728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Uang Adalah Sumber Kebahagiaan? Ya, Kadang-Kadang

    Menemukan kunci kebahagiaan mungkin sama membingungkannya dengan mencari air mancur awet muda, tetapi ilmu pengetahuan semakin mengungkapkan bagaimana rata-rata orang dapat mencapai kebahagiaan.

    Baru-baru ini, sebuah studi dari negara kaya dan miskin menemukan bahwa kekayaan individu, harta benda dan optimisme yang lebih besar terkait dengan kesejahteraan.

    Temuan ini bertentangan dengan salah satu teori tentang kebahagiaan, yang menunjukkan orang kaya lebih bahagia secara keseluruhan dibandingkan orang miskin. Ternyata, peningkatan pendapatan tidak membuat kebahagiaan bertambah.

    "Kami menemukan bahwa bertambahnya pendapatan memang mengarah pada meningkatnya kebahagiaan, tapi itu tergantung pada orang-orang yang optimistis, bukan pada orang yang memiliki keinginan setinggi langit, dan rata-rata orang yang sebenarnya mampu membeli lebih banyak hal," ujar psikolog dan peneliti studi Edward Diener dari University of Illinois dalam sebuah pernyataan.

    "Jadi pendapatan sangat membantu, tetapi hanya dalam keadaan tertentu."
    Seberapa bahagia Anda?
    Diener dan dua rekannya menganalisis data untuk 135 negara yang dikumpulkan antara 2005 dan 2011 dengan 806.526 orang yang berpartisipasi dalam Gallup World Poll.

    Para peneliti menggunakan dua ukuran pendapatan: pendapatan ukuran rumah tangga dari survei, dan produk domestik bruto (PDB) paritas daya beli per kapita, yang tampak pada PDB dalam hal kesetaraan daya beli dalam rangka untuk mengendalikan perbedaan biaya hidup di negara yang berbeda.

    Mereka juga meneliti apakah peserta memiliki cukup uang untuk makanan, tempat berlindung, TV dan koneksi internet, apakah mereka optimistis tentang masa depan, dan apakah mereka puas dengan standar hidup mereka saat ini.

    Secara keseluruhan, saat pendapatan rumah tangga meningkat, begitu pula kepuasan hidup dan emosi positif untuk 64 persen dari negara. Peningkatan empat faktor secara bersamaan — pendapatan, barang-barang material, kepuasan standar hidup, dan optimisme — meningkatkan evaluasi hidup sebanyak 95 persen dari negara-negara yang disurvei.
    Hal yang kurang penting bagi kesejahteraan secara keseluruhan (yang mencakup kepuasan hidup, dan emosi positif dan negatif) adalah PDB, ujar para peneliti.

    Membersihkan sebuah paradoks?

    Temuan ini berkaitan dengan Easterlin Paradox (dari nama ekonom Richard Easterlin, yang mengatakan orang kaya rata-rata lebih bahagia daripada orang miskin), meskipun pendapatan rata-rata yang lebih tinggi tidak selalu diikuti dengan tambahan pada kebahagiaan.

    Easterlin "mendalilkan perbandingan sosial dalam negara-negara yang bertanggung jawab atas tren hedonis karena standar pendapatan meningkat ketika pendapatan lain dalam masyarakat mereka meningkat, dan karena itu tidak ada tambahan dalam kepuasan hidup karena pendapatan rata-rata masyarakat meningkat," ujar para peneliti dalam makalah penelitian mereka.

    Orang sering membandingkan diri dengan orang lain untuk mengevaluasi apa yang mereka miliki, dan jika orang lain memiliki lebih, maka pendapatan mereka tampaknya tidak memadai, dan karena itu kebahagiaan mereka menurun, ujar Easterlin.

    Contoh kasus: Sejak tahun 1960, PDB untuk Amerika Serikat telah bertambah tiga kali lipat, sedangkan kebahagiaan rata-rata secara relatif tidak berubah.

    "Ada banyak hal berguna dari studi tersebut, dan isu-isu yang penting bagi masa depan masyarakat modern, jadi saya sangat menghormati penulisnya," ujar Andrew Oswald, dari University of Warwick, yang mempelajari kebahagiaan. "Tapi rentang data selama enam tahun mungkin bukan bahan penelitian yang ideal."

    Oswald menambahkan dalam sebuah email kepada LiveScience, "Temuan Richard Easterlin yang terkenal adalah bahwa dalam jangka waktu yang panjang pertumbuhan ekonomi tidak akan membuat  sebuah negara menjadi bahagia. Hal ini tidak mudah untuk memahami hipotesis itu hanya dengan hanya data selama enam tahun, dan hal itu telah dikenal oleh para ekonom dan psikolog, yang seperti yang sudah diduga, orang bisa bahagia karena dorongan dalam jangka pendek."

    Studi baru itu menemukan peningkatan pendapatan memang penting, tapi hanya terjadi jika uang membawa kemampuan untuk membeli lebih banyak hal-hal material dan jika individu memiliki optimisme tentang masa depan mereka dan tidak terus menginginkan lebih banyak, dengan kata lain, jika seorang individu puas dengan keuangan mereka.

    Diener, Louis Tay dari Singapore Management University dan Shigehiro Oishi dari University of Virginia menjelaskan detail temuan mereka dalam “Journal of Personality and Social Psychology”.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Uang Adalah Sumber Kebahagiaan? Ya, Kadang-Kadang Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top