Tas Kulit Ini Terbuat dari Ampas Sayur dan Buah
Sekelompok tim desain mahasiswa bernama Fruitleather Rotterdam membuat inovasi terbaru dengan menghadirkan tas kulit yang berasal dari bahan limbah sayur dan buah.
Jika dilihat sekilas, bahan tas ini tidak seperti terbuat dari ampas dan limbah organik sayuran serta buah.
Bahan kulit tak selamanya harus terbuat dari binatang asli. Sekelompok tim desain mahasiswa bernama Fruitleather Rotterdam membuat inovasi terbaru dengan menghadirkan tas kulit yang berasal dari bahan limbah dan ampas sayuran serta buah. Inspirasi membuat kulit dari bahan limbah organik yang dilakukan tercetus kala tim desain asal Belanda ini melihat banyaknya limbah makanan berserakan.
"Di akhir jam kerja, biasanya ada banyak sampah makanan yang terkadang masih dapat digunakan," ujar salah satu mahasiswa. Lantaran pihak pasar harus membayar 12 sen per kilo untuk limbahnya, pada akhirnya banyak sampah sayuran dan buah-buahan yang dibuang secara ilegal. "Dasar pikiran kami adalah jangan pernah membuang makanan. Kami memutuskan untuk memecahkan masalah ini dari sudut pandang seorang desainer," tambah salah satu tim desain Fruitleather Rotterdam ini.
Sayangnya tim desainer tak mau berbagi cara pembuatan limbah sayur dan buah hingga menjadi bahan layaknya sebuah material kulit. Namun untuk prosesnya, biasanya mereka mengumpulkan sampah dari daerah pasar di Rotterdam, menghancurkannya, kemudian menjemur, hingga akhirnya dipanaskan untuk menghilangkan bakteri yang menempel serta mencegah berkembangnya jamur. Setelah itu barulah melalui proses teknis yang dapat membentuk hasil olahan tersebut hingga tipis menyerupai bahan kulit.
Jika dilihat sekilas, orang-orang pasti tak akan tahu bahwa bahan tersebut terbuat dari limbah organik sayur dan buah. Saat ini produk fruitleather tengah diuji kekuatan serta ketahanannya. Tim mahasiswa desain yang tergabung di dalamnya berkata kalau ada hal lain yang ingin mereka raih dari munculnya inovasi fruitleather ini, "Kami ingin membangkitkan kesadaran atas masalah sisa makanan yang terbuang sia-sia dan kami juga ingin menunjukkan pada dunia bahwa ada solusi yang bisa dilakukan."
Sekelompok tim desain mahasiswa bernama Fruitleather Rotterdam membuat inovasi terbaru dengan menghadirkan tas kulit yang berasal dari bahan limbah sayur dan buah.
Jika dilihat sekilas, bahan tas ini tidak seperti terbuat dari ampas dan limbah organik sayuran serta buah.
Bahan kulit tak selamanya harus terbuat dari binatang asli. Sekelompok tim desain mahasiswa bernama Fruitleather Rotterdam membuat inovasi terbaru dengan menghadirkan tas kulit yang berasal dari bahan limbah dan ampas sayuran serta buah. Inspirasi membuat kulit dari bahan limbah organik yang dilakukan tercetus kala tim desain asal Belanda ini melihat banyaknya limbah makanan berserakan.
"Di akhir jam kerja, biasanya ada banyak sampah makanan yang terkadang masih dapat digunakan," ujar salah satu mahasiswa. Lantaran pihak pasar harus membayar 12 sen per kilo untuk limbahnya, pada akhirnya banyak sampah sayuran dan buah-buahan yang dibuang secara ilegal. "Dasar pikiran kami adalah jangan pernah membuang makanan. Kami memutuskan untuk memecahkan masalah ini dari sudut pandang seorang desainer," tambah salah satu tim desain Fruitleather Rotterdam ini.
Sayangnya tim desainer tak mau berbagi cara pembuatan limbah sayur dan buah hingga menjadi bahan layaknya sebuah material kulit. Namun untuk prosesnya, biasanya mereka mengumpulkan sampah dari daerah pasar di Rotterdam, menghancurkannya, kemudian menjemur, hingga akhirnya dipanaskan untuk menghilangkan bakteri yang menempel serta mencegah berkembangnya jamur. Setelah itu barulah melalui proses teknis yang dapat membentuk hasil olahan tersebut hingga tipis menyerupai bahan kulit.
Jika dilihat sekilas, orang-orang pasti tak akan tahu bahwa bahan tersebut terbuat dari limbah organik sayur dan buah. Saat ini produk fruitleather tengah diuji kekuatan serta ketahanannya. Tim mahasiswa desain yang tergabung di dalamnya berkata kalau ada hal lain yang ingin mereka raih dari munculnya inovasi fruitleather ini, "Kami ingin membangkitkan kesadaran atas masalah sisa makanan yang terbuang sia-sia dan kami juga ingin menunjukkan pada dunia bahwa ada solusi yang bisa dilakukan."
0 komentar:
Post a Comment