Kenalan dengan 'Bocah Ajaib' yang Tolak Duit Rp 399 Miliar
Jakarta - Tak ada yang mencolok dari sosok Taylor Rosenthal. Ia seperti remaja kebanyakan, maklum usianya memang masih 14 tahun. Namun ternyata dia sudah memiliki perusahaan sendiri bernama RecMed.
RecMed membuat vending machine yang menyediakan produk pertolongan pertama semacam plester, kapas atau obat untuk luka luar. Ada yang sudah menawar startup ini senilai Rp 399 miliar, namun Taylor menolaknya. Berikut petikan wawancara dengannya dihimpun dari berbagai sumber.
Dari mana ide vending machine ini muncul?
Ada proyek di kelasku. Kami harus mengutarakan ide bisnis. Nah, setiap kali aku nonton turnamen bisbol di Alabama, aku melihat ada anak anak terluka dan orang tua tidak bisa menemukan obat untuk pertolongan pertama. Makanya aku ingin mencari solusinya.
Awalnya aku ingin membuat toko kecil di turnamen semacam itu untuk menjual perlengkapan pertolongan pertama. Namun ternyata itu bukan model terbaik.
Kami melihat ongkosnya akan terlalu besar untuk menggaji orang dengan gaji minimum yang duduk selama enam jam sepanjang turnamen. Jadi datanglah ide vending machine ini. Aku menggambar desainnya dan mencari saran pada orang tuaku.
Bayangkan Anda di taman bermain dan anak terluka karena jatuh. Nah daripada mengantre di toko, lebih baik ke mesin ini yang cepat dan mudah.
Sejauh mana perkembangannya?
Prototipenya sudah bisa bekerja sejak Desember lalu dan sudah ada patennya. Pembeli bisa memilih dua opsi. Paket pertolongan pertama untuk mengatasi masalah semacam terbakar matahari, terluka ringan atau kena sengatan lebah. Juga bisa dibeli sendiri sendiri.
Aku harap mesin ini segera dipasang. Utamanya di area yang banyak anak misalnya di taman bemain, stadion atau di pantai. Sudah ada pesanan seratus unit dari taman bermain Six Flags. Dan juga sudah ada pembicaraan dengan perusahaan lain.
Uangnya sendiri dihasilkan dari harga jual vending machine itu senilai USD 5.500 per unit dan mendapat fee dari barang yang dijual. Juga kalau mau bisa pasang iklan di mesin itu.
Kenapa menolak uang ratusan miliar dan apa rencanamu selanjutnya?
Waktu itu kupikir deal itu tidak tepat. Aku merasa ingin menumbuhkan perusahaanku sendiri dari awal, sehingga membuatku menolaknya. Tapi kalau sekarang ada yang menawari USD 50 juta aku akan menjualnya.
Di masa depan aku ingin mengejar impianku di bidang bisnis. Aku ingin pergi ke kampus Notre Dame karena mereka punya sekolah bisnis yang bagus. Aku juga punya ide bisnis lain tapi belum bisa kukatakan sekarang.
Jakarta - Tak ada yang mencolok dari sosok Taylor Rosenthal. Ia seperti remaja kebanyakan, maklum usianya memang masih 14 tahun. Namun ternyata dia sudah memiliki perusahaan sendiri bernama RecMed.
RecMed membuat vending machine yang menyediakan produk pertolongan pertama semacam plester, kapas atau obat untuk luka luar. Ada yang sudah menawar startup ini senilai Rp 399 miliar, namun Taylor menolaknya. Berikut petikan wawancara dengannya dihimpun dari berbagai sumber.
Dari mana ide vending machine ini muncul?
Ada proyek di kelasku. Kami harus mengutarakan ide bisnis. Nah, setiap kali aku nonton turnamen bisbol di Alabama, aku melihat ada anak anak terluka dan orang tua tidak bisa menemukan obat untuk pertolongan pertama. Makanya aku ingin mencari solusinya.
Awalnya aku ingin membuat toko kecil di turnamen semacam itu untuk menjual perlengkapan pertolongan pertama. Namun ternyata itu bukan model terbaik.
Kami melihat ongkosnya akan terlalu besar untuk menggaji orang dengan gaji minimum yang duduk selama enam jam sepanjang turnamen. Jadi datanglah ide vending machine ini. Aku menggambar desainnya dan mencari saran pada orang tuaku.
Bayangkan Anda di taman bermain dan anak terluka karena jatuh. Nah daripada mengantre di toko, lebih baik ke mesin ini yang cepat dan mudah.
Sejauh mana perkembangannya?
Prototipenya sudah bisa bekerja sejak Desember lalu dan sudah ada patennya. Pembeli bisa memilih dua opsi. Paket pertolongan pertama untuk mengatasi masalah semacam terbakar matahari, terluka ringan atau kena sengatan lebah. Juga bisa dibeli sendiri sendiri.
Aku harap mesin ini segera dipasang. Utamanya di area yang banyak anak misalnya di taman bemain, stadion atau di pantai. Sudah ada pesanan seratus unit dari taman bermain Six Flags. Dan juga sudah ada pembicaraan dengan perusahaan lain.
Uangnya sendiri dihasilkan dari harga jual vending machine itu senilai USD 5.500 per unit dan mendapat fee dari barang yang dijual. Juga kalau mau bisa pasang iklan di mesin itu.
Kenapa menolak uang ratusan miliar dan apa rencanamu selanjutnya?
Waktu itu kupikir deal itu tidak tepat. Aku merasa ingin menumbuhkan perusahaanku sendiri dari awal, sehingga membuatku menolaknya. Tapi kalau sekarang ada yang menawari USD 50 juta aku akan menjualnya.
Di masa depan aku ingin mengejar impianku di bidang bisnis. Aku ingin pergi ke kampus Notre Dame karena mereka punya sekolah bisnis yang bagus. Aku juga punya ide bisnis lain tapi belum bisa kukatakan sekarang.
0 komentar:
Post a Comment