Hab 1:2-3;2:2-4; 2Tim 1:6-8.13-14; Luk 17:5-10
"Selamat malam", begitulah salam saya melalui pesawat tilpon begitu
penerima tilpon mengangkat gagang tilponnya. Dan jawaban spontan
serta jelas langsung muncul dari penerima tilpon: "Wonten dawuh
Romo" (=Ada perintah/tugas untuk saya Romo). Jawaban yang begitu
spontan, jelas dan tulus itu sungguh mengesan bagi saya. Jawaban
senada juga sering kami peroleh dari para pembantu rumah tangga.
Pribadi-pribadi tersebut begitu pasrah, menyerahkan diri tanpa
syarat atas nasihat, perintah, permohonan dst.. dari yang lain,
dengan kata lain begitu beriman mendalam. Dan memang apa yang
diminta untuk dikerjakan olehnya segera dilaksanakan serta berhasil
dengan baik alias sukses. Maka marilah kita mawas diri perihal hidup
keimanan kita sesuai dengan Warta Gembira hari ini.
"Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu
dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan
tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."(Luk 17:6)
Biji sesawi memang sangat kecil, namun begitu tumbuh menjadi
pepohonan bergerombol dan tidak begitu tinggi dengan daun hijau dan
bunga kekuning-kuningan begitu indah untuk dilihat dan dinikmati,
dan memang burung-burung kecil banyak bertengger di atas bunga-bunga
tersebut untuk mencari makanan: biji-biji sesawi yang kecil-kecil.
Maka jika Yesus mengajarkan "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman
sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini:
Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat
kepadamu", kiranya mengingatkan dan mengajak kita untuk sungguh
beriman. Jika kita sungguh beriman, maka apa yang kita kehendaki
atau ingini pasti segera menjadi kenyataan atau terwujud.
Beriman berarti mempercayakan diri seutuhnya kepada Tuhan dan
percaya pada karya Roh Kudus yang dianugerahkan kepada kita. Maka
sebenarnya jika kita sungguh beriman Roh Kudus atau Roh Allah
sendirilah yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan
rapuh ini, dan kita juga boleh atau dapat berkata seperti
Paulus: "Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas
kelemahanku" (2Kor 11:30)., menanggapi sabda Tuhan :"Cukuplah kasih
karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna." (2Kor 12:9). Tuhan Allah maha segalanya, maka jika Roh
Allah sungguh hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan
rapuh ini, kita bagaimanapun akan hidup dan berkarya atau bertindak
sesuai dengan suara Roh atau kehendak Allah. Hidup, bertindak atau
berkarya sesuai kehendak Allah antara lain saling mengasihi. "Kasih
itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak
sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah
dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita
karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala
sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7) Keutamaan-keutamaan kasih
ini kiranya harus dihayati oleh siapapun yang mengaku diri beriman;
dan kami yakin keutamaan-keutamaan tersebut di atas sungguh kuat-
kuasa untuk menghadapi dan mengatasi aneka persoalan atau masalah
kehidupan sehari-hari.
Hidup beriman disamping diperdalam dan diwujudkan dalam dan melalui
keutamaan-keutamaan kasih tersebut, kiranya juga diwarnai upaya atau
kegiatan verbal atau vocal artinya bertindak seperti para nabi yang
menyuarakan atau menyampaikan kehendak Allah, antara berupa
kebenaran-kebenaran yang harus diwartakan atau menghayati perintah
Yesus :"Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu" (Mat 28:20), yaitu cintakasih. Rasanya
untuk menyuarakan kebenaran dan cinta kasih pada masa kini tidak
akan terlepas dari aneka macam tantangan, ancaman dan hambatan yang
dapat membuat kita frustrasi dan kemudian mundur teratur alias
kurang atau tidak beriman lagi. Jika kita harus menghadapi
tantangan, ancaman dan hambatan, marilah kita renungkan dan hayati
peringatan Paulus kepada Timotius ini. .
"Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu
karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita
bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah"(2Tim 1:8)
Dalam situasi hidup bersama yang masih diwarnai aneka macam bentuk
kemerosotan moral saat ini, rasanya untuk menyuarakan kebenaran dan
cintakasih menghadapi tantangan dan ancaman berat, bahkan ancaman
kematian. Pada masa Orde Baru para pembawa dan pejuang kebenaran
dengan mudah disingikrkan atau dihabisi oleh penguasa, sedangkan di
masa Reformasi ini sering harus menghadapi teror-teror pembunuh
bayaran dst.. Dalam jajaran birokrasi di pemerintahan pada umumnya
para pembawa dan pejuang kebenaran juga tersingkir dari percaturan
dan ketika ia tetap setia pada iman dan kebenaran yang dihayatinya
pada umumnya menjadi sorotan tajam dan orang yang bersangkutan
sering merasa berada di ujung tanduk. "Janganlah malu bersaksi
tentang Tuhan dan ikutilah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan
Allah", demikian nasihat Paulus kepada Timotius, kepada kita semua.
Kiranya cukup banyak kesempatan dan cara untuk "bersaksi tentang
Tuhan kita" dalam hidup, kesibukan dan tugas perutusan kita setiap
hari, dan sebagai contoh saya sampaikan sbb:
1) Di sekolah-sekolah atau dunia pendidikan rasanya masih marak
tindakan menyontek dalam ulangan maupun ujian. Hemat saya menyontek
merupakan pendidikan untuk korupsi, maka marilah kita berantas
tindakan menyontek di sekolah-sekolah dan tidak perlu takut
menghadapi komentar atau tekanan-tekanan. SMP-SMA Kolese Kanisius di
Jakarta telah melaksanakan hal ini dan memang pernah menghadapi
protes.
2) Di kantor-kantor dan perusahaan-perusaha an cukup banyak
anggaran belanja yang di `mark-up' atau laporan keuangan/kwitansi
palsu. Maka kami berharap adanya tindakan tegas dan berani untuk
meluruskan hal ini. Memang mengurus atau mengelola uang sarat dengan
godaan atau rayuan untuk korupsi alias mencari keuntungan bagi diri
sendiri sebanyak-banyaknya dengan cara apapun. Uang memang dapat
menjadi jalan ke sorga atau ke neraka, dan kita dipanggil untuk
mengurus atau mengelola uang sebagai jalan ke sorga. Untuk itu
hendaknya mengurus atau mengelola uang dengan pedoman `intentio
dantis' = maksud pemberi. Uang sekolah berarti untuk memajukan
sekolah, uang proyek berarti untuk melaksanakan proyek sebaik
mungkin dst.. dan tidak ada yang dikorupsi.
3) Di tengah-tengah kehidupan masyarakat saat ini juga masih
sarat dengan judi dan mabuk-mabukan dengan minuman keras atas
narkoba. Kami berharap ada tindakan tegas dalam memberantas judi dan
narkoba yang merusak masa depan generasi muda dan bangsa. Akibat
dari judi dan narkoba ini antara lain juga kehancuran hidup
berkeluarga, dasar hidup bermasyarakat dan berbangsa.
4) Kebersihan lingkungan hidup merupakan tantangan tersendiri.
Akibat orang membuang sampah seenaknya maka banjir bandang yang
menelan korban manusia maupun harta benda dapat terjadi sepanjang
masa. Lingkungan bersih dan sehat akan membuahkan manusia yang sehat
dan bersih juga. Maka marilah kita jaga dan rawat lingkungan hidup
kita tetap bersih, kita tegor dan peringatkan dengan rendah hati dan
tegas mereka yang mengotori lingkungan hidup seenaknya.
"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN
yang menjadikan kita.Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat
gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini,
sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu
seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada
waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka
melihat perbuatan-Ku " (Mzm 95:6-9)
"Selamat malam", begitulah salam saya melalui pesawat tilpon begitu
penerima tilpon mengangkat gagang tilponnya. Dan jawaban spontan
serta jelas langsung muncul dari penerima tilpon: "Wonten dawuh
Romo" (=Ada perintah/tugas untuk saya Romo). Jawaban yang begitu
spontan, jelas dan tulus itu sungguh mengesan bagi saya. Jawaban
senada juga sering kami peroleh dari para pembantu rumah tangga.
Pribadi-pribadi tersebut begitu pasrah, menyerahkan diri tanpa
syarat atas nasihat, perintah, permohonan dst.. dari yang lain,
dengan kata lain begitu beriman mendalam. Dan memang apa yang
diminta untuk dikerjakan olehnya segera dilaksanakan serta berhasil
dengan baik alias sukses. Maka marilah kita mawas diri perihal hidup
keimanan kita sesuai dengan Warta Gembira hari ini.
"Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu
dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan
tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."(Luk 17:6)
Biji sesawi memang sangat kecil, namun begitu tumbuh menjadi
pepohonan bergerombol dan tidak begitu tinggi dengan daun hijau dan
bunga kekuning-kuningan begitu indah untuk dilihat dan dinikmati,
dan memang burung-burung kecil banyak bertengger di atas bunga-bunga
tersebut untuk mencari makanan: biji-biji sesawi yang kecil-kecil.
Maka jika Yesus mengajarkan "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman
sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini:
Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat
kepadamu", kiranya mengingatkan dan mengajak kita untuk sungguh
beriman. Jika kita sungguh beriman, maka apa yang kita kehendaki
atau ingini pasti segera menjadi kenyataan atau terwujud.
Beriman berarti mempercayakan diri seutuhnya kepada Tuhan dan
percaya pada karya Roh Kudus yang dianugerahkan kepada kita. Maka
sebenarnya jika kita sungguh beriman Roh Kudus atau Roh Allah
sendirilah yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan
rapuh ini, dan kita juga boleh atau dapat berkata seperti
Paulus: "Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas
kelemahanku" (2Kor 11:30)., menanggapi sabda Tuhan :"Cukuplah kasih
karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna." (2Kor 12:9). Tuhan Allah maha segalanya, maka jika Roh
Allah sungguh hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan
rapuh ini, kita bagaimanapun akan hidup dan berkarya atau bertindak
sesuai dengan suara Roh atau kehendak Allah. Hidup, bertindak atau
berkarya sesuai kehendak Allah antara lain saling mengasihi. "Kasih
itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak
sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah
dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita
karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala
sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7) Keutamaan-keutamaan kasih
ini kiranya harus dihayati oleh siapapun yang mengaku diri beriman;
dan kami yakin keutamaan-keutamaan tersebut di atas sungguh kuat-
kuasa untuk menghadapi dan mengatasi aneka persoalan atau masalah
kehidupan sehari-hari.
Hidup beriman disamping diperdalam dan diwujudkan dalam dan melalui
keutamaan-keutamaan kasih tersebut, kiranya juga diwarnai upaya atau
kegiatan verbal atau vocal artinya bertindak seperti para nabi yang
menyuarakan atau menyampaikan kehendak Allah, antara berupa
kebenaran-kebenaran yang harus diwartakan atau menghayati perintah
Yesus :"Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu" (Mat 28:20), yaitu cintakasih. Rasanya
untuk menyuarakan kebenaran dan cinta kasih pada masa kini tidak
akan terlepas dari aneka macam tantangan, ancaman dan hambatan yang
dapat membuat kita frustrasi dan kemudian mundur teratur alias
kurang atau tidak beriman lagi. Jika kita harus menghadapi
tantangan, ancaman dan hambatan, marilah kita renungkan dan hayati
peringatan Paulus kepada Timotius ini. .
"Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu
karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita
bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah"(2Tim 1:8)
Dalam situasi hidup bersama yang masih diwarnai aneka macam bentuk
kemerosotan moral saat ini, rasanya untuk menyuarakan kebenaran dan
cintakasih menghadapi tantangan dan ancaman berat, bahkan ancaman
kematian. Pada masa Orde Baru para pembawa dan pejuang kebenaran
dengan mudah disingikrkan atau dihabisi oleh penguasa, sedangkan di
masa Reformasi ini sering harus menghadapi teror-teror pembunuh
bayaran dst.. Dalam jajaran birokrasi di pemerintahan pada umumnya
para pembawa dan pejuang kebenaran juga tersingkir dari percaturan
dan ketika ia tetap setia pada iman dan kebenaran yang dihayatinya
pada umumnya menjadi sorotan tajam dan orang yang bersangkutan
sering merasa berada di ujung tanduk. "Janganlah malu bersaksi
tentang Tuhan dan ikutilah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan
Allah", demikian nasihat Paulus kepada Timotius, kepada kita semua.
Kiranya cukup banyak kesempatan dan cara untuk "bersaksi tentang
Tuhan kita" dalam hidup, kesibukan dan tugas perutusan kita setiap
hari, dan sebagai contoh saya sampaikan sbb:
1) Di sekolah-sekolah atau dunia pendidikan rasanya masih marak
tindakan menyontek dalam ulangan maupun ujian. Hemat saya menyontek
merupakan pendidikan untuk korupsi, maka marilah kita berantas
tindakan menyontek di sekolah-sekolah dan tidak perlu takut
menghadapi komentar atau tekanan-tekanan. SMP-SMA Kolese Kanisius di
Jakarta telah melaksanakan hal ini dan memang pernah menghadapi
protes.
2) Di kantor-kantor dan perusahaan-perusaha an cukup banyak
anggaran belanja yang di `mark-up' atau laporan keuangan/kwitansi
palsu. Maka kami berharap adanya tindakan tegas dan berani untuk
meluruskan hal ini. Memang mengurus atau mengelola uang sarat dengan
godaan atau rayuan untuk korupsi alias mencari keuntungan bagi diri
sendiri sebanyak-banyaknya dengan cara apapun. Uang memang dapat
menjadi jalan ke sorga atau ke neraka, dan kita dipanggil untuk
mengurus atau mengelola uang sebagai jalan ke sorga. Untuk itu
hendaknya mengurus atau mengelola uang dengan pedoman `intentio
dantis' = maksud pemberi. Uang sekolah berarti untuk memajukan
sekolah, uang proyek berarti untuk melaksanakan proyek sebaik
mungkin dst.. dan tidak ada yang dikorupsi.
3) Di tengah-tengah kehidupan masyarakat saat ini juga masih
sarat dengan judi dan mabuk-mabukan dengan minuman keras atas
narkoba. Kami berharap ada tindakan tegas dalam memberantas judi dan
narkoba yang merusak masa depan generasi muda dan bangsa. Akibat
dari judi dan narkoba ini antara lain juga kehancuran hidup
berkeluarga, dasar hidup bermasyarakat dan berbangsa.
4) Kebersihan lingkungan hidup merupakan tantangan tersendiri.
Akibat orang membuang sampah seenaknya maka banjir bandang yang
menelan korban manusia maupun harta benda dapat terjadi sepanjang
masa. Lingkungan bersih dan sehat akan membuahkan manusia yang sehat
dan bersih juga. Maka marilah kita jaga dan rawat lingkungan hidup
kita tetap bersih, kita tegor dan peringatkan dengan rendah hati dan
tegas mereka yang mengotori lingkungan hidup seenaknya.
"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN
yang menjadikan kita.Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat
gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini,
sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu
seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada
waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka
melihat perbuatan-Ku " (Mzm 95:6-9)
0 komentar:
Post a Comment