Siapa Sebenarnya Basuki Tjahaja Purnama / Ahok
Basuki Tjahaja Purnama semakin banyak diberitakan baik di media maupun dari mulut ke mulut. Hal ini terjadi semenjak beliau menjadi wakil dari calon gubernur Joko Widodo/ Jokowi. Untuk itu inilah sekilas mengenai siapa sebenarnya Basuki Tjahaja Purnama yang biasa di panggil Ahok itu?
Akhir2 ini 3 hal yg menjadi black campaign adalah dia tionghoa, kristen, dan liberal. Untuk menjelaskan hal ini, sangat penting untuk menjelaskan trackrecord @basuki_btp. @basuki_btp dilahirkan 46 thn lalu, anak tertua dari keluarga Kim Nam, keluarga Tionghoa yg termasyhur namanya di pulau Belitung karena dermawan. Kim Nam adalah tokoh masyarakat Belitung . Pembela masyarakat miskin, bahkan mau berhutang pada org lain, untuk memberi uang pada orang susah. Kim Nam adalah nama Panggilan ayah Basuki, selayaknya Basuki dipanggil Ahok. Nama lengkapnya adalah Indera Tjahaja Purnama. Beliau sudah meninggal dunia.
Basuki dibesarkan dengan keras, dididik agar bisa kemudian berguna bagi masyarakat Belitung , tidak boleh sombong, inilah yang diajarkan Kim Nam. Basuki diwajibkan untuk selalu bersalaman dengan yg tua. Meski mereka kondisinya lebih berada di banding yang lain, Basuki harus bisa bergaul dengan teman-temannya. @basuki_btp tidak dididik sebagai orang Tionghoa, tapi sebagai anak indonesia dari Kampung Manggar. Kim Nam selalu tegaskan itu padanya.
Basuki tumbuh menjadi anak yang selalu ingin tahu. Temannya semuanya anak-anak Melayu dan dia bersekolah di SD negeri di desa laskar pelangi. Meski membaur, bukan berarti @basuki_btp bisa lepas dari tindakan diskriminasi karena dia adalah minoritas. Hal seperti ini tetap sering terjadi. Ketika SD , Basuki pernah dilarang menjadi pengerek bendera di sekolah ketika upacara karena warna kulitnya. Basuki kecewa, dia mengadukan hal tersebut pada ayahnya. Ayahnya, menyuruh Basuki bersabar. Saatnya akan tiba ketika orang terima kita, kata ayahnya. Basuki dilarang untuk berkecil hati, menurut ayahnya Basuki harus tetap berusaha terus. Tak boleh dendam.
Terkait agama, basuki juga sempat tidak di perbolehkan untuk masuk kelas agama islam, meski ia sangat ingin sekali. Semua teman-temannya bisa baca Alquran, Basuki pun ingin bisa. Namun ia disuruh pulang ketika datang ke TPA untuk belajar Alquran. Tetapi Basuki tetap tumbuh dan berkembang sebagai warga Belitung . Dia fasih berbahasa Belitung . Pergaulannya tidak menganggap dia orang lain.
Basuki adalah anak yang cerdas, dia selalu menjadi juara kelas. Tahun 1977 dia bersekolah di SMP Negeri di daerah Gantung. Menyadari potensi anaknya yang cerdas dan kondisi ekonomi yang baik, Kim Nam memutuskan untuk mengirim @basuki_btp bersekolah SMA ke Jakarta . Usaha keluarga Kim Nam memang sempat down ketika Basuki kecil, bahkan Ibunya sempat bekerja menjual kue. Harapan ayahnya, Basuki bisa bersekolah menjadi dokter karena di Belitung begitu banyak orang meninggal tidak mendapat akses kesehatan. Basuki bersekolah di SMA PSKD III itulah pertama kali Ia menginjak Jakarta 31 tahun lalu. @basuki_btp bukan orang baru di Jakarta .
Namun darah muda @basuki_btp memang bergolak, dia kabur kuliah dari pendidikan dokter UKI, kemudian pindah ke teknik geologi Trisakti. Waktu berlanjut sampai akhirnya Basuki menyelesaikan pendidikan S2 dan mendirikan perusahaan di Belitung . Perusahaan Basuki waktu itu akhirnya terpaksa ia tutup karena terbentur kebijakan korup pejabat. Basuki kecewa, dia akhirnya berniat mau meninggalkan negara ini untuk berkarir di luar negeri. Namun hal ini dilarang oleh ayahnya. Basuki disuruh bertahan, petuah ayahnya waktu itu. Basuki harus bersabar, kalau tidak setuju ubahlah sendiri, jangan lari. “Orang miskin jangan lawan orang kaya, orang kaya jangan lawan pejabat.” begitu kata ayahnya. Sebagus apapun orang kaya bisa menolong orang miskin, tapi yg bisa membantu mereka secara hakiki adalah pejabat melalui kebijakannya.
Namun setelah orang tuanya meninggal, Basuki baru masuk ke dunia politik. Dia memulai karir politik dari bawah dengan partai kecil. Basuki awalnya hanya anggota DPRD Belitung Timur. Namun setahun kemudian memenangkan pilkada Belitung Timur. Sejak menjadi bupati, namanya sebagai bupati mulai dikenal di tingkat nasional. Kebijakannya brilian dan Ia adalah bupati pertama beretnis Tionghoa. Karena kebijakannya sebagai bupati, @basuki_btp di daulat menjadi tokoh yg mengubah Indonesia oleh majalah Tempo. Dia letakkan hal-hal baru sebagai pejabat.
Meski hanya 1 tahun 4 bulan saja menjabat sebagai bupati Belitung, karena harus mengundurkan diri sebagai cagub Prov. Babel, Basuki mewariskan peninggalan-peninggalan besar. @basuki_btp sukses mengasuransikan kesehatan semua warganya. Siapapun warga Beltim, tidak perlu lagi khawatir sakit, tinggal ke rumahsakit. Dia mengecek langsung semua kebutuhan masyarakat ke lapangan dan menggodok kebijakan dengan sistem yang keras terhadap birokrasinya.
Selama menjadi bupati, Basuki tidak pernah menutup kaca jendela ketika berada di dalam mobil. Dia tak menunggu warga mengulurkan tangan, dia selalu duluan mengulurkan tangannya. Namun peristiwa diskriminasi belum juga selesai meski @basuki_btp telah terpilih menjadi bupati. Masih banyak hal-hal yang tidak mengenakkan. Awal menjadi bupati, Ia dicegah untuk tidak menjadi pembina upacara. Masyarakat tidak mau hormat sama orang China , begitu isunya.
Namun @basuki_btp memaksa. Dia tidak mau diancam-ancam sebagai pemimpin. Ia tetap ngotot mau jadi pembina upacara. “Dulu ketika SD saya dilarang jadi pengerek bendera, sekarang sudah menjadi bupati masih juga tak boleh jadi pembina. Kamu tembak juga saya rela!” tukasnya.
Basuki Tjahaja Purnama / Ahok Bersama Istri
Ketika @basuki_btp menjadi bupati, bukan masyarakat muslim yang protes dengan kebijakannya sebagai bupati. Malah umat yang seagama dengannya. Basuki dituduh tidak memperhatikan pembangunan gereja, malah mempermudah dan menyumbang pembangunan masjid2. @basuki_btp berang,menurutnya gereja tidak perlu dibantu. “Kalian saweran aja, gereja udah jadi. Kalau masjid memang harus disokong.” Jelas Basuki. Masyarakat Muslim jumlahnya 93% dan masjid butuh banyak. Gereja cuma butuh sedikit dan umat kristen lebih baik ekonominya. Selain membangun mesjid, @basuki_btp juga menaik-hajikan ustad dan ulama-ulama yang belum bergelar haji. Lebih dari 100 orang dihajikan. @basuki_btp bahkan ikut safari ramadhan ketika bulan ramadhan tiba. Meski ia harus menunggu saja di parkiran sampai selesai.
Gubernur lah yang bolak-balik mesjid-parkiran untuk mengantarkan makanan. Tetapi @basuki_btp selalu bertahan dalam safari ramadhan.
Dalam setiap kampanyenya, @basuki_btp juga tidak pernah menggunakan sembako/bagi2 duit. Dia percaya dengan kartu nama, dan nomor hp nya. Menurut @basuki_btp yang dibutuhkan rakyat adalah nomor HP nya. Rakyat harus bisa menggapai dan mengakses pemimpinnya. Sebagian besar warga Belitung , mulai dari nelayan, pedagang, sampai PNS punya nomor HP Bupati. Semua hal bisa dilaporkan langsung.
Pernah ada nelayan yg melaporkan LSM yg menimbun solar subsidi di Manggar, @basuki_btp langsung turun ke lapangan dan mengganti LSM tersebut. Ada juga pungutan liar yg dilaporkan oleh murid SMA, @basuki_btp turun dan mengusut korupsi di sekolah itu. Basuki memegang hp nya sendiri dan Ia selalu mengusahakan membantu orang yang mengeluh. Disitu ia sadar kondisi sebenarnya dari kebijakannya. Pemimpin yang tau persis kebijakannya dirasakan rakyat atau tidak, itulah @basuki_btp. Semua bisa menggapainya.
Kampanye no HP ini tetap dipertahankan @basuki_btp di Jakarta . Yang pernah bertemu Basuki, pasti lihat dia agak “sibuk” sama hp nya. Jika masih ada yang mempertanyakan Pak @basuki_btp tidak akan adil karena berlatar belakang agama minoritas. Berarti dia belum mengenal siapa Basuki.
Nah, ada yg menarik lagi. Sebagian bilang ini kelebihan, sebagian ada yg bilang ini kekurangan. Yaitu, Pak @basuki_btp ini bicaranya ceplas-ceplos. Silahkan lihat Youtube Pak Basuki sebagai anggota DPR. Ucapannya cepat, tegas, dan emosional. Dia org yg tak sanggup menyembunyikan kegelisahannya. Namun seringkali karena kecepatannya itu, omongan Pak Basuki sering diputarbalikkan dan dipotong-potong sehingga salah arti. Masih ingat cerita tentang ayat-ayat konstitusi kemarin? Itu hasil putarbalikkan dari tetangga kita tercinta. Jika dilihat keseluruhan maksud Pak Basuki lebih dari itu. Harus diingat Pak @basuki_btp adalah seorang nasionalis sejati. Dia mengedepankan persatuan dan kepentingan nasional dan menepikan SARA.
Sebagai pejabat negara, pemimpin memang harus patuh kepada undang-undang/ ayat-ayat konstitusi. Dia harus berjalan dalam koridor hukum, harus bersih dan transparan. Karena ayat-ayat agama kedudukannya jauh lebih tinggi kedudukannya sehingga sudah seharusnya dijalankan. Kita tidak bisa memakai ayat-ayat agama dalam menjalankan hukum di negara oleh karena itu hukum konstitusi harus di tegakkan.
Inget waktu itu tim nya Foke mencoba merapat ke Ahok untuk dijadiin wakilnya. Gue blg “Aku gamau dukung bapak kalo jd wakilnya Foke”. Nono Sampono waktu itu juga merapat ke Ahok untuk dijadiin wakilnya. Karena Nono tau sekali track record Ahok kayak gimana. Namun Ahok menolak. Sebelumnya, calon Independen juga dukung Ahok maju gubernur dengan dukungan massanya. Tapi itu orang deklarasiin sendiri bareng anaknya alm. pelawak. Akhirnya ketika bertemu dengan Jokowi, Ahok merasa satu visi & track recordnya pun sama ketika di Belitung & Solo. Majulah mereka berdua. Perfect!
Oleh karena itu jangan pernah memandang sebelah mata wakilnya Jokowi ini, mereka sama-sama bagus dan egaliter. Insya Allah diamanatkan wujudkan Jakarta Baru. Untuk masalah agama, Ahok tidak pernah mempermasalahkan. Dia prioritaskan sesuatu sesuai dengan kondisi. Ahok sangat menghormati semua agama. Omongan Ahok mengenai ayat2 suci di pelintir banyak orang. Mereka nggak ngerti maksud Ahok itu apa. Yang nggak diinginkan Ahok adalah, ketika seorang pejabat disuruh bayar pajak dia berlindung pada ajaran agama tertentu. Dan ketika dipenjara berlindung pada konstitusi. Maka dari itu ayat2 suci tidak bisa digabungkan dengan konstitusi.
Percaya atau tidak, Ahok gak punya mobil. KPK pun tidak percaya. Itu kenapa? Karna Ahok lebih suka menolong orang dibanding beli untuk pribadinya. Mengenai kepemimpinan Ahok di Belitung, salah satu Kyai besar disana membandingkan Ahok dengan si “pengacara” dari babel juga. Inisial Y. Kyai itu bilang “Ahok biarpun Kristen, orang-orang Belitung pada dinaikin haji. Kalo si Y yg diberangkatin hanya keluarganya. Ahok sangat cinta rakyat!”
Ahok tidak membedakan orang, tim sukses lawan politiknya di Belitung ada yg memiliki kinerja bagus dijadikan bagian dari jajaran pemerintahannya. Teringat ketika gue ke Belitung , ada seorang pendeta yang datang menemui Ahok. Intinya ingin meminta sumbangan berupa mobil. Mobil itu konon katanya dipakai untuk antar jemput jemaat. Waktu itu pembicaraan Pak Ahok dan pendeta didepan saya. Ahok langsung menolaknya. Karena yang Kristen di desa Gantung (desa Ahok) hanya sedikit dan jaraknya sempit. Kalo tiap minggu ke gereja kata Ahok masih bisa jalan kaki. Si pendeta gak terima dan marah-marah ke Ahok sambil bilang “Kamu hanya sumbangkan ke masjid-masjid saja, agamamu tidak disumbang”. Ahok jawab ; “Aku sumbangkan gereja juga, Tapi tidak banyak karena di sini mayoritas lebih banyak yang memakai mesjid”. Pendeta pun pulang.
Besoknya saya dkk ijin sama Pak Ahok untuk wawancara masyarakat Belitung mengenai dia. Pak Ahok bilang “Kalau mau wawancara di tempat yang milih saya dikit. “Karna kalau kalian wawancara di tempat saya menang, pasti baik semua”. Akhirnya kita ke tempat yang sedikit pilih Ahok. Dalam perjalanan, gue berfikir pasti jelek-jelek nih yang bicara tentang Ahok. Dugaan gue meleset, semua mengakui Ahok padahal dulu gak nyoblos Ahok.
Beruntung, sekarang Jakarta dapat giliran berikutnya yang akan diubah oleh Ahok. DKI Jakarta jangan sampai hilang kesempatan emas ini. Saya ngetwit ini tidak dibayar, dikasih hadiah apalagi dijanjiin dikasih jabatan. Saya ingin negara ini berubah, keadilan sosial merata. Tiap hari bantu Ahok saya tidak dibayar, saya dkk simpati terhadap kinerjanya. Saya hanya bisa membantu dana untuk Ahok melalui jualan kemeja. Semua keuntungan saya serahkan untuk kampanye JB, walaupun capek tapi saya dkk puas menolong orang yang memang pantas ditolong. Pesan saya : Jika ada suatu kesempatan ikt serta dalam memperbaiki bangsa, buktikan! Mari wujudkan Jakarta Baru.
Jokowi No, Ahok Yes!
Aku bilang Jokowi no karena aku sudah kelewat jenuh dengan pujian dan sanjungan sambung menyambung yang disajikan media sehingga membutakan mata dan menulikan telinga, mematikan panca indra dan memunculkan sosok nabi baru. Bayangkan, mengeritik Jokowi saja akan menuai badai caci maki dari fanatismenya. Perhatikan saja, artikel-artikel yang berbau memojokan Jokowi akan banyak dilalap habis oleh para fanatisme dan dari para penikmat perang urat syaraf, serta sebagian dari yang kontra Jokowi karena memang dari awalnya tidak suka.
Sebagai penikmat berita saya sudah merasakan titik jenuh, karena yang muncul bukan lagi sebuah berita (menurut saya) namun sebuah parade atau festivalisasi seorang Jokowi wong ndeso, pro rakyat kecil, blusukan, dan senyum ramahnya.
Hemat saya, pemimpin yang handal bukan saja jujur, suka blusukan dan lain-lain, tapi adalah sebagai seorang PENGAMBIL RESIKO, meskipun itu layaknya sebuah gambling yang suatu saat bisa saja menenggelamkan namanya sendiri atau bahkan nyawanya. Peran itu telah diambil Ahok dalam episode Tanah Abang.
Terus terang, saya dan mungkin yang lainnya, tidak menyangka Ahok bertindak sekeras dan senekat itu. Selama ini saya belum pernah lihat seorang sekelas kepala daerah ngomong keras bahkan dengan bahasa preman. Diancam malah balik mengancam, diajak akrab menghindar, nunjuk balas nunjuk, dipelototi balas melotot, gila….! Sadarkah Ahok dengan resiko politik dan keselamatannya? Saya yakin Ahok bukan orang bodoh, dia berani karena dia yakin akan sebuah kebenaran dan dia yakin ada jutaan rakyat Jakarta dan Indonesia yang siap membelanya dari penebar ancaman.
Bravo Ahok, maju terus pantang menyerah untuk sebuah kebaikan dan kebenaran.
Cerita Ahok Pernah 'Ditodong' Rp 5 M agar Lolos Jadi Gubernur Babel
Jakarta - Ini cerita lain tentang politik uang yang diungkapkan Wakil Gubernur DKI Basuki T Purnama alias Ahok. Saat mengikuti Pilkada Bangka Belitung pada 2007 lalu, Ahok sempat ditodong membayar Rp 5 miliar agar bisa menang.
"Waktu itu ada oknum yang mengaku dari MA bisa meloloskan itu (gugatan hasil pilkada ke MA) gitu lho. Iya, menawarkan seperti itu (Rp 5 miliar). Terus turun, Rp 4 miliar, Rp 3 miliar. Saya katakan tidak," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Pria 47 tahun ini lantas mendapatkan nasihat dari koleganya, almarhum Dr Sjahrir saat itu. "Kalau kamu lakukan itu Ahok, kamu bukan Ahok lagi. Karena kita ini politik akal sehat. Untuk apa kamu lakukan untuk sekadar jadi gubernur? Kamu bukan jadi gubernur yang asli," tutur Ahok menirukan nasihat Sjahrir.
"Coba kalau saya lakukan, saya hari ini cuma jadi gubernur Babel (Bangka Belitung). Nggak jadi Wagub DKI, kalau di DKI uang operasional lebih gede kan," sindir Ahok setengah bercanda.
Ahok berpesan, sebagai manusia harus berani idealis. "Kalau mau menangkan suatu pemilukada, sekalipun ada tawaran macam-macam pun, benar tidak benar kan kita tidak tahu. Bukti tidak ada kan? Anda harus berani mengatakan tidak," tegas dia.
Ahok Melejit, Tomy Winata Tiarap
Sama-sama berdarah keturunan, sama-sama cerdas, sama-sama pemberani, sama-sama berdarah dingin tak takut orang. Bedanya, Tomy Winata bermain cantik di Swasta, sedangkan Ahok bermain lincah di ruang lingkup birokrasi pemerintahan.
Siapa yang tak kenal Tomy Winata, Taipan yang paling disegani di negeri ini. Bahkan seorang Gus Dur pun ketika masih menjabat sebagai Presiden RI pernah memerintahkan untuk menangkap Tomy Winata, akan tetapi keinginannya itu tak pernah tercapai sampai hari ini. Betapa saktinya TW ini.
Pembaca masih ingat kasus “Ada Tomy di Tenabang”? Perseteruan antara TW dengan majalah Tempo lantaran tulisan wartawan Tempo yang mengupas tuntas secara gamblang dan terperinci aksi-aksi keterlibatan TW terkait kepentingan gurita bisnisnya di Tanah Abang, sehingga membuat TW berang dan murka.
Kantor Tempo pun diserbu ribuan preman Flores dari seantero Jabotabek yang dibayar Tomy Winata pada tahun 2003 lalu (penulis juga pada saat itu ikut kelompoknya Yoseph Mbira dari Kelapa Gading). Tomy Winata memang lebih percaya Preman orang Flores daripada Preman orang Ambon di Jakarta ini, karena nyali mereka paling tinggi dan tak banyak bicara ketika ekseskusi.
Salah satu eksekutor sekaligus tangan kanannya Tomy Winata memukul Bambang Harymurti, Pemred Majalah Tempo, dengan kotak Tissue di meja kantor sampai keningnya berdarah. Sang eksekutor itu lalu membentak Bambang Harymurti suruh lapor saja Polisi kalau bisa. Jangankan lu, lampu neon di ruangannya Kapolri saja gua yang beli.
TW akhirnya memenangkan kasus itu di Pengadilan dalam perseteruannya dengan Majalah Tempo itu. Sosok dan kiprahnya pun semakin disegani dan ditakuti. Hanya karena beberapa lembar halaman tulisan tentang “Ada Tomy di Tenabang” Majalah Tempo akhirnya terpaksa merogoh kantong membayar ganti rugi sebesar 500 juta Rupiah kepada TW, plus pukulan kotak Tissue di keningnya Pamred Majalah Tempo, Bambang Harymurti.
Akibatnya, sampai detik ini nyali Tempo pun ciut. Sampai hari ini Tempo sudah tak berani lagi memuat reportase pemberitaan yang miring tentang sepak terjang Tomy Winata dalam berbagai gurita bisnisnya yang melilit negeri ini di segala bidang.
Itu baru sebagian contoh kecil sadisnya sepak terjang TW, masih banyak rekam jejak TW di negeri ini, salah satu contohnya si Ariel itu. Play Boy cap kodok yang nahas itu terpaksa harus menelan akar kepahitan mendekam di hotel prodeo merasakan dinginnya jeruji besi, akibat terlalu berani meniduri wanita misteriusnya TW.
Pengusaha sekaliber James Riadi, Taipan Lippo Group, saja pernah dibentak TW lantaran masalah hutang piutang Al Azhar rekanannya TW dengan si James Riadi itu, sehingga dengan terpaksa hutang piutang berjumlah miliaran rupiah itu, mau tak mau, diputihkan James Riadi daripada urusannya jadi panjang.
TW memang dianggap sebagai Polisinya para Pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa di negeri ini. Ketika ada masalah krusial yang tak mampu mereka tangani, mereka akan mengadu ke TW untuk minta bantuan. Tapi paradigma ini tak berlaku bagi Ahok. Sekalipun mengalir darah Tionghoa ditubuhnya, nasionalismenya Ahok sangat tinggi melebihi para pecundang pribumi.
Kiprah Ahok di rimba belantara Jakarta ini memang luar biasa. Siapapun yang tak satu visi dan misi, ditindak tegas dan dihantam kata-kata berbisa yang sangat menyengat dan mematikan sehingga membuat para rivalnya meratap penuh kertak gigi.
Orang ini tak takut mati. Kecintaannya untuk merubah Jakarta menjadi lebih baik dari sebelumnya memang susah dibendung. Siapapun akan ditabrak dan dilibas, sekalipun dilaporkan ke Polda Metro Jaya, sekalipun disomasi, sekalipun diminta memeriksakan kesehatan jiwanya, Ahok tetap kepala batu mewujudkan impiannya menuju Jakarta baru.
Justru sepak terjang para rivalnya itu semakin mengibarkan nama Ahok, seorang mantan Bupati Belitung keturunan Tionghoa yang menggegerkan Ibukota negara ini dengan sepak terjangnya yang dasyat bagaikan puting beliung memporak-porandakan kesewenang-wenangan para kaum munafiqun di Jakarta ini.
Beda TW, ya beda Ahok. Ia tak segan-segan bertindak frontal, tak gentar mengeluarkan kata-kata sadis yang menghujam ulu hati sehingga membuat para rivalnya itu satu per satu tumbang terkaing-kaing rata dengan tanah dan tak mampu bangkit lagi.
Di mata Ahok, para penguasa di Tanah Abang adalah momoknya sarang Aliens, tempat berkumpulnya manusia jadi-jadian dari planet antah berantah, lalu muncul sosok pahlawan kesiangan si Haji Lulung itu bagaikan makhluk dari planet Neptunus yang merasa jumawa karena merasa dirinya itu jagoan Tanah Abang.
Sekalipun menghadapi seorang jago kandang seperti si Haji Lulung itu, Ahok sedikitpun tak pernah gentar. Ia justru menanggapi pendekar jago kandang itu dengan darah dingin karena Ahok paham betul mana ada Pendekar yang cuma jago kandang bisa menang melawan negara. Sikap Ahok Ini membuat si Haji Lulung itu meradang dan terbakar emosinya sampai ke ubun-ubun.
Ini karakter baja Ahok, bukan karena dibelakangnya ada Prabowo yang sudah siap sedia pasang badan, bukan karena dibelakangnya ada Kopassus yang siap menghabisi para penguasa Tanah Abang dengan AK-47 bilamana coba-coba bermain anarkis sehingga merusak sendi-sendi sistem pemerintahan DKI, tapi memang Ahok orangnya ya begitu itu, tak mau tahu “menginjak batang lehernya” para golongan kaum munafiqun pemegang kunci kerajaan Sorga yang semena-mena di Jakarta ini.
Nyalinya Ahok sudah teruji. Sekuat beton. Karakternya tahan banting berhadapan dengan orang-orang culas berhati srigala yang sok kritis harus begini dan harus begitu. Para golongan munafiqun di Jakarta ini memang kebiasaan busuk mereka selalu kritik membabi buta, akan tetapi ketika disentil Ahok sedikit saja, lantas menabuh genderang perang bertalu-talu.
Kiprah Ahok di Jakarta ini bikin orang-orang culas bermental keparat ketar-ketir khawatir kena libas Ahok. Sekali Ahok menyerah berhadapan dengan orang sakit jiwa macam si Haji Lulung itu, bakal akan muncul lagi manusia-manusia frustasi Pemburu Ahok lainnya yang membuat Jakarta ini jadi panas membara dengan perang mulut dan limbah opini.
Ahok ya tetap Ahok. Pejabat bernyali yang tak mempan intimidasi dan perang urat saraf murahan. Bahkan saat ini para Sopir ugal-ugalan Metromini rombeng pun mulai merana jiwa mereka karena Ahok akan tangkap dan kandangkan Metromini rombeng tak bersurat yang berkeliaran di jalanan Jakarta bikin macet dan buang polusi dimana-mana.
Jarang-jarang ada Pejabat di negeri ini seperti Ahok yang sebegitu hebohnya digunjingkan hari lepas hari, tak peduli apakah gunjingan-gunjingan itu bernada miring ataukah gunjingan-gunjingan itu bernada memuji.
Beda dengan TW yang seringkali menerapkan strategi pencitraan tiarap dibalik layar dengan mengerahkan para eksekutornya yang bermain lihai dilapangan ketika ada kasus yang menimpa dirinya. Dari dulu selalu begitu itu.
Ahok ini lebih frontal. Yang sembarangan ikut mau-maunya di Jakarta ini akan “ditikam” Ahok dengan kata-kata tajam bagaikan pisau belati yang menusuk jantung sampai tembus ke punggung, tanpa pandang bulu siapapun dalangnya yang coba-coba memainkan sandiwara hypocrisy dari balik layar.
Sekalipun kantornya diseruduk orang-orang bayarannya si jago kandang Haji Lulung itu, akan tetapi Ahok ini tak takut mati. Ahok paham betul bahwa para makhluk jadi-jadian itu adalah sekumpulan orang pengecut, banci kaleng bernyali kerdil yang cuma menang gertak saja. Ahok mengisi peluru sampai penuh dan menginstruksikan Damkar DKI menyiapkan bensin untuk membantai para preman kumal itu jika menyentuh dirinya.
Sejatinya Institusi Kepolisian harusnya malu, tak perlu menunggu Ahok turun gunung dulu menghajar si Haji Lulung itu, baru Polri menerjunkan Petugas Pemburu Preman merazia para preman compang-camping yang luntang lantung di Tanah Abang. Memang susah tipikal Institusi yang sudah lama dipasung Rezim Orba. Jadinya ya begitu itu, selalu muncul belakangan.
Haji Lulung ini adalah tipikal “Anak Harto”, bagian dari kelompok “cognoscenti”, yaitu orang-orang yang mondar mandir di pusat-pusat kekuasaan ibukota. Tipikal “anak Harto” yang begini ini cepat berganti rupa bagaikan bunglon, dan cepat menyabet kesempatan, seperti yang dijabarkan oleh Budiarto Shambazy di kolom politik koran Kompas.
Ahok tak akan mungkin jadi seorang Pejabat negara yang tangguh kalau jalannya terus lurus saja tanpa berliku. Sehebat apapun TW yang kesannya tiarap saat ini, aku lebih menaruh apresiasi yang tinggi terhadap sepak terjang sosok seorang Ahok di dunia persilatan rimba belantara ibukota Metropolitan ini.
Ada yang berani bantah?
Jadi Terpopuler, Basuki Berkisah tentang Nenek Tercebur
Basuki Tjahaja Purnama masuk tokoh yang paling banyak dibicarakan di jejaring sosial karena sikap tegasnya. Menanggapi itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut terkekeh. Dia pun mengibaratkan hal ini seperti kisah nenek tercebur.
"Ini ibarat cerita ada nenek naik kapal di tengah lautan, ada ombak, dan nenek itu kecebur. He-he-he," kata Basuki di Balaikota Jakarta.
Kemudian, tuturnya, nenek itu tak ada yang menolongnya. Basuki mengibaratkan dirinya turut berada di dalam cerita itu sebagai pemuda yang cuek dengan terceburnya si nenek itu. Tanpa disangka, ternyata ada seseorang yang sengaja mendorongnya sehingga ikut tercebur ke laut, dan mau tidak mau ia harus menyelamatkan nenek itu.
"Ketika si nenek dibawa naik ke kapal, semua orang bilang saya populer kan? Padahal ketika saya naik, saya tanya, siapa yang ceburin saya ke laut? Begitu lho," ungkap Basuki.
Analogi pemuda yang diceburkan oleh orang lain ini sama seperti yang telah terjadi pada Basuki untuk berpolitik, terutama untuk turun berpartisipasi memperbaiki pemerintahan Ibu Kota.
Menjadi seorang calon wakil gubernur dan pada akhirnya berhasil menjadi wakil gubernur, menurut Basuki; orang yang mendorongnya memimpin Jakarta adalah warga Jakarta, bukan partai politik atau oknum politik lain yang berada di belakang Basuki.
"Warga DKI-lah yang menceburkan saya sampai menjadi wagub," kata alumnus Universitas Trisakti. Dia mengucapkan terima kasih karena sudah didorong "tercebur".
Basuki: Dalam Bernegara, Konstitusi Lebih Penting daripada Kitab Suci
JAKARTA — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, kitab suci merupakan sesuatu yang sangat penting. Namun dalam kehidupan bernegara, kata Basuki, Konstitusi harus tetap dikedepankan ketimbang kitab suci.
Menurutnya, Indonesia terdiri dari berbagai macam golongan. Jika kehidupan bernegara harus mengedepankan kitab suci dibanding konstitusi, maka sulit untuk menyatukan satu sama lain.
"Tidak akan ketemu-ketemu satu sama lain," ucapnya saat menjadi pembicara dalam acara Kanisius Education Fair di SMA Kolese Kanisius, Cikini, Jakarta Pusat.
Menurut Basuki, setiap golongan akan mempunyai tafsirnya masing-masing terkait kitab sucinya. Karena itu, menaati konstitusi merupakan cara yang paling tepat dalam kehidupan bernegara.
"Antara Kristen dan Katolik saja beda. Di Kristen sendiri, Advent sama Evangelis juga beda. Di Islam juga ada antara Sunni dan Syiah," jelasnya.
Basuki Tjahaja Purnama semakin banyak diberitakan baik di media maupun dari mulut ke mulut. Hal ini terjadi semenjak beliau menjadi wakil dari calon gubernur Joko Widodo/ Jokowi. Untuk itu inilah sekilas mengenai siapa sebenarnya Basuki Tjahaja Purnama yang biasa di panggil Ahok itu?
Akhir2 ini 3 hal yg menjadi black campaign adalah dia tionghoa, kristen, dan liberal. Untuk menjelaskan hal ini, sangat penting untuk menjelaskan trackrecord @basuki_btp. @basuki_btp dilahirkan 46 thn lalu, anak tertua dari keluarga Kim Nam, keluarga Tionghoa yg termasyhur namanya di pulau Belitung karena dermawan. Kim Nam adalah tokoh masyarakat Belitung . Pembela masyarakat miskin, bahkan mau berhutang pada org lain, untuk memberi uang pada orang susah. Kim Nam adalah nama Panggilan ayah Basuki, selayaknya Basuki dipanggil Ahok. Nama lengkapnya adalah Indera Tjahaja Purnama. Beliau sudah meninggal dunia.
Basuki dibesarkan dengan keras, dididik agar bisa kemudian berguna bagi masyarakat Belitung , tidak boleh sombong, inilah yang diajarkan Kim Nam. Basuki diwajibkan untuk selalu bersalaman dengan yg tua. Meski mereka kondisinya lebih berada di banding yang lain, Basuki harus bisa bergaul dengan teman-temannya. @basuki_btp tidak dididik sebagai orang Tionghoa, tapi sebagai anak indonesia dari Kampung Manggar. Kim Nam selalu tegaskan itu padanya.
Basuki tumbuh menjadi anak yang selalu ingin tahu. Temannya semuanya anak-anak Melayu dan dia bersekolah di SD negeri di desa laskar pelangi. Meski membaur, bukan berarti @basuki_btp bisa lepas dari tindakan diskriminasi karena dia adalah minoritas. Hal seperti ini tetap sering terjadi. Ketika SD , Basuki pernah dilarang menjadi pengerek bendera di sekolah ketika upacara karena warna kulitnya. Basuki kecewa, dia mengadukan hal tersebut pada ayahnya. Ayahnya, menyuruh Basuki bersabar. Saatnya akan tiba ketika orang terima kita, kata ayahnya. Basuki dilarang untuk berkecil hati, menurut ayahnya Basuki harus tetap berusaha terus. Tak boleh dendam.
Terkait agama, basuki juga sempat tidak di perbolehkan untuk masuk kelas agama islam, meski ia sangat ingin sekali. Semua teman-temannya bisa baca Alquran, Basuki pun ingin bisa. Namun ia disuruh pulang ketika datang ke TPA untuk belajar Alquran. Tetapi Basuki tetap tumbuh dan berkembang sebagai warga Belitung . Dia fasih berbahasa Belitung . Pergaulannya tidak menganggap dia orang lain.
Basuki adalah anak yang cerdas, dia selalu menjadi juara kelas. Tahun 1977 dia bersekolah di SMP Negeri di daerah Gantung. Menyadari potensi anaknya yang cerdas dan kondisi ekonomi yang baik, Kim Nam memutuskan untuk mengirim @basuki_btp bersekolah SMA ke Jakarta . Usaha keluarga Kim Nam memang sempat down ketika Basuki kecil, bahkan Ibunya sempat bekerja menjual kue. Harapan ayahnya, Basuki bisa bersekolah menjadi dokter karena di Belitung begitu banyak orang meninggal tidak mendapat akses kesehatan. Basuki bersekolah di SMA PSKD III itulah pertama kali Ia menginjak Jakarta 31 tahun lalu. @basuki_btp bukan orang baru di Jakarta .
Namun darah muda @basuki_btp memang bergolak, dia kabur kuliah dari pendidikan dokter UKI, kemudian pindah ke teknik geologi Trisakti. Waktu berlanjut sampai akhirnya Basuki menyelesaikan pendidikan S2 dan mendirikan perusahaan di Belitung . Perusahaan Basuki waktu itu akhirnya terpaksa ia tutup karena terbentur kebijakan korup pejabat. Basuki kecewa, dia akhirnya berniat mau meninggalkan negara ini untuk berkarir di luar negeri. Namun hal ini dilarang oleh ayahnya. Basuki disuruh bertahan, petuah ayahnya waktu itu. Basuki harus bersabar, kalau tidak setuju ubahlah sendiri, jangan lari. “Orang miskin jangan lawan orang kaya, orang kaya jangan lawan pejabat.” begitu kata ayahnya. Sebagus apapun orang kaya bisa menolong orang miskin, tapi yg bisa membantu mereka secara hakiki adalah pejabat melalui kebijakannya.
Namun setelah orang tuanya meninggal, Basuki baru masuk ke dunia politik. Dia memulai karir politik dari bawah dengan partai kecil. Basuki awalnya hanya anggota DPRD Belitung Timur. Namun setahun kemudian memenangkan pilkada Belitung Timur. Sejak menjadi bupati, namanya sebagai bupati mulai dikenal di tingkat nasional. Kebijakannya brilian dan Ia adalah bupati pertama beretnis Tionghoa. Karena kebijakannya sebagai bupati, @basuki_btp di daulat menjadi tokoh yg mengubah Indonesia oleh majalah Tempo. Dia letakkan hal-hal baru sebagai pejabat.
Meski hanya 1 tahun 4 bulan saja menjabat sebagai bupati Belitung, karena harus mengundurkan diri sebagai cagub Prov. Babel, Basuki mewariskan peninggalan-peninggalan besar. @basuki_btp sukses mengasuransikan kesehatan semua warganya. Siapapun warga Beltim, tidak perlu lagi khawatir sakit, tinggal ke rumahsakit. Dia mengecek langsung semua kebutuhan masyarakat ke lapangan dan menggodok kebijakan dengan sistem yang keras terhadap birokrasinya.
Selama menjadi bupati, Basuki tidak pernah menutup kaca jendela ketika berada di dalam mobil. Dia tak menunggu warga mengulurkan tangan, dia selalu duluan mengulurkan tangannya. Namun peristiwa diskriminasi belum juga selesai meski @basuki_btp telah terpilih menjadi bupati. Masih banyak hal-hal yang tidak mengenakkan. Awal menjadi bupati, Ia dicegah untuk tidak menjadi pembina upacara. Masyarakat tidak mau hormat sama orang China , begitu isunya.
Namun @basuki_btp memaksa. Dia tidak mau diancam-ancam sebagai pemimpin. Ia tetap ngotot mau jadi pembina upacara. “Dulu ketika SD saya dilarang jadi pengerek bendera, sekarang sudah menjadi bupati masih juga tak boleh jadi pembina. Kamu tembak juga saya rela!” tukasnya.
Basuki Tjahaja Purnama / Ahok Bersama Istri
Ketika @basuki_btp menjadi bupati, bukan masyarakat muslim yang protes dengan kebijakannya sebagai bupati. Malah umat yang seagama dengannya. Basuki dituduh tidak memperhatikan pembangunan gereja, malah mempermudah dan menyumbang pembangunan masjid2. @basuki_btp berang,menurutnya gereja tidak perlu dibantu. “Kalian saweran aja, gereja udah jadi. Kalau masjid memang harus disokong.” Jelas Basuki. Masyarakat Muslim jumlahnya 93% dan masjid butuh banyak. Gereja cuma butuh sedikit dan umat kristen lebih baik ekonominya. Selain membangun mesjid, @basuki_btp juga menaik-hajikan ustad dan ulama-ulama yang belum bergelar haji. Lebih dari 100 orang dihajikan. @basuki_btp bahkan ikut safari ramadhan ketika bulan ramadhan tiba. Meski ia harus menunggu saja di parkiran sampai selesai.
Gubernur lah yang bolak-balik mesjid-parkiran untuk mengantarkan makanan. Tetapi @basuki_btp selalu bertahan dalam safari ramadhan.
Dalam setiap kampanyenya, @basuki_btp juga tidak pernah menggunakan sembako/bagi2 duit. Dia percaya dengan kartu nama, dan nomor hp nya. Menurut @basuki_btp yang dibutuhkan rakyat adalah nomor HP nya. Rakyat harus bisa menggapai dan mengakses pemimpinnya. Sebagian besar warga Belitung , mulai dari nelayan, pedagang, sampai PNS punya nomor HP Bupati. Semua hal bisa dilaporkan langsung.
Pernah ada nelayan yg melaporkan LSM yg menimbun solar subsidi di Manggar, @basuki_btp langsung turun ke lapangan dan mengganti LSM tersebut. Ada juga pungutan liar yg dilaporkan oleh murid SMA, @basuki_btp turun dan mengusut korupsi di sekolah itu. Basuki memegang hp nya sendiri dan Ia selalu mengusahakan membantu orang yang mengeluh. Disitu ia sadar kondisi sebenarnya dari kebijakannya. Pemimpin yang tau persis kebijakannya dirasakan rakyat atau tidak, itulah @basuki_btp. Semua bisa menggapainya.
Kampanye no HP ini tetap dipertahankan @basuki_btp di Jakarta . Yang pernah bertemu Basuki, pasti lihat dia agak “sibuk” sama hp nya. Jika masih ada yang mempertanyakan Pak @basuki_btp tidak akan adil karena berlatar belakang agama minoritas. Berarti dia belum mengenal siapa Basuki.
Nah, ada yg menarik lagi. Sebagian bilang ini kelebihan, sebagian ada yg bilang ini kekurangan. Yaitu, Pak @basuki_btp ini bicaranya ceplas-ceplos. Silahkan lihat Youtube Pak Basuki sebagai anggota DPR. Ucapannya cepat, tegas, dan emosional. Dia org yg tak sanggup menyembunyikan kegelisahannya. Namun seringkali karena kecepatannya itu, omongan Pak Basuki sering diputarbalikkan dan dipotong-potong sehingga salah arti. Masih ingat cerita tentang ayat-ayat konstitusi kemarin? Itu hasil putarbalikkan dari tetangga kita tercinta. Jika dilihat keseluruhan maksud Pak Basuki lebih dari itu. Harus diingat Pak @basuki_btp adalah seorang nasionalis sejati. Dia mengedepankan persatuan dan kepentingan nasional dan menepikan SARA.
Sebagai pejabat negara, pemimpin memang harus patuh kepada undang-undang/ ayat-ayat konstitusi. Dia harus berjalan dalam koridor hukum, harus bersih dan transparan. Karena ayat-ayat agama kedudukannya jauh lebih tinggi kedudukannya sehingga sudah seharusnya dijalankan. Kita tidak bisa memakai ayat-ayat agama dalam menjalankan hukum di negara oleh karena itu hukum konstitusi harus di tegakkan.
Inget waktu itu tim nya Foke mencoba merapat ke Ahok untuk dijadiin wakilnya. Gue blg “Aku gamau dukung bapak kalo jd wakilnya Foke”. Nono Sampono waktu itu juga merapat ke Ahok untuk dijadiin wakilnya. Karena Nono tau sekali track record Ahok kayak gimana. Namun Ahok menolak. Sebelumnya, calon Independen juga dukung Ahok maju gubernur dengan dukungan massanya. Tapi itu orang deklarasiin sendiri bareng anaknya alm. pelawak. Akhirnya ketika bertemu dengan Jokowi, Ahok merasa satu visi & track recordnya pun sama ketika di Belitung & Solo. Majulah mereka berdua. Perfect!
Oleh karena itu jangan pernah memandang sebelah mata wakilnya Jokowi ini, mereka sama-sama bagus dan egaliter. Insya Allah diamanatkan wujudkan Jakarta Baru. Untuk masalah agama, Ahok tidak pernah mempermasalahkan. Dia prioritaskan sesuatu sesuai dengan kondisi. Ahok sangat menghormati semua agama. Omongan Ahok mengenai ayat2 suci di pelintir banyak orang. Mereka nggak ngerti maksud Ahok itu apa. Yang nggak diinginkan Ahok adalah, ketika seorang pejabat disuruh bayar pajak dia berlindung pada ajaran agama tertentu. Dan ketika dipenjara berlindung pada konstitusi. Maka dari itu ayat2 suci tidak bisa digabungkan dengan konstitusi.
Percaya atau tidak, Ahok gak punya mobil. KPK pun tidak percaya. Itu kenapa? Karna Ahok lebih suka menolong orang dibanding beli untuk pribadinya. Mengenai kepemimpinan Ahok di Belitung, salah satu Kyai besar disana membandingkan Ahok dengan si “pengacara” dari babel juga. Inisial Y. Kyai itu bilang “Ahok biarpun Kristen, orang-orang Belitung pada dinaikin haji. Kalo si Y yg diberangkatin hanya keluarganya. Ahok sangat cinta rakyat!”
Ahok tidak membedakan orang, tim sukses lawan politiknya di Belitung ada yg memiliki kinerja bagus dijadikan bagian dari jajaran pemerintahannya. Teringat ketika gue ke Belitung , ada seorang pendeta yang datang menemui Ahok. Intinya ingin meminta sumbangan berupa mobil. Mobil itu konon katanya dipakai untuk antar jemput jemaat. Waktu itu pembicaraan Pak Ahok dan pendeta didepan saya. Ahok langsung menolaknya. Karena yang Kristen di desa Gantung (desa Ahok) hanya sedikit dan jaraknya sempit. Kalo tiap minggu ke gereja kata Ahok masih bisa jalan kaki. Si pendeta gak terima dan marah-marah ke Ahok sambil bilang “Kamu hanya sumbangkan ke masjid-masjid saja, agamamu tidak disumbang”. Ahok jawab ; “Aku sumbangkan gereja juga, Tapi tidak banyak karena di sini mayoritas lebih banyak yang memakai mesjid”. Pendeta pun pulang.
Besoknya saya dkk ijin sama Pak Ahok untuk wawancara masyarakat Belitung mengenai dia. Pak Ahok bilang “Kalau mau wawancara di tempat yang milih saya dikit. “Karna kalau kalian wawancara di tempat saya menang, pasti baik semua”. Akhirnya kita ke tempat yang sedikit pilih Ahok. Dalam perjalanan, gue berfikir pasti jelek-jelek nih yang bicara tentang Ahok. Dugaan gue meleset, semua mengakui Ahok padahal dulu gak nyoblos Ahok.
Beruntung, sekarang Jakarta dapat giliran berikutnya yang akan diubah oleh Ahok. DKI Jakarta jangan sampai hilang kesempatan emas ini. Saya ngetwit ini tidak dibayar, dikasih hadiah apalagi dijanjiin dikasih jabatan. Saya ingin negara ini berubah, keadilan sosial merata. Tiap hari bantu Ahok saya tidak dibayar, saya dkk simpati terhadap kinerjanya. Saya hanya bisa membantu dana untuk Ahok melalui jualan kemeja. Semua keuntungan saya serahkan untuk kampanye JB, walaupun capek tapi saya dkk puas menolong orang yang memang pantas ditolong. Pesan saya : Jika ada suatu kesempatan ikt serta dalam memperbaiki bangsa, buktikan! Mari wujudkan Jakarta Baru.
Jokowi No, Ahok Yes!
Aku bilang Jokowi no karena aku sudah kelewat jenuh dengan pujian dan sanjungan sambung menyambung yang disajikan media sehingga membutakan mata dan menulikan telinga, mematikan panca indra dan memunculkan sosok nabi baru. Bayangkan, mengeritik Jokowi saja akan menuai badai caci maki dari fanatismenya. Perhatikan saja, artikel-artikel yang berbau memojokan Jokowi akan banyak dilalap habis oleh para fanatisme dan dari para penikmat perang urat syaraf, serta sebagian dari yang kontra Jokowi karena memang dari awalnya tidak suka.
Sebagai penikmat berita saya sudah merasakan titik jenuh, karena yang muncul bukan lagi sebuah berita (menurut saya) namun sebuah parade atau festivalisasi seorang Jokowi wong ndeso, pro rakyat kecil, blusukan, dan senyum ramahnya.
Hemat saya, pemimpin yang handal bukan saja jujur, suka blusukan dan lain-lain, tapi adalah sebagai seorang PENGAMBIL RESIKO, meskipun itu layaknya sebuah gambling yang suatu saat bisa saja menenggelamkan namanya sendiri atau bahkan nyawanya. Peran itu telah diambil Ahok dalam episode Tanah Abang.
Terus terang, saya dan mungkin yang lainnya, tidak menyangka Ahok bertindak sekeras dan senekat itu. Selama ini saya belum pernah lihat seorang sekelas kepala daerah ngomong keras bahkan dengan bahasa preman. Diancam malah balik mengancam, diajak akrab menghindar, nunjuk balas nunjuk, dipelototi balas melotot, gila….! Sadarkah Ahok dengan resiko politik dan keselamatannya? Saya yakin Ahok bukan orang bodoh, dia berani karena dia yakin akan sebuah kebenaran dan dia yakin ada jutaan rakyat Jakarta dan Indonesia yang siap membelanya dari penebar ancaman.
Bravo Ahok, maju terus pantang menyerah untuk sebuah kebaikan dan kebenaran.
Cerita Ahok Pernah 'Ditodong' Rp 5 M agar Lolos Jadi Gubernur Babel
Jakarta - Ini cerita lain tentang politik uang yang diungkapkan Wakil Gubernur DKI Basuki T Purnama alias Ahok. Saat mengikuti Pilkada Bangka Belitung pada 2007 lalu, Ahok sempat ditodong membayar Rp 5 miliar agar bisa menang.
"Waktu itu ada oknum yang mengaku dari MA bisa meloloskan itu (gugatan hasil pilkada ke MA) gitu lho. Iya, menawarkan seperti itu (Rp 5 miliar). Terus turun, Rp 4 miliar, Rp 3 miliar. Saya katakan tidak," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Pria 47 tahun ini lantas mendapatkan nasihat dari koleganya, almarhum Dr Sjahrir saat itu. "Kalau kamu lakukan itu Ahok, kamu bukan Ahok lagi. Karena kita ini politik akal sehat. Untuk apa kamu lakukan untuk sekadar jadi gubernur? Kamu bukan jadi gubernur yang asli," tutur Ahok menirukan nasihat Sjahrir.
"Coba kalau saya lakukan, saya hari ini cuma jadi gubernur Babel (Bangka Belitung). Nggak jadi Wagub DKI, kalau di DKI uang operasional lebih gede kan," sindir Ahok setengah bercanda.
Ahok berpesan, sebagai manusia harus berani idealis. "Kalau mau menangkan suatu pemilukada, sekalipun ada tawaran macam-macam pun, benar tidak benar kan kita tidak tahu. Bukti tidak ada kan? Anda harus berani mengatakan tidak," tegas dia.
Ahok Melejit, Tomy Winata Tiarap
Sama-sama berdarah keturunan, sama-sama cerdas, sama-sama pemberani, sama-sama berdarah dingin tak takut orang. Bedanya, Tomy Winata bermain cantik di Swasta, sedangkan Ahok bermain lincah di ruang lingkup birokrasi pemerintahan.
Siapa yang tak kenal Tomy Winata, Taipan yang paling disegani di negeri ini. Bahkan seorang Gus Dur pun ketika masih menjabat sebagai Presiden RI pernah memerintahkan untuk menangkap Tomy Winata, akan tetapi keinginannya itu tak pernah tercapai sampai hari ini. Betapa saktinya TW ini.
Pembaca masih ingat kasus “Ada Tomy di Tenabang”? Perseteruan antara TW dengan majalah Tempo lantaran tulisan wartawan Tempo yang mengupas tuntas secara gamblang dan terperinci aksi-aksi keterlibatan TW terkait kepentingan gurita bisnisnya di Tanah Abang, sehingga membuat TW berang dan murka.
Kantor Tempo pun diserbu ribuan preman Flores dari seantero Jabotabek yang dibayar Tomy Winata pada tahun 2003 lalu (penulis juga pada saat itu ikut kelompoknya Yoseph Mbira dari Kelapa Gading). Tomy Winata memang lebih percaya Preman orang Flores daripada Preman orang Ambon di Jakarta ini, karena nyali mereka paling tinggi dan tak banyak bicara ketika ekseskusi.
Salah satu eksekutor sekaligus tangan kanannya Tomy Winata memukul Bambang Harymurti, Pemred Majalah Tempo, dengan kotak Tissue di meja kantor sampai keningnya berdarah. Sang eksekutor itu lalu membentak Bambang Harymurti suruh lapor saja Polisi kalau bisa. Jangankan lu, lampu neon di ruangannya Kapolri saja gua yang beli.
TW akhirnya memenangkan kasus itu di Pengadilan dalam perseteruannya dengan Majalah Tempo itu. Sosok dan kiprahnya pun semakin disegani dan ditakuti. Hanya karena beberapa lembar halaman tulisan tentang “Ada Tomy di Tenabang” Majalah Tempo akhirnya terpaksa merogoh kantong membayar ganti rugi sebesar 500 juta Rupiah kepada TW, plus pukulan kotak Tissue di keningnya Pamred Majalah Tempo, Bambang Harymurti.
Akibatnya, sampai detik ini nyali Tempo pun ciut. Sampai hari ini Tempo sudah tak berani lagi memuat reportase pemberitaan yang miring tentang sepak terjang Tomy Winata dalam berbagai gurita bisnisnya yang melilit negeri ini di segala bidang.
Itu baru sebagian contoh kecil sadisnya sepak terjang TW, masih banyak rekam jejak TW di negeri ini, salah satu contohnya si Ariel itu. Play Boy cap kodok yang nahas itu terpaksa harus menelan akar kepahitan mendekam di hotel prodeo merasakan dinginnya jeruji besi, akibat terlalu berani meniduri wanita misteriusnya TW.
Pengusaha sekaliber James Riadi, Taipan Lippo Group, saja pernah dibentak TW lantaran masalah hutang piutang Al Azhar rekanannya TW dengan si James Riadi itu, sehingga dengan terpaksa hutang piutang berjumlah miliaran rupiah itu, mau tak mau, diputihkan James Riadi daripada urusannya jadi panjang.
TW memang dianggap sebagai Polisinya para Pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa di negeri ini. Ketika ada masalah krusial yang tak mampu mereka tangani, mereka akan mengadu ke TW untuk minta bantuan. Tapi paradigma ini tak berlaku bagi Ahok. Sekalipun mengalir darah Tionghoa ditubuhnya, nasionalismenya Ahok sangat tinggi melebihi para pecundang pribumi.
Kiprah Ahok di rimba belantara Jakarta ini memang luar biasa. Siapapun yang tak satu visi dan misi, ditindak tegas dan dihantam kata-kata berbisa yang sangat menyengat dan mematikan sehingga membuat para rivalnya meratap penuh kertak gigi.
Orang ini tak takut mati. Kecintaannya untuk merubah Jakarta menjadi lebih baik dari sebelumnya memang susah dibendung. Siapapun akan ditabrak dan dilibas, sekalipun dilaporkan ke Polda Metro Jaya, sekalipun disomasi, sekalipun diminta memeriksakan kesehatan jiwanya, Ahok tetap kepala batu mewujudkan impiannya menuju Jakarta baru.
Justru sepak terjang para rivalnya itu semakin mengibarkan nama Ahok, seorang mantan Bupati Belitung keturunan Tionghoa yang menggegerkan Ibukota negara ini dengan sepak terjangnya yang dasyat bagaikan puting beliung memporak-porandakan kesewenang-wenangan para kaum munafiqun di Jakarta ini.
Beda TW, ya beda Ahok. Ia tak segan-segan bertindak frontal, tak gentar mengeluarkan kata-kata sadis yang menghujam ulu hati sehingga membuat para rivalnya itu satu per satu tumbang terkaing-kaing rata dengan tanah dan tak mampu bangkit lagi.
Di mata Ahok, para penguasa di Tanah Abang adalah momoknya sarang Aliens, tempat berkumpulnya manusia jadi-jadian dari planet antah berantah, lalu muncul sosok pahlawan kesiangan si Haji Lulung itu bagaikan makhluk dari planet Neptunus yang merasa jumawa karena merasa dirinya itu jagoan Tanah Abang.
Sekalipun menghadapi seorang jago kandang seperti si Haji Lulung itu, Ahok sedikitpun tak pernah gentar. Ia justru menanggapi pendekar jago kandang itu dengan darah dingin karena Ahok paham betul mana ada Pendekar yang cuma jago kandang bisa menang melawan negara. Sikap Ahok Ini membuat si Haji Lulung itu meradang dan terbakar emosinya sampai ke ubun-ubun.
Ini karakter baja Ahok, bukan karena dibelakangnya ada Prabowo yang sudah siap sedia pasang badan, bukan karena dibelakangnya ada Kopassus yang siap menghabisi para penguasa Tanah Abang dengan AK-47 bilamana coba-coba bermain anarkis sehingga merusak sendi-sendi sistem pemerintahan DKI, tapi memang Ahok orangnya ya begitu itu, tak mau tahu “menginjak batang lehernya” para golongan kaum munafiqun pemegang kunci kerajaan Sorga yang semena-mena di Jakarta ini.
Nyalinya Ahok sudah teruji. Sekuat beton. Karakternya tahan banting berhadapan dengan orang-orang culas berhati srigala yang sok kritis harus begini dan harus begitu. Para golongan munafiqun di Jakarta ini memang kebiasaan busuk mereka selalu kritik membabi buta, akan tetapi ketika disentil Ahok sedikit saja, lantas menabuh genderang perang bertalu-talu.
Kiprah Ahok di Jakarta ini bikin orang-orang culas bermental keparat ketar-ketir khawatir kena libas Ahok. Sekali Ahok menyerah berhadapan dengan orang sakit jiwa macam si Haji Lulung itu, bakal akan muncul lagi manusia-manusia frustasi Pemburu Ahok lainnya yang membuat Jakarta ini jadi panas membara dengan perang mulut dan limbah opini.
Ahok ya tetap Ahok. Pejabat bernyali yang tak mempan intimidasi dan perang urat saraf murahan. Bahkan saat ini para Sopir ugal-ugalan Metromini rombeng pun mulai merana jiwa mereka karena Ahok akan tangkap dan kandangkan Metromini rombeng tak bersurat yang berkeliaran di jalanan Jakarta bikin macet dan buang polusi dimana-mana.
Jarang-jarang ada Pejabat di negeri ini seperti Ahok yang sebegitu hebohnya digunjingkan hari lepas hari, tak peduli apakah gunjingan-gunjingan itu bernada miring ataukah gunjingan-gunjingan itu bernada memuji.
Beda dengan TW yang seringkali menerapkan strategi pencitraan tiarap dibalik layar dengan mengerahkan para eksekutornya yang bermain lihai dilapangan ketika ada kasus yang menimpa dirinya. Dari dulu selalu begitu itu.
Ahok ini lebih frontal. Yang sembarangan ikut mau-maunya di Jakarta ini akan “ditikam” Ahok dengan kata-kata tajam bagaikan pisau belati yang menusuk jantung sampai tembus ke punggung, tanpa pandang bulu siapapun dalangnya yang coba-coba memainkan sandiwara hypocrisy dari balik layar.
Sekalipun kantornya diseruduk orang-orang bayarannya si jago kandang Haji Lulung itu, akan tetapi Ahok ini tak takut mati. Ahok paham betul bahwa para makhluk jadi-jadian itu adalah sekumpulan orang pengecut, banci kaleng bernyali kerdil yang cuma menang gertak saja. Ahok mengisi peluru sampai penuh dan menginstruksikan Damkar DKI menyiapkan bensin untuk membantai para preman kumal itu jika menyentuh dirinya.
Sejatinya Institusi Kepolisian harusnya malu, tak perlu menunggu Ahok turun gunung dulu menghajar si Haji Lulung itu, baru Polri menerjunkan Petugas Pemburu Preman merazia para preman compang-camping yang luntang lantung di Tanah Abang. Memang susah tipikal Institusi yang sudah lama dipasung Rezim Orba. Jadinya ya begitu itu, selalu muncul belakangan.
Haji Lulung ini adalah tipikal “Anak Harto”, bagian dari kelompok “cognoscenti”, yaitu orang-orang yang mondar mandir di pusat-pusat kekuasaan ibukota. Tipikal “anak Harto” yang begini ini cepat berganti rupa bagaikan bunglon, dan cepat menyabet kesempatan, seperti yang dijabarkan oleh Budiarto Shambazy di kolom politik koran Kompas.
Ahok tak akan mungkin jadi seorang Pejabat negara yang tangguh kalau jalannya terus lurus saja tanpa berliku. Sehebat apapun TW yang kesannya tiarap saat ini, aku lebih menaruh apresiasi yang tinggi terhadap sepak terjang sosok seorang Ahok di dunia persilatan rimba belantara ibukota Metropolitan ini.
Ada yang berani bantah?
Jadi Terpopuler, Basuki Berkisah tentang Nenek Tercebur
Basuki Tjahaja Purnama masuk tokoh yang paling banyak dibicarakan di jejaring sosial karena sikap tegasnya. Menanggapi itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut terkekeh. Dia pun mengibaratkan hal ini seperti kisah nenek tercebur.
"Ini ibarat cerita ada nenek naik kapal di tengah lautan, ada ombak, dan nenek itu kecebur. He-he-he," kata Basuki di Balaikota Jakarta.
Kemudian, tuturnya, nenek itu tak ada yang menolongnya. Basuki mengibaratkan dirinya turut berada di dalam cerita itu sebagai pemuda yang cuek dengan terceburnya si nenek itu. Tanpa disangka, ternyata ada seseorang yang sengaja mendorongnya sehingga ikut tercebur ke laut, dan mau tidak mau ia harus menyelamatkan nenek itu.
"Ketika si nenek dibawa naik ke kapal, semua orang bilang saya populer kan? Padahal ketika saya naik, saya tanya, siapa yang ceburin saya ke laut? Begitu lho," ungkap Basuki.
Analogi pemuda yang diceburkan oleh orang lain ini sama seperti yang telah terjadi pada Basuki untuk berpolitik, terutama untuk turun berpartisipasi memperbaiki pemerintahan Ibu Kota.
Menjadi seorang calon wakil gubernur dan pada akhirnya berhasil menjadi wakil gubernur, menurut Basuki; orang yang mendorongnya memimpin Jakarta adalah warga Jakarta, bukan partai politik atau oknum politik lain yang berada di belakang Basuki.
"Warga DKI-lah yang menceburkan saya sampai menjadi wagub," kata alumnus Universitas Trisakti. Dia mengucapkan terima kasih karena sudah didorong "tercebur".
Basuki: Dalam Bernegara, Konstitusi Lebih Penting daripada Kitab Suci
JAKARTA — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, kitab suci merupakan sesuatu yang sangat penting. Namun dalam kehidupan bernegara, kata Basuki, Konstitusi harus tetap dikedepankan ketimbang kitab suci.
Menurutnya, Indonesia terdiri dari berbagai macam golongan. Jika kehidupan bernegara harus mengedepankan kitab suci dibanding konstitusi, maka sulit untuk menyatukan satu sama lain.
"Tidak akan ketemu-ketemu satu sama lain," ucapnya saat menjadi pembicara dalam acara Kanisius Education Fair di SMA Kolese Kanisius, Cikini, Jakarta Pusat.
Menurut Basuki, setiap golongan akan mempunyai tafsirnya masing-masing terkait kitab sucinya. Karena itu, menaati konstitusi merupakan cara yang paling tepat dalam kehidupan bernegara.
"Antara Kristen dan Katolik saja beda. Di Kristen sendiri, Advent sama Evangelis juga beda. Di Islam juga ada antara Sunni dan Syiah," jelasnya.
0 komentar:
Post a Comment