728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Kisah Sebuah Karpet

    Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan dan kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih dan teratur. Suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.

    Cuma ada satu masalah. Ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi. Dan itu sangat menyiksa seluruh keluarga.

    Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir. Ia pun menceritakan masalahnya kepada psikolog itu. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum dan berkata kepada sang ibu: "Ibu harap tutup mata dan bayangkan apa yang akan saya katakan".

    Ibu itu kemudian menutup matanya. Satir meneruskan ucapannya. "Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu. Bagaimana perasaan ibu?"

    Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

    Virginia Satir melanjutkan. "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka”. “Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".

    Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, nafasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

    "Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu dan kotoran di sana. Artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah. Orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".

    Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tersebut. "Sekarang bukalah mata ibu".

    Ibu itu membuka matanya.  "Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?" Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

    "Aku tahu maksud anda," ujar sang ibu. "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".

    Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor. Karena setiap melihat jejak sepatu di sana, keluarga yang dikasihinya ada di rumah.

    ***

    Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming).

    Teknik yang dipakainya dalam cerita di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita, sehingga sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif.

    Beberapa contoh pengubahan sudut pandang:

    Saya BERSYUKUR;

    1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu berarti ia bersamaku bukan dengan orang lain.

    2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu barti ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.

    3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu berarti mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan.

    4. Untuk Tagihan kartu kredit yang cukup besar, karena iti berarti saya harus bekerja untuk bayar cicilan.

    5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu berarti keluarga kami dikelilingi banyak teman.

    6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu berarti saya cukup makan.

    7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu berarti saya masih mampu bekerja keras.

    8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu berarti masih ada kebebasan berpendapat.

    9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yang membangunkan saya, karena itu Berarti saya masih bisa terbangun, masih hidup.

    10. Untuk dst...
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Kisah Sebuah Karpet Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top