728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Dari Perkampungan Kumuh Manila Muncul Seorang Balerina

    Cakupan program Ballet Manila —– yang mengelola sebuah perusahaan tari dan sekolah dengan nama yang sama — awalnya menerima 40 siswa dari sekolah Jessa di daerah pembuangan sampah Tondo, Manila. Beberapa orang keluar, tapi siswa baru masuk.

    Jessa kini berusia 14 tahun. Kesuksesannya adalah buah usaha unik dari balerina paling terkenal di Filipina, Lisa Macuja, untuk membantu anak-anak dari perkampungan kumuh Manila, dengan memberikan beasiswa dan pelatihan balet klasik selama 6-7 tahun.

    “Saya bisa membantu orangtua lebih banyak dengan apa yang saya lakukan sekarang. Saya mendapatkan uang dari balet,” tutur Jessa, yang duduk di sebuah kursi plastik mengenakan celana pendek dan kaos dengan rambut panjang yang terurai. Remaja ramping itu, yang mungkin terbiasa menari dengan tumpuan jari-jari kakinya, sering menunjuk jari-jari kakinya di lantai kayu bahkan ketika duduk selama wawancara.

    Di belakangnya, dinding kayu lapis di gubuk keluarganya dihiasi dengan foto-fotonya di atas panggung. Selain foto, dinding itu juga dipenuhi dengan bingkai sertifikat balet dan kliping koran tentang pemungut sampah yang menjadi ballerina. Sepasang sepatu satin pointe ada di atas sebuah tas olahraga, beberapa meter dari karung botol plastik bekas dan sampah lainnya yang menumpuk di luar pintu rumah kecilnya.

    Jessa dan anak-anak lainnya dilatih balet ketat Russian Vaganova dan diharuskan mendapatkan nilai akademis baik di sekolah mereka. Mereka mendapat gaji bulanan mulai dari $30-73 (sekitar Rp700 ribu) tergantung pada tingkat balet mereka, serta makanan, susu dan pakaian balet. Mereka juga menerima uang mulai dari $10-37 (sekitar Rp350 ribu) tiap kali tampil.


    Manila, Filipina (AP) – Perkampungan kumuh bernama Aroma itu penuh sampah berbau busuk yang dikumpulkan para penduduknya untuk didaur ulang. Anak-anak setengah telanjang dengan wajah yang kotor bermain di jalan tanah berlumpur yang berhiaskan gubuk lapuk, atap seng retak, dan toilet umum.

    Dari perkampungan pengumpul sampah yang kumuh di Manila itu muncul seorang Cinderella. Pada usia 10 tahun, balerina Jessa Balote keluar dari kehidupan kumuh dengan mengikuti sekolah balet untuk mempersiapkan dirinya menari di atas panggung.

    Empat tahun sejak audisinya pada 2008, Jessa telah tampil di berbagai pementasan, termasuk Swan Lake, Pinocchio, Don Quixote, dan versi lokal Cinderella. Dia naik pesawat pertama kalinya pada Agustus untuk berkompetisi dalam kompetisi balet Asian Grand Prix 2012 untuk siswa dan penari muda di Hongkong, dan menjadi seorang finalis.

    Seperempat dari 94 juta penduduk negara Asia Tenggara itu hidup dalam kemiskinan, banyak orang tinggal di lingkungan kumuh yang tidak sehat seperti Aroma di ibu kota. Meskipun perekonomian terus berkembang, tidak cukup banyak tersedia pekerjaan tetap.

    Tanpa bekal pendidikan yang cukup dan penghasilan rendah, sedikitnya 3.000 warga Filipina meninggalkan keluarganya setiap hari untuk mencari pekerjaan di luar negeri.

    Jessa, yang mungkin akan mengikuti kehidupan keluarganya memulung sampah, tidak memiliki masa depan yang cukup cerah. “Saya dulu sering ikut ayah dan ibu saat mereka mengumpulkan sampah pada malam hari,” tutur Jessa di rumahnya yang sederhana dengan loteng kecil.

    Keluarganya memunguti sampah dari rumah-rumah di sekitar wilayah Quiapo atau mencari besi tua di pembuangan sampah besar tidak jauh dari situ.

    Hal itu terus berulang sampai dia berhasil dalam audisinya untuk mendapatkan beasiswa tari Project Ballet Futures yang didirikan Macuja, pendiri dan direktur artistik Ballet Manila yang menikah dengan seorang miliarder Fred Elizalde.

    Saat ini, program tersebut telah memiliki 55 penerima beasiswa, mulai dari usia 9 tahun hingga 18 tahun, dari lima partner sekolah umum seperti Jessa. Mereka berlatih setiap hari sepulang sekolah bersama dengan 60 siswa lain yang membayar.

    Sepatu pointe saja harganya $50-80 sepasang. Ini benda mewah bagi seseorang yang hanya punya penghasilan $2 per hari, dan cepat rusak dalam beberapa pekan, tutur Macuja.

    Putri seorang mantan pejabat perdagangan senior, Macuja berusia 18 tahun ketika dia menerima beasiswa dua tahun di Vaganova Choreographic Institute (sekarang Academy of Russian Ballet) di Saint Petersburg pada 1982, dan dia lulus dengan predikat sangat memuaskan.

    Dia adalah balerina asing utama pertama yang tampil untuk Kirov Ballet di St. Petersburg sebelum kembali ke Filipina, kemudian dia bekerja sebagai seniman di Cultural Center of the Philippines dan penari utama di Philippine Ballet Theatre.

    Macuja (48) mendirikan Ballet Manila pada 1994 dengan tujuan membuat sekolah seni balet klasik menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat umum. Sekolahnya telah mengadakan pertunjukan tari di mal, sekolah, balai kota dan desa-desa terpencil di negara kepulauan itu. Dia mendirikan program beasiswa pada 2008 sebagai bentuk terimakasihnya atas nasib baik yang dia miliki.

    Untuk Jessa dan anak-anak dari perkampungan kumuh lainnya, hal ini membuka dunia baru. Itu terjadi ketika dia terbang ke Hongkong untuk mengikuti kompetisi balet.

    Selama kompetisi di Hongkong, dia mengaku sering merasa gugup dan malu untuk menari di antara rekan-rekannya yang berada. Namun, dia mampu mengatasi ketakutannya, dengan mengingat saran Macuja "untuk tetap bertahan meskipun situasi tidak memungkinkan dan jangan membiarkan kemiskinan menghalangi saya."

    Sebagai anak magang dia menerima uang sekitar Rp1,7 juta per bulan, kadang-kadang lebih, dari gaji dan penampilan di panggung. Uang tersebut tidak cukup untuk mengangkat keluarganya dari kemiskinan, namun balet telah memberinya pilihan dalam hidup.

    Ayahnya, Gorgonio, bekerja paruh waktu sebagai tukang bangunan selain memulung sampah. Bayarannya sedikit, tidak cukup untuk memberi makan enam anak dan dua cucunya. Satu anak laki-lakinya bekerja di pabrik sementara anak perempuannya yang lain mengumpulkan sampah.

    Mimpi masa kecil Jessa adalah untuk menjadi guru sekolah. Namun, dia juga ingin menari sebagai seorang balerina profesional. Dia mengatakan merasa tertantang oleh akting agresif dan perubahan tari yang sulit dari karakter Black Swan di Swan Lake dan bercita-cita ingin mendapat peran tersebut.

    "Saya rasa kunci utamanya adalah anak-anak ini telah diberi harapan, dan harapan tersebut akan mengubah hidup mereka," kata Macuja.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Dari Perkampungan Kumuh Manila Muncul Seorang Balerina Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top