728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Bukankah hidup tidak hanya dengan roti

    Om William, Menjaga Nama Baik

    Di antara banyak usahawan Indonesia yang harum namanya, seorang di antaranya adalah William Soeryadjaya (20 Desember 1922-2 April 2010). Semasa menjadi bos PT Astra International, pria kelahiran Majalengka, Jawa Barat, ini jauh dari kehidupan mewah. Ia lebih menyukai hidup sederhana dan hangat. Ia menyapa semua karyawan, dari direktur sampai pegawai administrasi. Dari petugas satuan pengamanan, petugas taman, sampai petugas kebersihan kamar mandi.

    Tumbuh sebagai salah seorang usahawan terkaya di Indonesia tak membuat William (Tjia Kian Liong) duduk di menara. Ia suka berdialog dengan para pengusaha kecil. Om William, begitu ia biasa disapa, bercakap-cakap sambil membagi ”ilmu berdagang”. Sebagian di antara mereka malah ia modali dan tidak perlu bayar. Ia pun memperhatikan kesejahteraan petugas kebersihan dan satpam. Ia merangkul mereka sebagaimana ia merangkul anak-anaknya.

    Dunia usaha Indonesia, tahun 1992, kaget dan terharu ketika melihat Om William melepas seluruh sahamnya di PT Astra International guna membayar kewajiban putranya, Edward, pascakeruntuhan Bank Summa. Nilainya lebih dari Rp 1 triliun.

    Dunia usaha terharu karena Om William, kakek baik hati ini, bersedia melepas predikat orang terkaya menjadi ”orang biasa” untuk menjaga nama baik dan terutama memenuhi ”personal guarantee” yang ia berikan. Om William memilih jadi orang biasa asalkan dapat memenuhi kewajiban dan komitmennya.

    Belasan tahun kemudian, dalam percakapan dengan Kompas, Om William menuturkan bahwa ia berbahagia karena waktu itu ikhlas melepas seluruh sahamnya di Astra.

    ”Buat apa jadi orang kaya kalau tidak punya kehormatan? Untuk apa bergelimang uang kalau menolak memenuhi personal guarantee? Bukankah hidup tidak hanya dengan roti,” ujar Om William sambil tersenyum lebar.

    Lalu dengan mimik serius ia menambahkan, tidak ada kebaikan yang sia-sia. Salah seorang dari empat putra dan putrinya, Edwin, mengikuti jejak Om William. Edwin dipandang sebagai representasi keluarga Soeryadjaya, bangkit kembali dan kini menjadi salah satu usahawan besar Indonesia.

    Tentu amat banyak usahawan Indonesia yang mempunyai reputasi, kebaikan, dan ketulusan seperti William Soeryadjaya. Akan tetapi, banyak pula usahawan yang tidak berjalan lurus. Mereka enggan bayar pajak sebagaimana mestinya. Mereka suka ”ngemplang” utang, enggan memenuhi komitmen yang sudah disepakati.

    Akan tetapi, hukum alam selalu berjalan dengan rapi. Siapa saja yang tidak berbisnis dengan benar dan siapa yang culas tidak pernah menemukan kedamaian. Ada saja gangguan atas usahanya. Lihatlah betapa banyak perusahaan besar yang rontok karena tidak menjalankan bisnis dengan baik dan jujur. Atau kalaupun tidak rontok, ia lelah oleh cibiran publik atau letih oleh gugatan kanan-kiri. Hidup lurus gaya Om William selalu tenteram dan menenteramkan.

    Contoh lain dari berdagang dengan cara lurus dipraktikkan oleh (alm) Haji Kalla, ayah Wakil Presiden (2004-2009) HM Jusuf Kalla. Para mitra bisnisnya menyebut Haji Kalla sebagai Si Lurus. Ia acap melupakan utang teman-temannya. Akan tetapi kalau berutang, ia segera melunasinya.

    Ia juga suka memperhatikan akhlak dan ibadah anak buahnya. Salah satu cirinya, jika anak buahnya kembali dari lapangan atau para sopir angkutan antarkabupaten (usaha angkutan bus Cahaya Bone) kembali ke kantor, ia tidak bertanya berapa penghasilan mereka, tetapi apakah mereka sudah shalat.

    Ini hanya cerita kecil bagaimana seorang usahawan mengajak anak buahnya untuk beribadah. Ini dipercaya menjadi salah satu kiat untuk membuat karyawan bekerja sepenuh hati dan jujur.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Bukankah hidup tidak hanya dengan roti Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top