Pembuat Pembalut untuk Warga Miskin Raih Penghargaan
Organisasi Ansahu Gupta Membuat Handuk Pembalut Murah untuk Wanita India yang Tidak Mampu
NEW DELHI - Pria asal India bernama Ansahu Gupta menjadi salah satu penerima Penghargaan Ramon Magsaysay tahun ini. Organisasi Ansahu Gupta membuat handuk pembalut kebersihan murah untuk membantu 70% wanita India yang tidak mampu membeli barang tersebut.
Pemenang lainnya, Kommaly Chnathavong dari Laos, menghidupkan kembali seni kuno menenun sutra untuk membantu penciptaan ribuan pekerjaan bagi penduduk yang kehilangan tempat tinggal karena perang. Magsaysay tahun ini juga diberikan kepada seorang pegiat anti-korupsi India, warga Burma dan seorang warga Filipina.
Tahun 2014, Saur Marlina Manurung yang dikenal sebagai Butet 'Sokola Rimba', mendapatkan penghargaan ini karena menggagas pendidikan untuk anak-anak suku asli yang tinggal di pedalaman rimba Jambi. Sementara, pada 2013, KPK mendapatkan Magsaysay, yang dipandang sebagai Hadiah Nobel versi Asia, karena dinilai sukses melakukan kampanye anti korupsi di Indonesia.
Sebagaimana diberitakan BBC, hadiah dari Filipina ini mulai diberikan pada tahun 1957 untuk menghormati orang atau kelompok yang mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
Organisasi Ansahu Gupta Membuat Handuk Pembalut Murah untuk Wanita India yang Tidak Mampu
NEW DELHI - Pria asal India bernama Ansahu Gupta menjadi salah satu penerima Penghargaan Ramon Magsaysay tahun ini. Organisasi Ansahu Gupta membuat handuk pembalut kebersihan murah untuk membantu 70% wanita India yang tidak mampu membeli barang tersebut.
Pemenang lainnya, Kommaly Chnathavong dari Laos, menghidupkan kembali seni kuno menenun sutra untuk membantu penciptaan ribuan pekerjaan bagi penduduk yang kehilangan tempat tinggal karena perang. Magsaysay tahun ini juga diberikan kepada seorang pegiat anti-korupsi India, warga Burma dan seorang warga Filipina.
Tahun 2014, Saur Marlina Manurung yang dikenal sebagai Butet 'Sokola Rimba', mendapatkan penghargaan ini karena menggagas pendidikan untuk anak-anak suku asli yang tinggal di pedalaman rimba Jambi. Sementara, pada 2013, KPK mendapatkan Magsaysay, yang dipandang sebagai Hadiah Nobel versi Asia, karena dinilai sukses melakukan kampanye anti korupsi di Indonesia.
Sebagaimana diberitakan BBC, hadiah dari Filipina ini mulai diberikan pada tahun 1957 untuk menghormati orang atau kelompok yang mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
0 komentar:
Post a Comment