728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Jadi Pengusaha Setelah di-PHK

     Yanti Rusdianti Jadi Pengusaha Setelah di-PHK

    Setelah sempat di-PHK, perempuan asal Bogor ini tak lantas menyerah. Ia bertekad ingin menjadi pengusaha sukses. Melalui bisnis cokelat ia membuktikan segalanya.

    Kalau mengingat-ingat tahun 1998, di saat Yanthi (47) terpaksa dirumahkan oleh pabrik garmen tempatnya bekerja, perasaan gemas sering muncul.

    Pengalaman di-PHK itu tak mungkin ia lupakan. Karena dari situlah awal mula titik baliknya. Semenjak berhenti bekerja di Surabaya, Yanthi kembali ke Bogor. Di sana ia sempat mencoba melemar pekerjaan.

    “Tapi, keinginan melamar pekerjaan itu tak sesemangat dulu. Saya jadi menghitung-hitung, kalau jadi karyawan gajinya sudah bisa ditebak. Setiap bulan pasti mendapatkan jumlah uang yang sama,” kata ibu dua anak ini. Dari situlah akhirnya Yanthi memutuskan untuk merintis bisnis. Selain ingin mempunyai pendapatan sendiri, ia juga ingin lebih dekat dengan keluarga. “Kalau kita berbisnis, kan, waktu bisa diatur sendiri,” jelasnya.

    BISNIS COKELAT


    Walau tekad sudah bulat untuk merintis bisnis, bukan berarti masalah tak menghampiri. Ia sempat kebingungan, bisnis apa yang cocok untuk dilakoni. Iseng-iseng, ia pun mencoba membuka kantin sambil mengkreditkan barang-barang kepada masyarakat. Ternyata cara ini tidak berhasil. Ia merugi. Yanthi tak menyerah, ia kembali berpikir bisnis apa yang cocok untuk dirinya.

    Pada tahun 2002 terpikirlah untuk berbisnis cokelat. Ia memberi nama usaha ini Waroeng Cokelat. Awal mulanya Yanthi hanya menerima pesanan pada momen tertentu saja. Misalnya, ketika orang-orang merayakan Valentin, ia akan menawarkan cokelat dengan kemasan khusus dengan bentuk menyerupai hati. Ternyata sambutan masyarakat cukup baik, pesanan cokelat pun semakin bertambah setiap hari.

    Rasa percaya diri Yanthi pun tumbuh. Ia yakin, masyarakat sangat menyukai cokelat buatannya. Ia pun memutuskan untuk memproduksi cokelat setiap hari. Tenaga pembuat cokelat ia kerahkan dari orang-orang sekitar. “Ya, hitung-hitung memberi rezeki kepada mereka,” katanya sambil tersenyum. Jumlah karyawan yang awalnya 6 orang lambat-laun mulai bertambah hingga 25 orang.

    Cokelat yang ia buat merupakan inovasi dan kreasi sendiri. Behubung Yanthi suka membuat kue, ia pun mulai mengkreasikan beberapa menu cokelat dan kue. Hasilnya, ia pun menemukan resep enak membuat cokelat. Untuk menambah pengetahuan mengenai cokelat, ia tak segan-segan untuk ikut seminar tentang cokelat. “Semua itu saya lakukan demi bisnis ini,” paparnya.

    RAJIN PAMERAN

    Meski usahanya tergolong usaha rumahan, Yanthi bertekad produk cokelatnya bisa masuk ke pusat perbelanjaan di Jakarta. Caranya, dengan mempromosikan cokelat-cokelat itu agar lebih dikenal oleh masyarakat. Menurutnya, bila ingin produknya dijual di toko atau supermarket terkenal, orang-orang harus mengenal produk kita terlebih dahulu.

    Setiap ada pameran-pameran kuliner dan wirausaha, Yanthi tak pernah absen. “Semua saya ikuti,” ujarnya mantap. Ia juta tak pernah malu untuk mendatangi kementrian terkait yang acap membuat pameran wirausaha. “Tak hanya itu, saya juga menanyakan program pelatihan yang mereka buat,” sambungnya.

    Melalui pameran itulah ia banyak mendapatkan pelajaran. Salah satunya untuk produk cokelat miliknya. Ternyata, makanan cokelat itu tidak bisa dijajakan di ruangan terbuka, “Karena akan meleleh,” terangnya. Walau sesudah itu ia menaruh cokelat di kulkas, cokelat itu tak sebagus kondisi awalnya. “Dari situ saya tidak mau lagi mengikuti di ruangan terbuka karena produk saya jadi hancur,” katanya.

    Berhubung rajin mengikuti pameran, cokelat buatannya pun semakin dikenal masyarakat. Sesuai mimpinya, Yanthi pun bisa menembus pusat perbelanjaan terkenal di Jakarta. Cokelatnya kini bisa dibeli di Alun-Alun Grand Indonesia, salah satu mal terbesar di Jakarta. Kemasannya pun mulai diubah. Cokelat milik Yanthi yang tersedia di pusat perbelanjaan dikemas lebih eksklusif. “Pokoknya tidak seperti cokelat rumahan, deh,” tuturnya.

    Tak hanya itu, jalan bisnis Yanthi pun semakin terbuka lebar. Ia mulai melakukan pameran di luar negeri, tepatnya di Chiang Mai, China, pada 2011 lalu atas undangan Kementrian Pertanian. Sepulang dari China ia kembali mendapatkan pelajaran. Ternyata cokelat di luar negeri banyak dicetak menggunakan wadah besar. “Saya pun tertarik untuk menirunya. Syukurlah, pada saat pameran di Malaysia saya menemukan cetakan cokelat yang saya inginkan,” ceritanya.

    MAKIN BERKEMBANG

    Kini usaha cokelatnya makin berkembang. Modal yang ia keluarka sebesar Rp500 ribu pada tahun sudah terganti berlipat-lipat. Setiap tahun bisnisnya naik 10 persen, baik produksi maupun keuntungan. “Saat ini saya memproduksi 5 ton cokelat dalam setahun,” jelasnya. Ia tak lantas puas, Yanthi pun acap mencoba inovasi-inovasi baru. Salah satunya dengan bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor untuk membuat racikan cokelat. “Jadi, cokelat yang saya buat tidak hanya mengenyangkan perut, tapi juga bermanfaat untuk kesehatan,” terangnya.

    Misalnya, cokelat yang sedang ia produksi baru-baru ini. Cokelat yang bisa menghangatkan tubuh karena mengandung jahe. “Selain menghangatkan, cokelat ini juga bisa mencegah masuk angin,” lanjutnya. Ke depannya, Yanthi ingin terus melakukan inovasi di bisnisnya. Ia berharap banyak ibu-ibu rumah tangga meniru langkahnya. “Jangan pernah takut untuk memulai bisnis. Kalau ada kemauan, pasti ada jalan,” tutupnya memberi semangat.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Jadi Pengusaha Setelah di-PHK Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top