Pensiunan Australia Pilih Habiskan Masa Tua di Asia Tenggara
Jakarta - Agar menikmati masa pensiun dengan tenang, kini, semakin banyak warga senior Australia yang memilih menghabiskan masa tuanya di negara-negara Asia Tenggara. Kira-kira apa yang menyebabkan para pensiunan ini mengambil langkah demikian? Simak laporan berikut.
Banyak pasangan pensiunan Australia menjual rumah mereka dan pindah ke Asia, tempat di mana uang mereka menjadi berlipat ganda. (Foto: Getty Images)
Semakin banyak warga Australia yang menghabiskan masa pensiun mereka untuk bermewah-mewah di negara Asia yang tropis.
Menurut pasangan jurnalis Colleen Ryan dan Stephen Wyatt, ada tren diaspora baru dari mereka yang berusia 50 tahun ke atas, yang memutuskan untuk menjual properti mereka dan tinggal di luar negeri. Dengan jumlah warga Australia berusia 65 tahun ke atas yang diprediksi mencapai angka 8 juta pada 35 tahun ke depan, tren tersebut nantinya tak akan mengejutkan.
Sementara banyak orang bermimpi untuk menghabiskan masa pensiun di sebuah desa di Eropa Selatan, kenyataannya, sebagian besar para pensiunan justru berpindah ke Asia Tenggara, di mana biaya hidup 80% lebih murah ketimbang di Australia. Malaysia dan Thailand adalah dua negara yang menawarkan visa perpanjangan bagi para pensiunan, membuat proses transisi menjadi lebih sederhana.
“Generasi ‘baby boomers &rsquo sangat nyaman berada di Asia Tenggara. Banyak dari mereka melakukan perjalanan awal ke Asia Tenggara, mereka membawa anak-anak mereka berlibur ke sana dan ketika mimpi para pensiunan selama ini adalah Italia atau Perancis, untuk beberapa alasan itu hanya terjadi pada mereka yang sangat kaya,” jelas Colleen.
Ia menambahkan, “Apa yang membuat orang-orang pergi ke Asia Tenggara adalah karena mereka tak bisa hidup dengan sangat layak di Australia ketika mereka pensiun, sementara mereka bisa hidup sangat sangat layak di Asia Tenggara.”
Sejumlah kota seperti Penang, Saigon, dan Chiang Mai menjadi rumah bagi komunitas warga Australia. Gelaran tahunan seperti Festival Penulis Internasional di Ubud, Bali, pun misalnya, mengindikasikan bahwa para intelektual Barat mengadakannya secara permanen karena tahu mereka akan mendorong berbagai komunitas ekspatriat untuk datang.
Meski para pensiunan cenderung untuk tinggal di komunitas yang warga Barat-nya sudah ada, beberapa di antaranya, khususnya yang ada di Malaysia, justru lebih terintegrasi ke komunitas lokal.
Perawatan kesehatan bagi manula dan kesehatan mereka sendiri yang sudah menurun adalah kekhawatiran utama para pensiunan di luar negeri, dan beberapa negara menawarkan opsi lebih baik ketimbang negara lainnya.
“Ketika anda pindah ke negara lain dan anda berusia di atas 60 tahun, anda seperti mengaktifkan bom waktu,” kata Stephen.
Menurutnya, Malaysia dan Thailand memiliki sistem kesehatan yang bagus tapi banyak pensiunan yang memilih tinggal di negara lain menggunakan fasilitas asuransi evakuasi yang mereka miliki.
Lebih jauh lagi, keterasingan yang dulu sempat dirasakan mereka yang tinggal di luar negeri telah teratasi dengan adanya kemajuan teknologi, yang membuat para kakek-nenek dapat terus berkomunikasi dengan cucu-cucu mereka tanpa hambatan.
Meyakinkan para kerabat untuk berkunjung-pun kini bisa dilakukan jauh lebih mudah dengan adanya penawaran penerbangan dan paket liburan murah ke Asia Tenggara.
Jakarta - Agar menikmati masa pensiun dengan tenang, kini, semakin banyak warga senior Australia yang memilih menghabiskan masa tuanya di negara-negara Asia Tenggara. Kira-kira apa yang menyebabkan para pensiunan ini mengambil langkah demikian? Simak laporan berikut.
Banyak pasangan pensiunan Australia menjual rumah mereka dan pindah ke Asia, tempat di mana uang mereka menjadi berlipat ganda. (Foto: Getty Images)
Semakin banyak warga Australia yang menghabiskan masa pensiun mereka untuk bermewah-mewah di negara Asia yang tropis.
Menurut pasangan jurnalis Colleen Ryan dan Stephen Wyatt, ada tren diaspora baru dari mereka yang berusia 50 tahun ke atas, yang memutuskan untuk menjual properti mereka dan tinggal di luar negeri. Dengan jumlah warga Australia berusia 65 tahun ke atas yang diprediksi mencapai angka 8 juta pada 35 tahun ke depan, tren tersebut nantinya tak akan mengejutkan.
Sementara banyak orang bermimpi untuk menghabiskan masa pensiun di sebuah desa di Eropa Selatan, kenyataannya, sebagian besar para pensiunan justru berpindah ke Asia Tenggara, di mana biaya hidup 80% lebih murah ketimbang di Australia. Malaysia dan Thailand adalah dua negara yang menawarkan visa perpanjangan bagi para pensiunan, membuat proses transisi menjadi lebih sederhana.
“Generasi ‘baby boomers &rsquo sangat nyaman berada di Asia Tenggara. Banyak dari mereka melakukan perjalanan awal ke Asia Tenggara, mereka membawa anak-anak mereka berlibur ke sana dan ketika mimpi para pensiunan selama ini adalah Italia atau Perancis, untuk beberapa alasan itu hanya terjadi pada mereka yang sangat kaya,” jelas Colleen.
Ia menambahkan, “Apa yang membuat orang-orang pergi ke Asia Tenggara adalah karena mereka tak bisa hidup dengan sangat layak di Australia ketika mereka pensiun, sementara mereka bisa hidup sangat sangat layak di Asia Tenggara.”
Sejumlah kota seperti Penang, Saigon, dan Chiang Mai menjadi rumah bagi komunitas warga Australia. Gelaran tahunan seperti Festival Penulis Internasional di Ubud, Bali, pun misalnya, mengindikasikan bahwa para intelektual Barat mengadakannya secara permanen karena tahu mereka akan mendorong berbagai komunitas ekspatriat untuk datang.
Meski para pensiunan cenderung untuk tinggal di komunitas yang warga Barat-nya sudah ada, beberapa di antaranya, khususnya yang ada di Malaysia, justru lebih terintegrasi ke komunitas lokal.
Perawatan kesehatan bagi manula dan kesehatan mereka sendiri yang sudah menurun adalah kekhawatiran utama para pensiunan di luar negeri, dan beberapa negara menawarkan opsi lebih baik ketimbang negara lainnya.
“Ketika anda pindah ke negara lain dan anda berusia di atas 60 tahun, anda seperti mengaktifkan bom waktu,” kata Stephen.
Menurutnya, Malaysia dan Thailand memiliki sistem kesehatan yang bagus tapi banyak pensiunan yang memilih tinggal di negara lain menggunakan fasilitas asuransi evakuasi yang mereka miliki.
Lebih jauh lagi, keterasingan yang dulu sempat dirasakan mereka yang tinggal di luar negeri telah teratasi dengan adanya kemajuan teknologi, yang membuat para kakek-nenek dapat terus berkomunikasi dengan cucu-cucu mereka tanpa hambatan.
Meyakinkan para kerabat untuk berkunjung-pun kini bisa dilakukan jauh lebih mudah dengan adanya penawaran penerbangan dan paket liburan murah ke Asia Tenggara.
0 komentar:
Post a Comment