Semangat Astronaut Wanita Tertua Menembus Angkasa
Astronaut Peggy Whitson.
Jakarta, CNN Indonesia -- Peggy Whitson sedang hangat diperbincangkan lantaran dirinya masih semangat menjalankan misi antariksa meski usia tak lagi muda. Whitson pun membeberkan alasannya untuk kembali ke orbit rendah Bumi selama enam bulan.
Whitson sudah berusia 56 tahun. Ia menjadi astronaut perempuan tertua NASA. Keikutsertaannya dalam Expedition 50/51 ini akan menorehkan rekor baru. Namun tentu saja bukan itu tujuan utamanya.
Dalam wawancara eksklusif dengan American Association of Retired Persons (AARP), Whitson berbicara dengan singkat mengenai pandangannya terhadap luar angkasa dan berhasil menyeretnya kembali untuk bertugas.
"Hal magis dari antariksa adalah, Anda berada di lingkungan nol gravitasi, mengapung, dan bisa bergerak ke orientasi apapun serta merasakan hal yang sama," ucapnya.
Jika manusia ditempatkan di luar angkasa --lebih tepatnya Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS)--, suhu yang dirasakan memang akan selalu sama.
Berbeda dengan di Bumi, manusia bisa merasakan angin, panas dari Matahari, hingga dinginnya malam hari.
Hal serupa memang pernah juga diungkapkan oleh mantan astronaut NASA Scott Kelly yang menjalankan satu tahun dalam One-Year Mission pada 2015.
Karir Whitson di NASA bisa dikatakan memang cemerlang. Sekembalinya dari Expedition 16 yang berakhir pada April 2008, Whitson sempat menjadi Chief of the Astronaut Office sampai 2012.
Tanggung jawabnya kala itu adalah mempersiapkan aktivitas misi bagi para kru yang hendak menyambangi ISS.
"Pekerjaan ini sangat memuaskan. Namun saya pada saat itu belum tahu bahwa saya masih punya hasrat untuk kembali terbang," sambung Whitson.
Setelah ia mempertimbangkan secara matang, perempuan kelahiran Iowa ini akhirnya memutuskan untuk bersedia menjadi anggota tim Expedition 50/51.
Bahkan ia pun menjadi komandan selama misi enam bulan ini berlangsung.
"Kesempatan terbang sudah semakin sedikit karena sudah banyak personil berbakat. Namun, saya merasa saya punya rekam jejak yang bagus bekerja di luar angkasa. Saya bisa produktif di atas sana," ucapnya lagi.
Whitson telah bergabung di NASA sejak 2002. Sekembalinya ke ISS, Whitson siap diganjar oleh rekor baru sebagai astronaut perempuan tertua dengan masa menetap di antariksa terlama.
Total durasi yang ia jalani jika Expedition 50/51 ini rampung adalah 534 hari, 2 jam, dan 48 menit.
New York Post mewartakan, rekor tersebut bahkan mengalahkan astronaut Jeff Williams yang tercatat menghabiskan waktu 520 hari di antariksa.
Whitson pun memiliki harapan sendiri terhadap NASA untuk masa depan.
"Jika berbicara tujuan NASA sebelum saya meninggal, kita semua perlu hidup di Mars. Mungkin umur saya tidak akan panjang, jadi tim NASA sebaiknya mewujudkannya!" serunya."
Expedition 50/51 beranggotakan Whitson, Oleg Novitskiy dari Roscosmos Rusia, dan Thomas Pesquet dari European Space Agency (ESA).
Mereka meluncur dari Baikonur, Kazakhstan dengan pesawat awak Soyuz milik Rusia pada Jumat lalu.
Trio ini akan berkontribusi sebanyak 250 eksperimen selama mengorbit di dalam ISS yang melingkupi bidang biologi, ilmu Bumi, penelitian human, dan pengembangan teknologi.
Astronaut Perempuan Tertua NASA Kembali Melawat Antariksa
Jakarta, CNN Indonesia -- Tim misi Expedition 50/51 yang telah diluncurkan ke Stasiun Luar Angkasa (International Space Station/ISS) pada Jumat lalu dari Baikonur, Kazakhstan terasa istimewa lantaran salah satu anggotanya adalah astronaut perempuan veteran NASA.
Peggy Whitson adalah astronaut berkebangsaan Amerika Serikat yang dinyatakan sebagai perempuan tertua yang masih menjelajah luar angkasa.
Perempuan kelahiran Iowa 56 tahun silam ini adalah seorang peneliti bidang biokimia. Sejak bergabungnya di badan antariksa AS pada 2002, Expedition 50/51 ini mencatatkan rekor baru yang berhasil ia capai dalam hal durasi.
Sebelum memutuskan ikut serta dalam Expedition 50/51, Whitson memang sudah memegang rekor waktu terlama bagi astronaut perempuan yang menetap di luar angkasa, yakni 377 hari.
Nah, Expedition 50/51 sendiri memiliki durasi selama enam bulan. Jadi jika dikalkulasikan, total durasi yang berhasil dicapai Whitson hingga nanti ia mendarat kembali ke Bumi kira-kira 534 hari, 2 jam, dan 48 menit.
New York Post mewartakan, rekor tersebut bahkan mengalahkan astronaut Jeff Williams yang tercatat menghabiskan waktu 520 hari di antariksa.
Whitson pun bakal merayakan ulang tahunnya yang ke-57 pada 9 Februari ini saat ia masih mengorbit di dalam laboratorium mikrogravitasi.
Whitson mengaku, ia memang tertarik bergabung ke dalam Expedition 50/51 karena menganggap dirinya sudah berpengalaman.
"Betul sekali, saya memang sudah tua," ujarnya dalam wawancara dengan NASA.
Usianya yang sudah matang ditambah pengalaman mengorbit sejak lama diyakininya menjadi modal berharga untuk bisa bergabung kembali.
Expedition 50/51 beranggotakan Whitson, Oleg Novitskiy dari Roscosmos Rusia, dan Thomas Pesquet dari European Space Agency (ESA). Mereka meluncur dari tanah Kazakhstan dengan pesawat awak Soyuz milik Rusia.
Whitson pun akan menjadi komandan Expedition 50/51 selama misi ini berlangsung hingga bulan Mei 2017 mendatang.
Tim ini akan melakukan sejumlah tugas dan eksperimen ilmiah seperti mengurut DNA dan studi biologi lainnya.
"Jika berbicara tujuan NASA sebelum saya meninggal, kita semua perlu hidup di Mars. Mungkin umur saya tidak akan panjang, jadi tim NASA sebaiknya mewujudkannya!" seru Whitson.
Astronaut Peggy Whitson.
Jakarta, CNN Indonesia -- Peggy Whitson sedang hangat diperbincangkan lantaran dirinya masih semangat menjalankan misi antariksa meski usia tak lagi muda. Whitson pun membeberkan alasannya untuk kembali ke orbit rendah Bumi selama enam bulan.
Whitson sudah berusia 56 tahun. Ia menjadi astronaut perempuan tertua NASA. Keikutsertaannya dalam Expedition 50/51 ini akan menorehkan rekor baru. Namun tentu saja bukan itu tujuan utamanya.
Dalam wawancara eksklusif dengan American Association of Retired Persons (AARP), Whitson berbicara dengan singkat mengenai pandangannya terhadap luar angkasa dan berhasil menyeretnya kembali untuk bertugas.
"Hal magis dari antariksa adalah, Anda berada di lingkungan nol gravitasi, mengapung, dan bisa bergerak ke orientasi apapun serta merasakan hal yang sama," ucapnya.
Jika manusia ditempatkan di luar angkasa --lebih tepatnya Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS)--, suhu yang dirasakan memang akan selalu sama.
Berbeda dengan di Bumi, manusia bisa merasakan angin, panas dari Matahari, hingga dinginnya malam hari.
Hal serupa memang pernah juga diungkapkan oleh mantan astronaut NASA Scott Kelly yang menjalankan satu tahun dalam One-Year Mission pada 2015.
Karir Whitson di NASA bisa dikatakan memang cemerlang. Sekembalinya dari Expedition 16 yang berakhir pada April 2008, Whitson sempat menjadi Chief of the Astronaut Office sampai 2012.
Tanggung jawabnya kala itu adalah mempersiapkan aktivitas misi bagi para kru yang hendak menyambangi ISS.
"Pekerjaan ini sangat memuaskan. Namun saya pada saat itu belum tahu bahwa saya masih punya hasrat untuk kembali terbang," sambung Whitson.
Setelah ia mempertimbangkan secara matang, perempuan kelahiran Iowa ini akhirnya memutuskan untuk bersedia menjadi anggota tim Expedition 50/51.
Bahkan ia pun menjadi komandan selama misi enam bulan ini berlangsung.
"Kesempatan terbang sudah semakin sedikit karena sudah banyak personil berbakat. Namun, saya merasa saya punya rekam jejak yang bagus bekerja di luar angkasa. Saya bisa produktif di atas sana," ucapnya lagi.
Whitson telah bergabung di NASA sejak 2002. Sekembalinya ke ISS, Whitson siap diganjar oleh rekor baru sebagai astronaut perempuan tertua dengan masa menetap di antariksa terlama.
Total durasi yang ia jalani jika Expedition 50/51 ini rampung adalah 534 hari, 2 jam, dan 48 menit.
New York Post mewartakan, rekor tersebut bahkan mengalahkan astronaut Jeff Williams yang tercatat menghabiskan waktu 520 hari di antariksa.
Whitson pun memiliki harapan sendiri terhadap NASA untuk masa depan.
"Jika berbicara tujuan NASA sebelum saya meninggal, kita semua perlu hidup di Mars. Mungkin umur saya tidak akan panjang, jadi tim NASA sebaiknya mewujudkannya!" serunya."
Expedition 50/51 beranggotakan Whitson, Oleg Novitskiy dari Roscosmos Rusia, dan Thomas Pesquet dari European Space Agency (ESA).
Mereka meluncur dari Baikonur, Kazakhstan dengan pesawat awak Soyuz milik Rusia pada Jumat lalu.
Trio ini akan berkontribusi sebanyak 250 eksperimen selama mengorbit di dalam ISS yang melingkupi bidang biologi, ilmu Bumi, penelitian human, dan pengembangan teknologi.
Astronaut Perempuan Tertua NASA Kembali Melawat Antariksa
Jakarta, CNN Indonesia -- Tim misi Expedition 50/51 yang telah diluncurkan ke Stasiun Luar Angkasa (International Space Station/ISS) pada Jumat lalu dari Baikonur, Kazakhstan terasa istimewa lantaran salah satu anggotanya adalah astronaut perempuan veteran NASA.
Peggy Whitson adalah astronaut berkebangsaan Amerika Serikat yang dinyatakan sebagai perempuan tertua yang masih menjelajah luar angkasa.
Perempuan kelahiran Iowa 56 tahun silam ini adalah seorang peneliti bidang biokimia. Sejak bergabungnya di badan antariksa AS pada 2002, Expedition 50/51 ini mencatatkan rekor baru yang berhasil ia capai dalam hal durasi.
Sebelum memutuskan ikut serta dalam Expedition 50/51, Whitson memang sudah memegang rekor waktu terlama bagi astronaut perempuan yang menetap di luar angkasa, yakni 377 hari.
Nah, Expedition 50/51 sendiri memiliki durasi selama enam bulan. Jadi jika dikalkulasikan, total durasi yang berhasil dicapai Whitson hingga nanti ia mendarat kembali ke Bumi kira-kira 534 hari, 2 jam, dan 48 menit.
New York Post mewartakan, rekor tersebut bahkan mengalahkan astronaut Jeff Williams yang tercatat menghabiskan waktu 520 hari di antariksa.
Whitson pun bakal merayakan ulang tahunnya yang ke-57 pada 9 Februari ini saat ia masih mengorbit di dalam laboratorium mikrogravitasi.
Whitson mengaku, ia memang tertarik bergabung ke dalam Expedition 50/51 karena menganggap dirinya sudah berpengalaman.
"Betul sekali, saya memang sudah tua," ujarnya dalam wawancara dengan NASA.
Usianya yang sudah matang ditambah pengalaman mengorbit sejak lama diyakininya menjadi modal berharga untuk bisa bergabung kembali.
Expedition 50/51 beranggotakan Whitson, Oleg Novitskiy dari Roscosmos Rusia, dan Thomas Pesquet dari European Space Agency (ESA). Mereka meluncur dari tanah Kazakhstan dengan pesawat awak Soyuz milik Rusia.
Whitson pun akan menjadi komandan Expedition 50/51 selama misi ini berlangsung hingga bulan Mei 2017 mendatang.
Tim ini akan melakukan sejumlah tugas dan eksperimen ilmiah seperti mengurut DNA dan studi biologi lainnya.
"Jika berbicara tujuan NASA sebelum saya meninggal, kita semua perlu hidup di Mars. Mungkin umur saya tidak akan panjang, jadi tim NASA sebaiknya mewujudkannya!" seru Whitson.
0 komentar:
Post a Comment