728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Anak Desa Yang Sukses Bangun Raksasa Teknologi

    Kisah Terry Gou, Anak Desa yang Sukses Bikin Pabrik iPhone

    Terry Gou adalah salah satu sosok paling powerful di jagat teknologi. Dia adalah pemilik Foxconn, manufaktur elektronik terbesar di dunia yang berpusat di Taiwan.

    Seperti diketahui, Apple mempercayakan perakitan iPhone dan gadgetnya yang lain kepada Foxconn. Tak heran berkat sukses Foxconn, Terry termasuk orang terkaya di dunia, harta terakhirnya di kisaran USD 6,6 miliar.

    Terry ternyata bukan berasal dari keluarga kaya, ia lahir di desa. Berikut sekelumit kisahnya yang menarik hingga Terry berhasil mendaki puncak tangga kesuksesan.

    Kacang yang Tak Lupa Kulitnya


    Mungkin tak ada yang mengira jika Terry Gou bakal menjadi pebisnis sukses yang kaya raya. Terlebih, pemilik Foxconn ini lahir di keluarga sederhana. Namun hidup yang penuh perjuangan itu tak lantas membuat Terry menjadi kacang yang lupa kulitnya.

    Orang tua Terry berasal dari desa Gewan, propinsi Shanxi, China. Ayahnya adalah tentara China yang terlibat dalam perang melawan Jepang pada tahun 1931 sampai 1945. Sesudah masa perang, sang ayah menjadi polisi.

    Tapi kemudian terjadi pergolakan kekuasaan di China. Sang ayah dan istrinya pun memutuskan mengungsi ke Taiwan pada tahun 1949. Di sana, mereka menetap. Tahun 1950, Terry lahir dengan nama Gou Tai-ming.

    Terry adalah anak sulung, dua adiknya laki-laki. Berhasil tamat kuliah, Terry mendapat pekerjaan pertama sebagai karyawan pabrik. Ia kemudian memutuskan menikah pada usia 24 tahun dengan Serena Lin, yang berasal dari keluarga cukup berada.

    Meski lahir di Taiwan, Terry tidak melupakan asal-usul orang tuanya, di desa Gewan. Saat sudah kaya, dia menyumbang banyak uang untuk membangun sekolah, peternakan, bahkan mendirikan pabrik Foxconn yang lokasinya berdekatan dengan desa itu, dengan jumlah pekerja 20 ribu orang.

    Sebenarnya beberapa analis menganggap pendirian pabrik Foxconn di sana tidak akan menguntungkan secara bisnis. Tapi Terry tetap bersikeras. "Aku bisa saja pergi jika investasiku gagal, tapi tidak di Shanxi," ujarnya.

    "Harapan terbesar Terry adalah berinvestasi dan mengembangkan ekonomi di sini. Dia sudah diberitahu kalau investasi di sini kurang bagus, tapi dia tetap bersikeras," kata Gou Xiaoping, keponakannya.

    Terry Gou juga memperbaiki kembali rumah orang tuanya. Orang-orang di desa Gewan pun mengidolakannya karena dianggap berjasa besar melakukan pembangunan.

    "Dia sudah membangunkan jalan, jembatan, sekolah, apa saja. Tanpa Gou, kualitas hidup kami tidak akan seperti ini," kata Gou Quan Shan, salah seorang petani di desa Gewan.

    "Ketika datang di sini, dia diperlakukan seperti seorang raja. Ada banyak polisi dan petugas keamanan. Dia adalah pria yang baik. Dia banyak sekali membantu kami," kata orang desa yang lain.

    Terry juga sering mengunjungi tanah kelahirannya di Taiwan, di mana dia dibesarkan di dekat candi Mazu, dewa laut China. Dia selalu menyempatkan datang setiap tahun baru China untuk berdoa di sana.

    Foxconn, Pabrik dari Hasil Ngutang Mertua

    Beruntunglah Terry Gou. Ia menikah dengan wanita Taiwan bernama Serena Lin, yang keluarganya lumayan makmur. Inilah awal kesuksesannya.

    Pada tahun 1974, Terry ingin mencoba peruntungan di bidang bisnis. Ia pun meminjam uang pada mertuanya senilai USD 7.500, jumlah yang cukup besar kala itu. Dengan modal itulah, lahirlah perusahaan Hon Hai, yang nantinya menjadi induk pabrik Foxconn.

    Kantor pertama Hon Hai berlokasi di pinggiran Taipei, di wilayah yang dinamakan Tucheng. Di sinilah ia merintis Foxconn, benar-benar dari bawah. Klien pertamanya adalah Admiral TV yang membuat televisi hitam putih.

    Menyadari pentingnya bahasa Inggris, dia serius belajar hingga akhirnya menguasainya. Dia kerap bepergian ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan calon klien. Kerja kerasnya pun membuahkan hasil.

    Pada tahun 1980, pabriknya mulai dipercaya mensuplai konektor untuk konsol game Atari. Atari waktu itu adalah nama besar di industri game, sehingga pesanan konektor ke Hon Hai cukup banyak.

    Pada sekitar tahun itu juga, Terry berkeliling ke Amerika Serikat selama 11 bulan dan mengunjungi 32 negara bagian. Untuk menghemat ongkos, dia kadang tidur di mobil. Dengan gigih ia mendekati para klien potensial di sana.

    "Dia adalah salah satu orang sales yang paling top di dunia. Dia itu sangat agresif," ucap Max Fang, mantan eksekutif Dell wilayah Asia mengenai sosok Terry.

    Tahun 1991, Hon Hai Precision didaftarkannya di bursa saham Taiwan Stock Exchange untuk membiayai ekspansi. Terry fokus mengembangkan pabrik di China yang dianggapnya akan segera menjadi pusat manufaktur dunia.

    Foxconn semakin besar. Pada tahun 1996, Michael Dell berkunjung ke China dan Terry mendekatinya dengan intensif. Akhirnya, Dell setuju menandatangani kontrak dengan Foxconn. Semakin banyak perusahaan tertarik menjadi mitra manufaktur Foxconn, termasuk Apple yang akhirnya menjadi salah satu klien terbesar mereka.

    Hidup Foya-foya dan Cap Playboy

    Terry Gou yang saat ini berumur 66 tahun boleh dibilang tinggal menikimati hasil kerja kerasnya. Harta kekayaannya menurut estimasi majalah Forbes, di kisaran USD 6,6 miliar, masuk di deretan orang terkaya dunia. Namun dia pernah mengaku tak begitu peduli soal uang.

    "Saya tidak tertarik soal seberapa banyak yang saya punyai. Saya tak peduli. Saya tidak bekerja demi uang saat ini, tapi saya bekerja untuk masyarakat, saya bekerja untuk para karyawan," kata dia.

    Tapi bukan berarti dia tidak hidup foya-foya. Dia pernah membeli rumah layaknya istana senilai 21 juta poundsterling di Taipei pada tahun 2010, di kawasan termewah Taiwan. Ia membeli pula ruang parkir yang luas untuk menampung banyak kendaraan mewah.

    Selain itu, Terry tercatat punya sebuah kastil mewah di Republik Ceko senilai USD 30 juta. Juga pesawat jet pribadi yang digunakannya ke mana-mana. Tentu saja masih banyak harta lain yang dimilikinya.

    Terry juga disebut-sebut sebagai playboy yang sering gonta ganti wanita. Bahkan pernah muncul kabar ada mantan pacar yang memerasnya, dengan ancaman akan menyebarkan video seks mereka jika ia tidak diberi uang. Tapi, Gou membantah semua tuduhan wanita itu.

    Memang ia terbukti cukup setia. Ia pernah menikah lama dengan istri pertamanya, Serena Lin, yang meninggal pada tahun 2005 karena kanker payudara. Tiga tahun kemudian, dia menikah lagi dengan Delia Tseng. Dari dua istrinya ini, Gou memiliki 4 orang anak.

    Sebelum pernikahan keduanya itulah, ada gosip Gou dekat dengan beberapa wanita cantik. Dia pernah dikabarkan berkencan dengan Carina Lau, bintang film Hong Kong. Dia juga dekat dengan Lin Chi ling, model asal Taiwan.

    Bunuh Diri Karyawan 'Hantui' Kesuksesan

    Berkat tangan dingin dan kegigihan Terry Gou, klien Foxconn semakin banyak. Hampir semuanya adalah perusahaan teknologi raksasa. Ada Sony, Amazon, Nintendo, Sharp, Nokia sampai Acer.

    Tapi klien terbesar mereka tak lain dan tak bukan adalah Apple. Para analis memperkirakan bahwa sekitar 40%-50% dari total pendapatan Foxconn adalah berkat hasil kontrak dengan Apple.

    Akan tetapi kemitraan Apple dengan Foxconn bagai dua sisi mata uang. Sebagai manufaktur utama gadget Apple seperti iPhone dan iPad, nama Foxconn terangkat. Dari tangan-tangan karyawan Foxconn, gadget berkualitas itu dirakit hingga menuai penjualan luar biasa dan dikenal sebagai produk premium.

    Tapi di sisi lain, reputasi perusahaan menjadi buruk karena mereka dilaporkan memeras karyawan bekerja sekeras-kerasnya untuk memenuhi pesanan Apple. Sampai-sampai dalam beberapa kasus, karyawan Foxconn yang tak kuat malah memilih jalan bunuh diri.

    Kondisi kerja di pabrik perakit piranti ini memang disinyalir super keras. Hal ini dilaporkan tak bisa dipisahkan dari filosofi Terry Gou sendiri, yang selalu menekankan pentingnya kerja keras dari karyawannya.

    "Bekerja adalah bentuk kesenangan", "Lingkungan yang keras adalah sesuatu yang bagus", hingga "Orang-orang lapar memiliki pikiran yang jernih" adalah beberapa pernyataan Gou. "Orang-orang mengatakan kami adalah pemeras keringat. Salahnya apa? Semua petani berkeringat sebelum bisa panen," katanya lagi.

    Tapi Gou akhirnya menyadari bahwa kondisi kerja tersebut tidak bisa dipandang remeh. Bersama Apple, Foxconn menjadi sorotan dunia internasional karena dipandang sewenang-wenang pada para karyawannya. Kondisi kerja pun akhirnya diperbaiki dan gaji karyawan ditingkatkan.

    "Bunuh diri yang pertama, kedua dan ketiga saya nilai bukan masalah serius. Pekerja kami sangat banyak. Memang saya merasa bersalah, tapi saya waktu itu tidak berpikir harus bertanggung jawab penuh. Kini saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda, " katanya pada BusinessWeek.

    Jumlah karyawan Foxconn memang begitu banyak, tercatat mencapai 1,2 juta di tahun 2012, yang tersebar di 13 pabrik. Ia masuk ke dalam daftar 10 perusahaan terbesar di dunia yang dihitung dari banyaknya karyawan.


    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Anak Desa Yang Sukses Bangun Raksasa Teknologi Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top