728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Mall Pertama di Jalur Gaza

    Melongok Suasana Pusat Perbelanjaan Pertama di Jalur Gaza

    Beginilah suasana di salah satu sudut Capital Mall, pusat perbelanjaan pertama di Jalur Gaza.

    GAZA CITY - Sebuah tanda kehidupan normal muncul di Jalur Gaza ketika sebuah pusat perbelanjaan dibuka di wilayah Palestina ini.

    Pusat perbelanjaan ini dilengkapi dengan berbagai toko bermerek internasional, toko buku, dan pusat jajan yang ramai.

    Para pemilik pusat perbelanjaan ini sukses mengatasi konflik serta blokade Israel-Mesir untuk membangun Capital Mall seluas 1.800 meter persegi.

    Meski terlihat normal, suasana di dalam mal ini menunjukkan betapa rapuhnya perekonomian Jalur Gaza.

    Tempat itu dipenuhi barang-barang kebutuhan sehari-hari yang sebagian besar adalah produksi Israel yang hanya bisa dibeli sedikit orang.

    Akibat diblokade, Gaza hanya bisa memproduksi sangat sedikit komoditas. Selain itu kemiskinan dan tingkat pengangguran terus meningkat.

    Pusat perbelanjaan itu, seperti banyak tempat lain di Gaza yang kekurangan energi listrik, mengandalkan generator untuk tetap mendapatkan listrik.

    Dalam waktu singkat, kehadiran pusat perbelanjaan itu sangat menggoda. Ribuan warga Gaza datang berkunjung membeli sepatu dari toko ritel Turki "De Facto".

    Mereka juga mencari hadiah dan kebutuhan sekolah di toko buku lalu menuju ke lantai empat untuk menyantap burger, pizza, dan es krim.

    Di sisi lain, sering terdengar suara cekikikian orang-orang yang baru pertama kali mencoba eskalator alias tangga berjalan.

    "Mal ini menambah keindahan di Jalur Gaza. Daripada datang ke banyak tempat kini kami datang ke satu lokasi dan bisa memilih kebutuhan kami,"kata Hedaya Iqtifan, seorang warga yang sudah tiga kali datang ke mal itu.

    Di dalam mal itu terdapat toko yang menjual minyak wangi, riasan wajah, dekorasi rumah, hingga telepon genggam.

    Terdapat juga klinik dan ruang kantor, dua lapangan parkir serta fasilitas lainnya. Lokasi paling ramai adalah pusat jajan yang semua makanan dan minuman dihargai 5 dolar AS atau sekitar Rp 65.000.

    "Kami membangun tempat ini sesuai dengan standar internasionaluntuk menunjukkan bahwa Gaza juga memiliki mal seperti di tempat lain," ujar Mahmoud Haniya, direktur eksekutif Capital Mall.

    Haniya mencatat bahwa sejumlah merek internasional tak mau membuka waralabanya karena Gaza dinggap negeri miskin tanpa perekonoian.

    Haniya menolak menyebut merek-merek ternama itu tetapi beberapa merek internasional seperti KFC dan Domino's Pizza beroperasi di Tepi Barat.

    Perekonomian Gaza ambruk ketika kelompok Hamas menguasai wilayah itu pada 2007 dari Otorita Palestina yang didukung dunia internasional.

    Tak butuh waktu lama, Mesir dan Israel memberlakukan blokade yang diklaim untuk mencegah Hamas mengimpor senjata.

    Blokade ekonomi ini ditambah tiga kali perang melawan Israel mengakibatkan perekonomian Gaza nyaris tak berputar.

    Kini, hampir 80 persen dari sekitar 2 juta penduduk Gaza hidup di bawah garis kemiskinan. Angka pengangguran di atas 40 persen serta listrik dibatasi hanya delapan jam sehari.

    Israel dan Mesir yang menjadi musuh Hamas bahkan melarang siapapun keluar atau masuk ke Jalur Gaza.

    Capital Mall menghabiskan 500 dolar atau hampir Rp 7 juta untuk membeli solar tiap 10 jam agar generator tetap beroperasi dan listrik terus menyala.

    Pemilik pusat perbelanjaan ini dikenal sebagai pengelola jaringan toko kopi, makanan ringan, dan rempah-rempah "Mazaj" di Jalur Gaza.

    Pemilik mal ini tak memiliki kaitan dengan Hamas, meski kelompok itu mendapat keuntungan dari pajak yang dibayarkan pusat perbelanjaan itu.

    Kehadiran mal ini sangat membahagiakan rakyat Gaza, seakan menjadi pengalih dari kerasnya kehidupan di wilayah itu.

    "Kami harap di masa depan ada mal yang lebih besar seperti yang kami lihat di negara lain," kata Ibtessam Awaja, perempuan berusia 50 tahun yang pernah pergi ke Arab Saudi, Mesir, dan Jordania.

    Haniya mengatakan, sejak dibuka mal ini selalu beroperasi penuh. Namun, dia khawatir sebagian besar orang datang hanya untuk melihat-lihat dan jumlah pengunjung juga terus menurun.

    "Saat kami memulai operasional mal ini empat tahun lalu, kami berharap situasi akan berubah lebih baik, tetapi nyatanya tak ada perubahan," kata Haniya.

    "Namun, kami berharap dalam beberapa hari kondisi akan menjadi lebih baik," tambah Haniya berusaha untuk terus optimistis.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Mall Pertama di Jalur Gaza Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top