Yakin dan percayalah kepada Allah dalam menjalani kehidupan ini, karena Allah tidak akan membiarkan kita mengalami kesulitan yang tidak dapat diatasi apalagi jika hidup dipakai untuk menyapa orang lain disekitar terutama mereka yang juga mengalami kesulitan seperti yang kita alami.
Selama kebaikan yang diwartakan maka jalan Allah akan selalu dibukakan bahkan akan diperlebar sehingga dengan mudah kita akan melewatinya.
Ayo bergairah dengan sepenuh hati untuk mewartakan cinta Allah.
Beberapa hari yang lalu ketuka saya masih sibuk dengan urusan komunitas terutama berkaitan dengan pengadaan sembako untuk warga miskin yang akan menjalani ritual tahunan yaitu lebaran dan mempersiapkan kewajaiban bulanan yaitu memberikan uang saku kepada karyawan, ternyata Allah menganugerahi kami sebuah berkat yang luar biasa besar yaitu kehidupan baru.
Pagi-pagi jam 08.00 ada dua orang Ibu yang datang ke rumah kami.
Salah sati Ibu itu masih memegangi perutnya yang kelihatan sakit ternyata memang Ibu itu baru selesai melahirkan dengan cara caesar empat hari yang lalu.
Ibu itu ternyata setelah melahirkan sudah "kepusingan" karena tidak memiliki biaya untuk menebus anaknya yang ada di rumah sakit.
Setelah keliling kemana-mana termasuk ke rumah saudara-saudaranya ternyata tidak ada yang bersedia membantu apalgi Ibu ini seolah "sudah" dibuang oleh keluarga karena menikah secara agama lain, dahulu ibu ini beragama Katolik tetapi berpindah karena hamil diluar nikah.
Suami ibu inipun juga tidak berdaya karena juga tidak memiliki uang untuk menebus anaknya karena hanya bekerja sebagai tukang pijat yang usahanya lagi sepi dan tidak ada pengunjung.
Sebenarnya Ibu ini tidak berani datang ke rumah kami karena ada banyak alasan yang menjadikan ia malu untuk datang ke rumah kami, tetapi setelah tidak ada jalan lagi untuk menebus anaknya maka ia beranikan diri ke rumah kami.
Saya pun pada dasarnya sudah "jengah" dengan ibu ini karena sewaktu bulan pertama hamil sudah saya beri jalan yang baik demi kehidupannya, kehidupan anaknya nanti serta kehidupan keagamaanya dengan akan saya titipkan di penitipan ibu hamil diluar nikah tetapi ia menolak dan bersikeras menikah dengan orang yang sudah beristeri dan beranak empat yang sekarang menjadi suaminya.
Pilihan yang "kurang tepat" dan akhirnya saya juga yang harus menanggung "akibatnya" yang berkaitan dengan bayi yang dilahirkan.
Karena tidak tahan dengan keadaan ini, maka saya menyuruh salah satu karyawan saya untuk mengurusi pengeluaran penebusan bayi itu dari rumah sakit.
Memang pengeluaran cukup besar karena ibu ini melalukan operasi di rumah sakit swasta karena ditolak waktu di rumah sakit negeri dengan alasan dokter bedahnya sedang tidak ada di Rumah sakit.
Setelah pengurusan selesai, anak itu dibawa ke rumah kami dan tanpa basa-basi, Ibu itu menyerahkan anaknya kepada kami karena saya yang telah menebus anak itu dari rumah sakit.
Spontan saya menolak dengan mengatakan," tidak mau, ini urusan ibu. masak saya sudah mengeluarkan dari rumah sakit kok sekarang saya disuruh merawatnya ? Ibu donk yang merawat".
"enak aja you yang bikin, saya yang urus dan you mau bikin lagi", pikiran kotor yang juga spintas nyantol dipikiran saya.
Lha kalau saya menerima bayi itu siapa yang akan menyusui, hidup sendiri saja sudah repot mana ditambah bayi lagi, alagi kalau nanti ada masalah dan saya dituntut dikira mencuri bayi itu, apa tidak berabe???
Maka saya katakan lagi," Ibu kalau menyerahkan bayi ini tolong minta surat RT, RW, kelurahan dan kepolosian, baru saya mau menerima".
Lha ibu itu hanya bicara," nderek bruder kemawon".
"Ok, sekarang, mas kris akan emngantar ibu dan anak ibu ke rumah ya, maaf saya tidak bisa mengantar", sambung saya.
Ternyata sewaktu bayi itu diantar ke kontrakan Ibu itu keadaan sangat tidak mengenakkan karena ibu itu dan suaminya hanya kontrak satu kamar dengan bekakas seadanya bahkan hanya ada satu kasur kecil sekali inipun sudah lusuh. (cerita mas kris yang mengantar ibu itu dan bayinya ke tempat kontrakan Ibu itu).
Yah, yang pasti anak itu sudah sampai pada yang bertanggung jawab dan memperoleh perlindungan orang tuanya dan ini lebih baik dibanding masih di rumah sakit walaupun megah tetapi tidak memperoleh cinta yang cukup dari keluarganya.
Hati ini boleh berbahagia karena di bulan suci ini boleh memiliki satu anak lagi,
sekarang giliran saya yang "pusing" kepala.
Yang membuat saya pusing kepala adalah uang yang saya pakai untuk menebus anak itu adalah uang yang seharusnya untuk uang saku karyawan, lha saya harus mengganti dari mana uang saku karyawan itu?
Kacau karena uang di bank sudah tidak cukup untuk itu, maka saya kumpulkan beberapa karyawan dan saya katakan kalau uang saku diundur karena saya belum sempat mengerjakannya.
Ternyata karyawan saya "nurut" bahkan karyawan yang sudah berkeluarga saya tanya, "mas uang saku diundur dulu gak apa-apa ya? katakan kepada isterimu brudernya masih sibuk belum sempat urus uang saku".
"tidak apa-apa apa der", jawab karyawan saya itu.
Saya tidak tahu bagaimana pikiran yang berkecamuk di benak karyawan saya itu karena baisanya uang saku saya berikan sebelum tanggal 28, lah sekarang belum memegang uang untuk itu.
Lha pas tanggal 3 saya memberanikan diri mengecek uang di atm lha ternyata isinya banyak sekali dan cukup untuk uang saku karyawan bahkan cukup unutk THR bagi karyawan yang muslim, maka cepat- cepat saya pulang untuk ambil buku tabungan dan langsung tancap gas mengajak bendahara untuk pergi ke bank dengan perasaan yang tidak karuan.
"Gila. Tuhan buka jalan berulang kali bulan ini karena setiap saya membutuhkan uang kok semuanya terpenuhi dengan sangat mengejutkan", pikir saya dan setelah tersendat beberapa hari akhirnya tanggal 4 boleh membagikan uang saku untuk keryawan.
Inilah kerja sosial untuk orang kecil yang tidak memiliki harapan kecuali kepada Allah yang menciptakan orang kecil itu.
Memang orang kecil itu adalah sumber mukjizat bagi kehidupan ini jika orang mau tinggal dan belajar daripadanya.
Tak perlu ada kekuatiran jika hidup memliliki keperpihakan kepada kebaikan dan berani berbagi kebaikan itu kepada orang lain.
Yang diperlukan dalam hidup adalah gairah sepenuh hati untuk menjalani hidup karena dengan gairah yang sepenuh hati maka hidup akan dapat menyelesaikan permasalahan dan jalan akan selalu diberikan.
Mari membangun hidup ini penuh gairah sepenuh hati agar kuasa kasih Allah semakin nampak dan kita semakin memperoleh kemudahan.
Selaki lagi Gairah sepenuh Hati, karena dengan gairah inilah akan terjadi perubahan yang menggembirakan, kalau kita bergairah maka akan ada keceriaan yang melingkupi perjalanan kita.
Lihatlah, kalau tidur penuh gairah sepenuh hati maka tenaga baru akan dibangkitkan, kalau kerja penuh gairah maka hasil pasti akan memuaskan, kalau cinta penuh gairah maka hidup akan terasa indah.
Sungguh Allah bergairah sepenuh hati ketika mencipta Anda sehingga Anda menjadi sangat istimewa dalam kehiduipan ini.
Salam dalam cinta membangun dunia baru dengan gairah sepenuh hati.
bergairah yok!!!!!!!!! !!
Selama kebaikan yang diwartakan maka jalan Allah akan selalu dibukakan bahkan akan diperlebar sehingga dengan mudah kita akan melewatinya.
Ayo bergairah dengan sepenuh hati untuk mewartakan cinta Allah.
Beberapa hari yang lalu ketuka saya masih sibuk dengan urusan komunitas terutama berkaitan dengan pengadaan sembako untuk warga miskin yang akan menjalani ritual tahunan yaitu lebaran dan mempersiapkan kewajaiban bulanan yaitu memberikan uang saku kepada karyawan, ternyata Allah menganugerahi kami sebuah berkat yang luar biasa besar yaitu kehidupan baru.
Pagi-pagi jam 08.00 ada dua orang Ibu yang datang ke rumah kami.
Salah sati Ibu itu masih memegangi perutnya yang kelihatan sakit ternyata memang Ibu itu baru selesai melahirkan dengan cara caesar empat hari yang lalu.
Ibu itu ternyata setelah melahirkan sudah "kepusingan" karena tidak memiliki biaya untuk menebus anaknya yang ada di rumah sakit.
Setelah keliling kemana-mana termasuk ke rumah saudara-saudaranya ternyata tidak ada yang bersedia membantu apalgi Ibu ini seolah "sudah" dibuang oleh keluarga karena menikah secara agama lain, dahulu ibu ini beragama Katolik tetapi berpindah karena hamil diluar nikah.
Suami ibu inipun juga tidak berdaya karena juga tidak memiliki uang untuk menebus anaknya karena hanya bekerja sebagai tukang pijat yang usahanya lagi sepi dan tidak ada pengunjung.
Sebenarnya Ibu ini tidak berani datang ke rumah kami karena ada banyak alasan yang menjadikan ia malu untuk datang ke rumah kami, tetapi setelah tidak ada jalan lagi untuk menebus anaknya maka ia beranikan diri ke rumah kami.
Saya pun pada dasarnya sudah "jengah" dengan ibu ini karena sewaktu bulan pertama hamil sudah saya beri jalan yang baik demi kehidupannya, kehidupan anaknya nanti serta kehidupan keagamaanya dengan akan saya titipkan di penitipan ibu hamil diluar nikah tetapi ia menolak dan bersikeras menikah dengan orang yang sudah beristeri dan beranak empat yang sekarang menjadi suaminya.
Pilihan yang "kurang tepat" dan akhirnya saya juga yang harus menanggung "akibatnya" yang berkaitan dengan bayi yang dilahirkan.
Karena tidak tahan dengan keadaan ini, maka saya menyuruh salah satu karyawan saya untuk mengurusi pengeluaran penebusan bayi itu dari rumah sakit.
Memang pengeluaran cukup besar karena ibu ini melalukan operasi di rumah sakit swasta karena ditolak waktu di rumah sakit negeri dengan alasan dokter bedahnya sedang tidak ada di Rumah sakit.
Setelah pengurusan selesai, anak itu dibawa ke rumah kami dan tanpa basa-basi, Ibu itu menyerahkan anaknya kepada kami karena saya yang telah menebus anak itu dari rumah sakit.
Spontan saya menolak dengan mengatakan," tidak mau, ini urusan ibu. masak saya sudah mengeluarkan dari rumah sakit kok sekarang saya disuruh merawatnya ? Ibu donk yang merawat".
"enak aja you yang bikin, saya yang urus dan you mau bikin lagi", pikiran kotor yang juga spintas nyantol dipikiran saya.
Lha kalau saya menerima bayi itu siapa yang akan menyusui, hidup sendiri saja sudah repot mana ditambah bayi lagi, alagi kalau nanti ada masalah dan saya dituntut dikira mencuri bayi itu, apa tidak berabe???
Maka saya katakan lagi," Ibu kalau menyerahkan bayi ini tolong minta surat RT, RW, kelurahan dan kepolosian, baru saya mau menerima".
Lha ibu itu hanya bicara," nderek bruder kemawon".
"Ok, sekarang, mas kris akan emngantar ibu dan anak ibu ke rumah ya, maaf saya tidak bisa mengantar", sambung saya.
Ternyata sewaktu bayi itu diantar ke kontrakan Ibu itu keadaan sangat tidak mengenakkan karena ibu itu dan suaminya hanya kontrak satu kamar dengan bekakas seadanya bahkan hanya ada satu kasur kecil sekali inipun sudah lusuh. (cerita mas kris yang mengantar ibu itu dan bayinya ke tempat kontrakan Ibu itu).
Yah, yang pasti anak itu sudah sampai pada yang bertanggung jawab dan memperoleh perlindungan orang tuanya dan ini lebih baik dibanding masih di rumah sakit walaupun megah tetapi tidak memperoleh cinta yang cukup dari keluarganya.
Hati ini boleh berbahagia karena di bulan suci ini boleh memiliki satu anak lagi,
sekarang giliran saya yang "pusing" kepala.
Yang membuat saya pusing kepala adalah uang yang saya pakai untuk menebus anak itu adalah uang yang seharusnya untuk uang saku karyawan, lha saya harus mengganti dari mana uang saku karyawan itu?
Kacau karena uang di bank sudah tidak cukup untuk itu, maka saya kumpulkan beberapa karyawan dan saya katakan kalau uang saku diundur karena saya belum sempat mengerjakannya.
Ternyata karyawan saya "nurut" bahkan karyawan yang sudah berkeluarga saya tanya, "mas uang saku diundur dulu gak apa-apa ya? katakan kepada isterimu brudernya masih sibuk belum sempat urus uang saku".
"tidak apa-apa apa der", jawab karyawan saya itu.
Saya tidak tahu bagaimana pikiran yang berkecamuk di benak karyawan saya itu karena baisanya uang saku saya berikan sebelum tanggal 28, lah sekarang belum memegang uang untuk itu.
Lha pas tanggal 3 saya memberanikan diri mengecek uang di atm lha ternyata isinya banyak sekali dan cukup untuk uang saku karyawan bahkan cukup unutk THR bagi karyawan yang muslim, maka cepat- cepat saya pulang untuk ambil buku tabungan dan langsung tancap gas mengajak bendahara untuk pergi ke bank dengan perasaan yang tidak karuan.
"Gila. Tuhan buka jalan berulang kali bulan ini karena setiap saya membutuhkan uang kok semuanya terpenuhi dengan sangat mengejutkan", pikir saya dan setelah tersendat beberapa hari akhirnya tanggal 4 boleh membagikan uang saku untuk keryawan.
Inilah kerja sosial untuk orang kecil yang tidak memiliki harapan kecuali kepada Allah yang menciptakan orang kecil itu.
Memang orang kecil itu adalah sumber mukjizat bagi kehidupan ini jika orang mau tinggal dan belajar daripadanya.
Tak perlu ada kekuatiran jika hidup memliliki keperpihakan kepada kebaikan dan berani berbagi kebaikan itu kepada orang lain.
Yang diperlukan dalam hidup adalah gairah sepenuh hati untuk menjalani hidup karena dengan gairah yang sepenuh hati maka hidup akan dapat menyelesaikan permasalahan dan jalan akan selalu diberikan.
Mari membangun hidup ini penuh gairah sepenuh hati agar kuasa kasih Allah semakin nampak dan kita semakin memperoleh kemudahan.
Selaki lagi Gairah sepenuh Hati, karena dengan gairah inilah akan terjadi perubahan yang menggembirakan, kalau kita bergairah maka akan ada keceriaan yang melingkupi perjalanan kita.
Lihatlah, kalau tidur penuh gairah sepenuh hati maka tenaga baru akan dibangkitkan, kalau kerja penuh gairah maka hasil pasti akan memuaskan, kalau cinta penuh gairah maka hidup akan terasa indah.
Sungguh Allah bergairah sepenuh hati ketika mencipta Anda sehingga Anda menjadi sangat istimewa dalam kehiduipan ini.
Salam dalam cinta membangun dunia baru dengan gairah sepenuh hati.
bergairah yok!!!!!!!!! !!
0 komentar:
Post a Comment