Gelontorkan Triliunan Rupiah, Apa Tujuan Jokowi Bangun Trans Papua?
Jalan Trans Papua Rampung 2019
Jakarta - Pemerintah mengalokasikan dana yang cukup besar untuk pembangunan jalan Trans Papua sepanjang 4.330,07 kilometer (km). Sepanjang tahun 2016 saja, anggaran yang dialokasikan untuk Trans Papua mencapai Rp 2,15 triliun yang terdiri dari Rp 739 miliar untuk perawatan atau preservasi jalan sepanjang 1.719,46 km, Rp 834,8 miliar untuk 151,34 km pembangunan jalan baru, dan pembangunan jembatan sebesar Rp 579,4 miliar.
Sedangkan untuk tahun 2017, alokasi anggaran untuk Trans Papua adalah sebesar Rp 2,55 triliun yang terdiri dari Rp 917,4 miliar untuk perawatan atau preservasi jalan Rp 890 miliar untuk pembangunan jalan baru, dan Rp 749,5 miliar untuk pembangunan jembatan.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Arie Setiadi Moerwanto mengatakan hal tersebut dilakukan untuk melakukan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah di Indonesia.
"Kalau dilihat IRR-nya, kita tidak akan pernah bangun ini Papua. Tapi kita kan NKRI. Kemudian bagaimana mengembangkan semua potensi. Kalau enggak, semuanya kan pembangunan jadi di Jawa terus, kalau kita mengikuti ekonominya," katanya kepada detikFinance saat ditemui di kantornya, Jakarta.
Lantas setelah dibangun, bagaimana pemanfaatan Trans Papua sejauh ini?
"Kemarin saya ke sana, walaupun jalan masih pakai urugan pilihan (jalan tanah bercampur kerikil pilihan) di sana, tapi sekarang guru-guru sudah ucapkan terima kasih. Para medis juga. Tadinya mereka ke sana harus 3 hari, jalan kaki, tembus gunung dan lain-lain. Ini artinya ketimpangan Indonesia Timur dan Barat mulai terkikis," tutur Arie.
Yang berikutnya adalah potensi efisiensi distribusi barang. Jika dulu mendatangkan batu ke Merauke harus dari Palu, maka saat ini sumber pasokan batu bisa diambil dari wilayah di Wamena yang memiliki sumber daya yang cukup. Adanya jalan yang sudah terfasilitasi membuat distribusi barang lebih mudah.
Jalur distribusi barang yang tadinya lewat udara pun kini bisa ditempuh via darat. Semua hal ini akan membuat biaya operasional dapat ditekan, dan wilayah sekitarnya akan tumbuh sumber perekonomian baru.
"Begitu pula dengan potensi perikanan, perkebunan di sana akan berkembang. Dan itu enggak linear, tapi eksponensial atau cepat sekali. Jadi yang tadinya pakai udara, kita nanti akan pakai udara. Jadi biaya transportasi turun, harga-harga akan murah," jelas Arie.
Dengan terbangunnya konektivitas, pemerintah juga berencana membangun kawasan pariwisata yang kini dapat dilalui lewat jalur darat. Salah satunya adalah kawasan Taman Nasional Lorentz di Papua. Taman ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.
"Makanya saya dengan Menteri Pariwisata mau membuat jalan-jalan yang sudah dibuka ini untuk jadi daerah tujuan wisata. Ini kita lebih bagus dari pada Swiss. Karena kita ada Taman Nasional Lorentz. Begitu juga wilayah lainnya," papar Arie.
"Di situ ada danau yang bagus view-nya, keanekaragaman hayatinya. Misalnya kita bangun Jembatan Holtekamp. Kan sayang hanya bangun jembatan saja. Kenapa enggak kita bikin pariwisata. Ini kan sudah buka, kita perlu bangun listrik. Yang tadinya mau bangun bendungan susah, sekarang aksesnya kan sudah bagus," tukasnya.
Jalan Trans Papua Rampung 2019
Jakarta - Pemerintah mengalokasikan dana yang cukup besar untuk pembangunan jalan Trans Papua sepanjang 4.330,07 kilometer (km). Sepanjang tahun 2016 saja, anggaran yang dialokasikan untuk Trans Papua mencapai Rp 2,15 triliun yang terdiri dari Rp 739 miliar untuk perawatan atau preservasi jalan sepanjang 1.719,46 km, Rp 834,8 miliar untuk 151,34 km pembangunan jalan baru, dan pembangunan jembatan sebesar Rp 579,4 miliar.
Sedangkan untuk tahun 2017, alokasi anggaran untuk Trans Papua adalah sebesar Rp 2,55 triliun yang terdiri dari Rp 917,4 miliar untuk perawatan atau preservasi jalan Rp 890 miliar untuk pembangunan jalan baru, dan Rp 749,5 miliar untuk pembangunan jembatan.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Arie Setiadi Moerwanto mengatakan hal tersebut dilakukan untuk melakukan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah di Indonesia.
"Kalau dilihat IRR-nya, kita tidak akan pernah bangun ini Papua. Tapi kita kan NKRI. Kemudian bagaimana mengembangkan semua potensi. Kalau enggak, semuanya kan pembangunan jadi di Jawa terus, kalau kita mengikuti ekonominya," katanya kepada detikFinance saat ditemui di kantornya, Jakarta.
Lantas setelah dibangun, bagaimana pemanfaatan Trans Papua sejauh ini?
"Kemarin saya ke sana, walaupun jalan masih pakai urugan pilihan (jalan tanah bercampur kerikil pilihan) di sana, tapi sekarang guru-guru sudah ucapkan terima kasih. Para medis juga. Tadinya mereka ke sana harus 3 hari, jalan kaki, tembus gunung dan lain-lain. Ini artinya ketimpangan Indonesia Timur dan Barat mulai terkikis," tutur Arie.
Yang berikutnya adalah potensi efisiensi distribusi barang. Jika dulu mendatangkan batu ke Merauke harus dari Palu, maka saat ini sumber pasokan batu bisa diambil dari wilayah di Wamena yang memiliki sumber daya yang cukup. Adanya jalan yang sudah terfasilitasi membuat distribusi barang lebih mudah.
Jalur distribusi barang yang tadinya lewat udara pun kini bisa ditempuh via darat. Semua hal ini akan membuat biaya operasional dapat ditekan, dan wilayah sekitarnya akan tumbuh sumber perekonomian baru.
"Begitu pula dengan potensi perikanan, perkebunan di sana akan berkembang. Dan itu enggak linear, tapi eksponensial atau cepat sekali. Jadi yang tadinya pakai udara, kita nanti akan pakai udara. Jadi biaya transportasi turun, harga-harga akan murah," jelas Arie.
Dengan terbangunnya konektivitas, pemerintah juga berencana membangun kawasan pariwisata yang kini dapat dilalui lewat jalur darat. Salah satunya adalah kawasan Taman Nasional Lorentz di Papua. Taman ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.
"Makanya saya dengan Menteri Pariwisata mau membuat jalan-jalan yang sudah dibuka ini untuk jadi daerah tujuan wisata. Ini kita lebih bagus dari pada Swiss. Karena kita ada Taman Nasional Lorentz. Begitu juga wilayah lainnya," papar Arie.
"Di situ ada danau yang bagus view-nya, keanekaragaman hayatinya. Misalnya kita bangun Jembatan Holtekamp. Kan sayang hanya bangun jembatan saja. Kenapa enggak kita bikin pariwisata. Ini kan sudah buka, kita perlu bangun listrik. Yang tadinya mau bangun bendungan susah, sekarang aksesnya kan sudah bagus," tukasnya.
0 komentar:
Post a Comment