728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Apakah Mereka Bersama Para Malaikat?

    Isak dan tangis memenuhi ruangan tempat upacara mengenang para korban penembakan di Newtown, Connecticut, ketika Presiden AS Barack Obama membacakan nama kedua puluh anak kelas I SD yang menjadi korban dalam tragedi tersebut. Obama membacakan nama depan anak-anak itu dengan perlahan, dalam saat yang paling memilukan pada upacara Minggu malam itu.

    Ada air mata dan pelukan, tetapi juga senyum dan jabat tangan menguatkan. Semua bercampur dengan perasaan tidak percaya yang masih tersisa tentang bagaimana kekejian seperti itu bisa terjadi.

    Obama mengatakan, dia akan berupaya sekuat tenaga untuk mencegah penembakan seperti itu terulang kembali,

    Dia meminta perubahan dalam cara negeri itu berurusan dengan kekerasan senjata walau dia menghindari penggunaan kata ”pengendalian senjata api”.

    ”Kita tidak bisa menoleransi ini lagi. Tragedi-tragedi ini harus diakhiri. Untuk mengakhirinya, kita harus berubah,” kata Obama, yang berjanji pada pekan mendatang berbicara dengan penegak hukum, ahli kesehatan jiwa, serta para orangtua dan pendidik mengenai upaya mencegah penembakan massal.

    Namun, sebelum perubahan-perubahan itu terwujud, keluarga para korban akan berduka. Noah Pozner dan Jack Pinto, yang sama-sama berusia 6 tahun, akan dimakamkan Senin siang.

    Noah yang selalu ingin tahu baru berulang tahun keenam bulan lalu, dan Jack tak bisa lagi bergulat, olahraga yang ditekuninya. Dua puluh anak yang tewas berusia 6 tahun dan 7 tahun. Kepala sekolah, psikolog sekolah, dan empat guru juga tewas.

    Begitu mudanya sebagian besar korban membuat debat apakah undang-undang pengawasan senjata api yang lebih ketat bisa mencegah tragedi serupa di masa depan menjadi emosional.

    Beberapa anggota DPR AS dari Partai Demokrat dan Senator Joe Lieberman dari golongan independen mengatakan, sudah saatnya memperdebatkan pengawasan senjata. Senator Dianne Feinstein dari Partai Demokrat berjanji akan mengajukan RUU pelarangan senjata serbu pada hari pertama sidang Kongres, 3 Januari mendatang.

    Penyidik menemukan bahwa pelaku pembantaian, Adam Lanza, membawa ratusan peluru sehingga diperkirakan lebih banyak korban bisa jatuh seandainya tak ada tindakan kepahlawanan staf SD tersebut.

    Seorang karyawan menyalakan interkom sekolah sehingga orang-orang di gedung sekolah itu menyadari ada bahaya. Seorang petugas lain berlarian memberi tahu adanya bahaya. Seorang karyawan tata usaha memimpin 18 anak merangkak ke tempat aman. Seorang guru menyembunyikan 15 muridnya di sebuah WC kecil.

    Setelah Lanza mendobrak masuk sekolah dan mulai melepas tembakan, psikolog sekolah, Mary Sherlach, dan kepala sekolah, Dawn Hochsprung, berlari ke arahnya. Kepala sekolah bertubuh mungil itu tewas saat menyergap pria bersenjata itu.

    Suami Dawn, George, awalnya merasa marah karena tindakan istrinya itu. ”Dia bisa menghindari itu.... Saya tahu dia tidak akan (menghindari itu).” Karena itu, dia tidak lagi marah. ”Saya hanya sangat sedih,” katanya.

    Pada misa di Gereja Saint Rosa of Lima di Newtown, Minggu, seorang anak, Jennifer Waters (6), bertanya kepada ibunya, ”Apakah anak-anak itu sekarang bersama para malaikat?”

    Kronologi Tragedi Maut di Connecticut

    NEW YORK — Jumat (14/12/2012) pagi, sebelum pukul 09.00 waktu Connecticut, Amerika Serikat, bus sekolah berwarna kuning menepi di Sekolah Dasar Sandy Hook. Namun 4,8 km dari SD nan tentram itu, Adam Lanza sedang menembak ibunya saat tidur.

    Setelah menembakkan empat peluru ke wajah ibunya, dia menggunakan rompi antipeluru dan mengendarai mobilnya ke sekolah tersebut. Dia membawa serta tiga senjata api, termasuk model semi-otomatis.

    Pemuda berusia 20 tahun itu kemudian tiba di SD Sandy Hook sekitar pukul 09.30. Dia memarkirkan mobilnya di depan pintu masuk utama. Beberapa menit sebelumnya, 456 siswa di SD tersebut masuk ke dalam gedung sekolah, pintu utama ditutup, alarm keamanan dinyalakan, dan CCTV diaktifkan.

    Melalui pengeras suara, seorang guru terdengar membacakan ikrar kesetiaan, dan mengumumkan bahwa makan siang di kantin adalah pizza dan brokoli. Selain itu juga ada kue Natal yang dijual di lobi.

    Di sela-sela itu, tiba-tiba terdengar suara rentetan tembakan di pintu masuk utama yang terbuat dari kaca. Pecahan kaca pun berserakan di lantai.

    Melalui pengeras suara tersebut, sekitar pukul 09.35, para staf dan siswa di SD itu mendengar teriakan "angkat tangan!" diikuti beberapa suara tembakan. Door... door... dooor! Terdengar suara jeritan.

    Anak-anak yang mendengar itu kebingungan, juga ketakutan. Namun, para pengajar dan staf sekolah sudah mengetahui apa yang tengah terjadi.

    Di lobi sekolah, Adam Lanza berada di tengah tiga pilihan. Ruang kepala sekolah ke depan, kantin sekolah sebelah kanan, dan ruang kelas satu di sebelah kiri. Dia kemudian berbelok ke kiri.

    Di ruang rapat dekat lobi, Kepala Sekolah Dawn Jochsprung (47) dan psikolog sekolah, Mary Sherlach, sedang bicara dengan orangtua murid. Ketika mendengar tembakan, keduanya langsung mencari sumber letusan pistol. Dengan berani, keduanya menyergap Adam. Namun keduanya diketahui tewas tertembak.

    Di ruang rapat lainnya, wakil kepala sekolah menahan pintu masuk agar Adam tidak masuk ke ruangan tersebut. Namun, pemuda yang memiliki masalah kejiwaan itu menembak pintunya. Wakil kepala sekolah itu pun terluka di kaki.

    Mendengar suara kaki Adam melalui pengeras suara, para staf mengunci pintu kelas dan melakukan upaya terbaik untuk melindungi anak-anak. Beberapa bersembunyi di bawah meja, kamar kecil, hingga ke dalam lemari. Mereka berusaha sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara. Ada seorang guru yang menyelamatkan murid-muridnya dengan melompat dari jendela, bahkan ada yang bersembunyi di gudang.

    Setelah menembak kepala sekolah dan psikolog sekolah, Adam Lanza menuju ke kelas satu. Dia mencabut poster di dinding kelas yang baru saja ditempel murid-murid berusia 6-7 tahun tersebut untuk menyambut Natal.

    Di dalam kelas, guru Kaitlin Roig menyembunyikan murid-muridnya di kamar mandi dan lemari, tetapi tidak mengunci pintunya. Namun karena lampu kelas tersebut mati, Adam hanya melewati kelas tersebut dan malah memasuki kelas yang tengah diajar oleh Lauren Rousseau. Dia kemudian menembaki ruang kelas yang berisi 14 anak. Menurut polisi, ketika ditemukan, mereka sedang berpelukan ketakutan.

    Adam lalu menuju ruang kelas satu yang diajar Victoria Soto (27). Victoria buru-buru memasukkan murid-muridnya ke lemari, dan dia berdiri di luarnya. Kepada Adam, Victoria mengatakan mereka tidak berada di kelas.

    Namun, enam dari murid-muridnya yang masih bocah itu berlari mencoba menyelamatkan diri, dan Adam tanpa ragu menghabisi mereka, Victoria, dan seorang asisten guru. Victoria ditemukan di mejanya dengan kertas bertuliskan "I love my teacher Miss Soto". Saat polisi membuka lemari, tujuh pasang mata menatap ketakutan.

    Victoria Soto adalah salah satu dari empat guru yang terbunuh karena berusaha melindungi murid-muridnya. Di antara mereka juga ada asisten guru Anne Marie Murphy (52) dan Rachel Davino (29).

    Di perpustakaan, tiga staf langsung memasukkan 15 murid ke ruang penyimpanan. Rak buku mereka jadikan pengganjal pintu. Petugas perpustakaan Mary Anne Jacobs meminta mereka untuk diam. "Berpegangan tangan dan diam," katanya. Untuk mengalihkan perhatian mereka, Mary meminta mereka untuk mewarnai dengan memberi mereka krayon.

    Lain lagi dengan guru musik Maryrose Kristopik yang melindungi muridnya dengan mengunci pintu kelas dengan alat musik gambang, sementara Janet Volmer membacakan cerita. Guru seni Leslie Gunn, selain mengunci pintu kelas, juga berupaya menelepon polisi. Tidak mendapat respons, dia segera menelepon suaminya.

    "Aku bilang kepadanya, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepada kami," kata Leslie di kelas patung, bersama 23 siswanya yang berusia 9 tahun.

    Pada pukul 09.45, murid-murid kelas satu yang diajar oleh Kaitlin Roig berbaris keluar kelas melintasi lorong sekolah. Sementara itu, polisi telah mengamankan situasi di sekolah tersebut, setelah sebelumnya Adam Lanza dinyatakan tewas dengan menembak dirinya sendiri. Tubuhnya ditemukan di kelas yang diajar oleh Victoria Soto. Menurut Gubernur Connecticut Dannel Malloy, Adam Lanza bunuh diri setelah mendengar ada sirene polisi.

    Tercatat ada 12 anak perempuan dan 8 anak laki-laki yang tewas. Sebanyak 18 orang dinyatakan tewas di tempat, sementara 2 lainnya meninggal ketika dibawa ke rumah sakit.

    Saat mengamankan siswa-siswa yang selamat, murid-murid tersebut diminta untuk menutup mata agar tidak melihat ceceran darah. Tangan mereka diminta memegang bahu teman di depannya, sementara tangan yang lain menutup mata.

    Mereka kemudian dibawa ke kantor pemadam kebakaran terdekat untuk dipertemukan dengan para orangtua murid yang berharap anak mereka akan selamat.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Apakah Mereka Bersama Para Malaikat? Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top