728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Serigala Serigala Batavia

    Cicero

    Mari kita awali tulisan pendek ini dengan mengutip pernyataan bijak Marcus Tullius Cicero (106-43 SM). Cicero yang selalu disebut sebagai orator ulung, negarawan, filsuf, ahli politik, ahli hukum, dan konsul ini mengatakan, ”Jika kita harus melakukan sesuatu yang tidak populer, sebaiknya sekalian saja dilakukan dengan segenap hati karena dalam politik, pujian tidak didapatkan dengan takut-takut.”

    Cicero hidup sezaman dengan tokoh-tokoh besar Republik Romawi, seperti Gaius Julius Caesar, Pompeius Magnus atau Pompey Agung, dan Marcus Crassus. Mereka ini membentuk triumvirat yang disebut sebagai Triumvirat Pertama. Setelah mereka, muncul Triumvirat Kedua, yakni Octavian, Marc Anthony, dan Marcus Aemilius Lepidus, Marc Anthony-lah yang mengakhiri hidup Cicero.

    Di zaman penuh intrik itulah Cicero hidup dan berkarya. Ia menyadari sepenuhnya bahwa kekuasaan dari dahulu memang membuai, mengiurkan, dan memabukkan sehingga membuat orang yang keranjingan kekuasaan lupa daratan, bisa menghalalkan segala cara demi yang namanya kekuasaan itu.

    Setelah Marcus Crassus meninggal (53 SM), triumvirat itu pun akhirnya pecah: Caesar dan Pompeius terlibat perang saudara. Pompeius tewas. Caesar yang kemudian menjadi diktator pun akhirnya dibunuh Marcus Junius Brutus dan Gaius Cassius Longinus. Setelah itu muncul Triumvirat Kedua.

    Itulah sebabnya Cicero secara jelas memperingatkan, ”Suatu bangsa bisa bertahan menghadapi orang-orang bodoh, bahkan orang-orang ambisius sekalipun. Tetapi, bangsa akan hancur menghadapi pengkhianat dari dalam.”

    Cicero tidak berhenti sampai di sini. Ia melanjutkan, ”Seorang musuh di pintu gerbang kurang menakutkan karena ia diketahui dan membawa umbul-umbulnya dengan terang-terangan. Tetapi, pengkhianat bergerak di antara orang-orang di sebalik pintu gerbang dengan bebas, bisikan rahasianya berdesir menyusuri semua lembah, terdengar di gedung pemerintahan juga. Karena pengkhianat tidak tampak seperti pengkhianat; ia bicara dalam aksen yang sangat familier bagi para korbannya. Ia membusukkan jiwa bangsa. Ia bekerja secara rahasia dan tidak dikenal dalam hari untuk menggerogoti pilar-pilar kota. Ia menjangkiti lembaga politik sehingga tidak dapat lagi bertahan hidup. Seorang pembunuh, kurang menakutkan. Pengkhianat itu wabah penyakit.”

    Siapa yang pernah menduga, Brutus yang pernah diampuni Caesar karena berpihak kepada Pompeius dalam perang saudara justru merunduk Caesar; membunuh Caesar? Itulah politik! Sekali lagi kata Cicero ”politik bukan perjuangan demi keadilan. Politik adalah profesi”. Karena politik adalah profesi, maka politikus adalah makhluk yang ulet dalam memperjuangkan ambisi politiknya dalam meraih tujuannya berpolitik.

    Apa yang diungkapkan Cicero tentang ”pengkhianatan dalam politik” tidak hanya terjadi di masa lalu, tetapi juga di masa kini, di zaman ”profesi politik” memberikan banyak gelimang uang, selain tentu kekuasaan. Makin besar kekuasaan yang didapat, makin banyak uang yang akan diraup. Dalam kondisi seperti ini, frase dalam bahasa Latin homo homini lupus est (manusia adalah serigala bagi sesama) yang dipopulerkan Thomas Hobbes (1588-1679), memperoleh pembenarannya.

    Dengan demikian, politik seperti yang disampaikan Socrates, yakni sebagai seni yang mengandung kesantunan, jauh dari kenyataan. Tetapi, sekali lagi, seperti dikemukakan Cicero ”dalam politik, pujian tidak didapatkan dengan takut-takut”. Itu berarti, dalam politik dibutuhkan orang yang berani mengambil tindakan meski tidak populer. Bagaimana Pak Jokowi, daripada dimakan serigala-serigala yang berkeliaran di mana-mana. Anda perlu segera bertindak tegas.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Serigala Serigala Batavia Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top