mereka (atlet) harus pergi ke banyak tempat ketika menjalani kejuaraan. Jadi, mereka harus tahu apa yang dimakan. Lebih baik dan aman jika mereka bisa memasak sendiri," terang Associate Sports Dietician, Cheryl Teo.
Menurut Cheryl, tiap atlet selalu diingatkan untuk mengolah makanan sendiri pada setiap menu yang ingin dimakan. Misalnya untuk makanan standar, mereka diajarkan memasak healthy chicken rice dan beberapa resep sayuran.
"Sedangkan untuk masa pemulihan, atlet diminta memilih bahan rendah lemak dan serat. Mengonsumsi roti dengan selai juga sudah cukup," tambah Cherly.
Tak cuma mendidik atlet, para pakar nutrisi SSI juga dituntut memperkaya referensi resep. Pasalnya, markas SSI tak seperti kamp tentara di mana makanan untuk semua anggota diseragamkan.
"Kebutuhan nutrisi setiap atlet berbeda tergantung olahraga yang digelutinya," kata Cherly.
Ruang "mata-mata"
Pada sesi terakhir, kami digiring ke sebuah ruangan. Laiknya ruang kuliah, ada banyak kursi hitam, sebuah podium, dan proyektor. Tempat ini seperti menjadi ruang "mata-mata karena kerap digunakan untuk memantau permainan lawan.
Proyektor dinyalakan begitu kami sudah berada di dalam ruangan. Di layar kemudian terpampang playlist video yang merekam seluruh pertandingan SEA Games, baik yang dijalani atlet Singapura maupun calon lawan.
"Kami punya dua kamera lebih banyak ketimbang stasiun televisi yang menyiarkan pertandingan secara live," kata Executive HPS Analytics Department, Nicole Chua.
Nicole menjelaskan, ada banyak momen pada setiap pertandingan. Oleh karena itu, staf SSI menyortirnya menjadi momen-momen krusial seperti proses gol, termasuk dalam bentuk rekaman lambat.
Selain atlet, staf SSI juga memanjakan pelatih dengan sejumlah data statistik yang sangat detail. Kompas.com bersama wartawan lainnya sempat ditunjukkan beberapa aspek yang dicatat dalam sebuah pertandingan sepak bola.
Untuk catatan operan saja, ada lima bagian, yaitu yang berbuah gol, diblok, tak tepat sasaran, membentur lawan atau keluar lapangan. Ruangan ini menjadi favorit bagi pelatih yang gemar dengan rekaman video, seperti halnya manajer Chelsea, Jose Mourinho. Melalui bantuan data dari SSI, mereka bisa mengetahui kekurangan lawan sehingga bisa menentukan strategi yang tepat.
Nicole mengungkapkan, hampir setiap pelatih cabang olahraga di Singapura puas dengan hasil pantauan SSI. Menurut dia, mereka selalu datang satu hari sebelum atau sesudah pertandingan untuk berkoordinasi serta meminta masukan agar dapat meraih hasil maksimal di tiap laga yang dijalaninya.
"Ketika muda, saya telah belajar hal fundamental dalam olahraga bola basket. Anda dapat memiliki semua kemampuan fisik di dunia, tetapi Anda harus tetap mengerti hal fundamental di tiap bidang olahraga." - Michael Jordan.
SINGAPURA - Grafik menanjak ditunjukkan Singapura pada cabang olahraga Kano pada SEA Games 2015. Negeri Singa memuncaki klasemen perolehan medali cabang kano dengan 12 medali, tujuh di antaranya adalah emas.
Padahal, medali emas bak barang langka untuk atlet kano Singapura. Pada SEA Games 2011 dan 2013, atlet-atlet Kano hanya berhasil mengumpulkan dua emas.
Apa resep di balik kesuksesan tersebut? Sains olahraga-lah salah satu jawabannya. Hal itu diakui oleh Stephanie Chen, salah satu atlet kano Singapura yang meraih medali emas di nomor K2-500 meter.
"Sejumlah pertolongan Departemen Sains Olahraga dari Singapore Sports Institute membantu kami untuk memperbaiki kekurangan pada SEA Games sebelumnya. Menurutku, faktor ini menjadi perbedaan besar," katanya seperti dilansir dari Today.
Singapore Sports Institute (SSI) memang jadi tumpuan atlet-atlet tuan rumah pada SEA Games 2015. Departemen Olahraga SSI memberikan masukan serta pengetahuan hal fundamental olahraga, mulai dari statistik, aspek medis, hingga nutrisi. Demikian halnya dengan teknologi yang turut serta membantu atlet untuk mendongkrak performanya.
Kompas.com mendapat kesempatan mengunjungi markas SSI di sela acara Nike Football Event Hypervenom II, di Singapura,. Kompas.com bersama para wartawan dari berbagai negara Asia Tenggara pun dibuat takjub dengan begitu kompletnya fasilitas olahraga di sana.
Kamar ganti atlet menjadi titik kunjungan pertama. Ada sekitar sepuluh kamar mandi, lima wastafel, dan lima loker di area ini. Menurut pengamatan Kompas.com, mulai dari toilet, lantai, dan cermin benar-benar dijaga kebersihannya.
Saat keluar dari ruang ganti, alat-alat gym untuk meningkatkan fisik serta stamina atlet. Tak satu pun terpakai lantaran para atlet sedang tak aktif karena menjalani masa rehat setelah perhelatan SEA Games. Namun, suasana tetap terasa nyaman karena alat-alat tersebut tertata rapi.
Setelah melihat-lihat sebentar, rombongan kemudian diantarkan menuju ruang rekreasi dan human performance laboratory. Kunjungan di ruangan terakhir memakan cukup banyak waktu karena memang banyak hal yang mengundang rasa ingin tahu rombongan.
Human performance laboratory memuat beberapa alat gym yang terkoneksi dengan komputer. Menurut Dr Ihsan Abdullah selaku Sports Physiologist SSI, penggunaan teknologi di ruangan ini bertujuan untuk mendata hasil latihan para atlet.
Bahkan, di salah satu pojok ruangan terdapat fasilitas di mana atlet bisa berlatih dengan teknologi rekayasa cuaca. Teknologi tersebut dibuat lantaran Singapura mempunyai keterbatasan secara georafis.
Maklum, hampir seluruh daerah di Singapura merupakan dataran rendah. Titik tertinggi di Singapura cuma 164 meter, yaitu di Bukit Timah. Fasilitas di SSI, kata Ihsan, sangat membantu andai mereka melakukan persiapan jelang pertandingan di dataran tinggi yang notabene minim oksigen.
"Tempat ini bisa menjadi pengganti training camp," jelas Ihsan.
Dapur Kemandirian
Perjalanan kami kemudian dilanjutkan ke dapur atlet. Di ruangan itu terdapat enam meja besar. Masing-masing meja bisa diisi oleh dua orang. Ada pula wastafel lengkap dengan peralatan cuci piring di setiap meja.
Menariknya, ada sebuah papan tulis besar di dekat pintu masuk. Papan tersebut dipenuhi coretan spidol soal menu makanan dan kandungan nutrisinya. Ternyata, para atlet Singapura tidak hanya dijejali menu penuh gizi, tetapi juga diajari berkreasi mengolah bahan makanan sendiri.
"Mereka (atlet) harus pergi ke banyak tempat ketika menjalani kejuaraan. Jadi, mereka harus tahu apa yang dimakan. Lebih baik dan aman jika mereka bisa memasak sendiri," terang Associate Sports Dietician, Cheryl Teo.
Menurut Cheryl, tiap atlet selalu diingatkan untuk mengolah makanan sendiri pada setiap menu yang ingin dimakan. Misalnya untuk makanan standar, mereka diajarkan memasak healthy chicken rice dan beberapa resep sayuran.
"Sedangkan untuk masa pemulihan, atlet diminta memilih bahan rendah lemak dan serat. Mengonsumsi roti dengan selai juga sudah cukup," tambah Cherly.
Tak cuma mendidik atlet, para pakar nutrisi SSI juga dituntut memperkaya referensi resep. Pasalnya, markas SSI tak seperti kamp tentara di mana makanan untuk semua anggota diseragamkan.
"Kebutuhan nutrisi setiap atlet berbeda tergantung olahraga yang digelutinya," kata Cherly.
Ruang "mata-mata"
Pada sesi terakhir, kami digiring ke sebuah ruangan. Laiknya ruang kuliah, ada banyak kursi hitam, sebuah podium, dan proyektor. Tempat ini seperti menjadi ruang "mata-mata karena kerap digunakan untuk memantau permainan lawan.
Proyektor dinyalakan begitu kami sudah berada di dalam ruangan. Di layar kemudian terpampang playlist video yang merekam seluruh pertandingan SEA Games, baik yang dijalani atlet Singapura maupun calon lawan.
"Kami punya dua kamera lebih banyak ketimbang stasiun televisi yang menyiarkan pertandingan secara live," kata Executive HPS Analytics Department, Nicole Chua.
Nicole menjelaskan, ada banyak momen pada setiap pertandingan. Oleh karena itu, staf SSI menyortirnya menjadi momen-momen krusial seperti proses gol, termasuk dalam bentuk rekaman lambat.
Selain atlet, staf SSI juga memanjakan pelatih dengan sejumlah data statistik yang sangat detail. Kompas.com bersama wartawan lainnya sempat ditunjukkan beberapa aspek yang dicatat dalam sebuah pertandingan sepak bola.
Untuk catatan operan saja, ada lima bagian, yaitu yang berbuah gol, diblok, tak tepat sasaran, membentur lawan atau keluar lapangan. Ruangan ini menjadi favorit bagi pelatih yang gemar dengan rekaman video, seperti halnya manajer Chelsea, Jose Mourinho. Melalui bantuan data dari SSI, mereka bisa mengetahui kekurangan lawan sehingga bisa menentukan strategi yang tepat.
Nicole mengungkapkan, hampir setiap pelatih cabang olahraga di Singapura puas dengan hasil pantauan SSI. Menurut dia, mereka selalu datang satu hari sebelum atau sesudah pertandingan untuk berkoordinasi serta meminta masukan agar dapat meraih hasil maksimal di tiap laga yang dijalaninya.
"Ketika muda, saya telah belajar hal fundamental dalam olahraga bola basket. Anda dapat memiliki semua kemampuan fisik di dunia, tetapi Anda harus tetap mengerti hal fundamental di tiap bidang olahraga." - Michael Jordan.
0 komentar:
Post a Comment