728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Tidak Perlu Menipu dan Ngorbanin Orang Lain Untuk Sukses

     Joe “Street Fighter” Kamdani Sukses Tanpa Harus Menipu

    Jakarta - Nama Joe Kamdani, pemilik PT Datascrip, memang tidak terlalu akrab di telinga konsumen perumahan. Tapi, ke depan Anda boleh jadi akan makin banyak memakai produk yang dipasarkannya, karena seiring pesatnya perkembangan teknologi informasi, kebutuhan kantor dan rumah makin sulit dibedakan.

    Produk yang dulu hanya dipakai di kantor, kini digunakan pula di rumah: penjepit kertas, stapler, marker, printer, kertas, mesin faks, sampai personal computer (PC) atau notebook. Bahkan, kini kantor tak mesti di luar rumah. Rumah bisa jadi kantor, kantor sekaligus rumah. Istilah kerennya SOHO (small office home office).

    Karena itu menarik mengenal Joe yang 36 tahun konsisten memasarkan aneka keperluan kantor melalui Datascrip. Produk yang dijajakannya sangat komplit dan beragam, mengikuti perkembangan teknologi. Jadi, Anda cukup datang ke satu perusahaan untuk mendapatkan semua kebutuhan bisnis dan kantor.

    Joe dilahirkan di Bogor sebagai anak pertama dari 11 bersaudara. Ayahnya seorang pegawai negeri rendahan dengan istri ibu rumah tangga biasa. Saat berusia tiga tahun, keluarganya pindah ke Kwitang, Jakarta Pusat. Joe sempat kuliah di FHUI namun drop out satu tahun kemudian karena ketiadaan biaya.

    Masa kecil dan remaja Joe memang sangat sederhana. Apalagi, saat itu suasana negara tidak normal. Ia pernah menangis di depan sebuah toko minta dibelikan mainan kereta api. Namun, ayahnya tak mampu membelikanya. Karena itu kemudian ia membuat sendiri hampir semua mainannya memanfaatkan kertas, karton, kotak korek api, kaleng, kelos benang, dan lain-lain.

    Sederhana dan jujur

    Kesederhanaan hidup dalam kejujuran yang diajarkan orang tuanya membentuk kepercayaan dan harga diri Joe. Ia ingin selalu mencapai sesuatu yang lebih baik: makan lebih baik, hidup lebih baik, dan bergaul lebih baik atas usaha sendiri, tanpa menipu dan mengharapkan fasilitas dari siapapun.

    Ia sangat terinspirasi dengan lirik lagu Tony Bennet “From Rags to Riches” yang bercerita tentang orang yang tak punya apa-apa (rags) tapi merasa kaya (riches) dengan apa yang dimilikinya. “Lirik lagu itu seakan potret, romantisme, pembentukan karakter, dan perjalanan hidupku,” katanya.

    Ia juga sangat terkesan dengan kucing panjang akal dalam “Kucing Bersepatu Lars” yang didongengkan guru SD-nya di Cikini, Jakarta Pusat. Dengan latar belakang seperti itu, tidak aneh ia memutuskan keluar dari sebuah perusahaan Inggris untuk menjalani profesi mandiri: salesman lepas alat tulis kantor. Kenapa salesman?

    “Karena saya hanya anak pegawai rendahan, tidak punya pendidikan tinggi, tidak punya relasi, tidak pula modal finansial. Jadi, mana mungkin punya visi gede-gede. Yang pertama terpikir, bagaimana bisa makan. Kalau saya anak pengusaha, presiden, atau gubernur, visi saya mungkin lebih luas,” jawabnya.

    Profesi salesman men-drill-nya menghidupi diri sendiri secara disiplin. Kalau tidak, ia tak akan berhasil. Dari situ kemudian cakrawala menjadi pengusaha terbuka. Bukankah pengusaha orang yang berupaya hidup dari hasil upayanya sendiri? Akhirnya, setelah 10 tahun menjadi salesman, pada 10 Agustus 1969 Joe membuka toko alat tulis kantor dengan nama PD Matahari.

    “Matahari itu memberi energi, cahaya, dan kehidupan. Kalau tak ada matahari gelap, orang tidur, nggak ada kehidupan. Matahari juga terkesan maskulin. Lawannya bulan yang romantis dan feminin,” katanya tentang pilihan nama itu. Lokasi tokonya sebuah rumah jelek berlantai tanah dan dinding geribik (bambu) di Jl Pacenongan 45, Jakarta Pusat. “Saya beli murah karena rumahnya berhantu,” ujarnya. Rumah itu kemudian ia bangun ruko satu lantai.

    The street fighter

    Ia menyebut tipe perusahaannya the street fighter, karena didirikan orang yang tak punya apa-apa kecuali kemauan untuk belajar, visi dan imajinasi, kerja keras, keuletan, dan teguh memegang amanah. Untuk mengisi toko ia mengambil barang dari berbagai perusahaan yang produknya dulu ia jajakan secara konsinyasi. Perusahaan besar seperti PT Tato di Jl Juanda, PT Jasta dan PT Sari Agung di Kwitang itu memercayainya. Kenapa?

    “Because they trust me. Mereka tahu siapa saya. Amanah mereka saya jaga betul. Kalau barang sudah laku, duitnya langsung saya bayarkan. Dari situ saya memupuk modal kecil-kecilan,” jawab Joe. Pada 1975 ia meningkatkan badan hukum usahanya menjadi PT. Karena nama Matahari sudah dipakai orang lain, ia menamainya PT Matahari Alka, kependekan alat-alat kantor. Kini nama itu dipakainya untuk nama pabrik sheet metal yang memproduksi perabotan kantor di Cikarang (Bekasi).

    Dengan feeling perusahaan akan makin berkembang dan tidak hanya memasarkan peralatan kantor, ia berupaya mencari nama yang mampu menampung skala bisnis yang lebih luas. Pilihan nama harus gampang diingat, diidentifikasi, dan menimbulkan persepsi yang tepat pada konsumen. Pada 1979 didapatlah Datascrip. “Nama ini cenderung diasosiasikan dengan perusahaan data, informasi, dan manajemen. Itulah yang kita kehendaki,” ujarnya.

    Ia menjalankan manajemen yang dinamis untuk membesarkan Datascrip dari sebuah toko menjadi perusahaan marketing dan distribusi produk kantor terkemuka. Untuk itu secara otodidak ia belajar manajemen dan kepemimpinan melalui bacaan, serta pertemuan dengan para pelanggan, relasi, dan pemasok di dalam dan luar negeri.

    Pada 1972 misalnya, ia memulai serangkaian perjalanan ke Eropa dan Amerika Serikat selama dua bulan untuk melihat pameran produk kantor, sekaligus menjalin hubungan langsung dengan para produsennya. Kejujuran, panjang akal, dan rasa percaya diri yang tinggi membuat para produsen itu memercayainya meskipun usahanya baru seumur jagung. Canon, Sanyo, Stabilo, Mutoh, Ideal, Microsoft, Acer, dan Compaq adalah sebagian kecil dari produsen itu.

    Intrapreneurship

    “Tak ada yang mau menggendong Anda naik ke tingkat atas. Anda sendiri yang harus berupaya menaiki tangga itu,” katanya. Ia menyusun manajemen dan organisasi Datascrip sesuai perkembangan perusahaan dan teknologi peralatan kantor. Karena itu slogan perusahaannya berubah dari masa ke masa.

    Saat masih bernama PD Matahari, semua masih ditangani sendiri, dengan relasi dan visi masih terbatas, slogannya sederhana: the stationery shop. Setelah mulai dibantu anak buah, badan hukum perusahaan menjadi PT, dan nama berubah menjadi Datascrip, slogannya Datascrip-office system.

    Saat jumlah barang yang dipasarkan makin bervariasi, jumlah karyawan makin banyak dengan pembagian kerja makin tegas, slogannya Datascrip-system for business (1987). Terakhir pada 2002 slogan itu berubah menjadi Datascrip-one stop business solutions setelah perusahaan mampu menyediakan semua kebutuhan kantor dalam satu atap.

    Joe mengelompokkan produk yang dipasarkannya dalam tujuh divisi: Canon, office furniture and filing system, surveying instrument and engineering, multimedia presentation system, stationary and office automation, microsoft business solutions, dan service. Setiap divisi dikelola sebagai sebuah profit center (strategic business unit) seperti layaknya sebuah perusahaan.

    Jadi, manajer divisi berlaku seperti seorang pengusaha, mendapat bagian keuntungan, namun tidak mengeluarkan modal sendiri dan menanggung risiko. Ia menyebutnya dengan intrapreneurship. Agar mereka berhasil, Joe membuat berbagai sistem dan panduan. “Saya train mereka. Saya ajarkan pengalaman saya menjual. Saya tulis puluhan guide book. Saya ingin perusahaan berhasil di atas keberhasilan dan bukan penderitaan karyawan. Ini yang saya sebut succeed above success,” tutur peraih nominasi Entrepreneur of The Year 2002 dari Ernst & Young itu.

    Kini kendali perusahaan dengan tujuh cabang dan 1.000 lebih karyawan itu sudah diserahkannya kepada putranya Irwan Kamdani. Joe sendiri memosisikan diri sebagai chairman atau presiden komisaris. Apa itu chairman? “Chairman itu artinya penjual kursi,” jawabnya terbahak

    Make Fun and Fund

    Semangat jalanan sudah diakrabi Joe sejak kecil. Masih di SD ia berjualan kue buatan ibunya atau tetangga. Kue ditaruh dalam tanggok beralas kertas dan ditutup kertas koran. Dengan tanggok di kepala itu ia berjualan hingga Jl Kenanga dan kawasan Senen. Ia puas kalau kuenya habis.

    Joe juga suka berkeliling mengumpulkan bohlam yang sudah putus. Waktu itu harga bohlam sangat tinggi dan susah didapat. Dengan mengetrik kawat pijarnya yang sudah putus ke dalam lubangnya, bohlam itu bisa hidup kembali asal terus menyala.

    Ia juga bisa memperbaiki kepala lampu yang copot dengan menempelkannya kembali memakai kapur sirih dicampur gambir dan gula yang dihaluskan. Bohlam-bohlam itu dijualnya dengan harga murah kepada seorang tauke. “Duitnya saya belikan bola sepak,” katanya.

    Menginjak sekolah menengah, Joe menjual upet (sabut kelapa yang dililitkan di sekeliling belahan bambu, dibakar untuk mengusir nyamuk), membantu pamannya berjualan rokok, menjual minyak untuk lampu becak dan sepeda, sampai membantu di bengkel sepeda.

    Di sekolah Joe suka berkelahi demi mempertahankan pendirian atau bila merasa dihina. “Berantemnya satu lawan satu. Lawan saya biasanya lebih besar dan aku kalah. Tapi, setelah itu mereka tidak kurang ajar lagi, bahkan jadi teman,” katanya. Saat menjadi salesman ia pernah memukul seorang pemilik pabrik yang meremehkan tenggat penyelesaian ordernya.

    Hobinya pun keras: ski air, ski es, sky diving, diving, berselancar, dan bungy jumping. Hobi itu pernah membuatnya mati suri, otot bahu putus, hanyut terbawa arus laut hingga subuh, dan jari putus digigit ikan trigger. “Perusahaan asuransi jiwa langsung mundur begitu tahu hobi saya,” katanya.

    Hobi keras itu diimbanginya dengan makan enak, menenggak Martini dan wine. Joe tercatat sebagai anggota Chain de Rottiseur, klub elit orang-orang yang suka makan dengan menu-menu khusus disertai anggur pilihan. “Hidup ini panggung sandiwara. Aku menikmati segala bagian dari hidup ini dengan make fun and fund,” ujarnya.

    Sumber


    Joe Kamdani: Tidak Perlu Menipu untuk Sukses






    Mimpi, kemauan, ketekunan bekerja, kemandirian, rasa percaya diri, dan kejujuran dengan orientasi keberhasilan menjadi modal utama Joe Kamdani (70). Dia merintis bisnis kecil-kecilan sehingga akhirnya tumbuh menjadi perusahaan terkemuka. Kesuksesan usaha diraih berkat prinsip manajemen yang istimewa Berhasil di Atas Keberhasilan (Succeed above Success).

    Dengan tidak melupakan nilai-nilai moral dan etika dalam berbisnis, Joe, begitu pria itu disapa yang menggolongkan dirinya sebagai the street fighter tanpa pendidikan dan sekolah tinggi itu memulai kariernya sebagai salesman keliling berkata, “You don’t have to cheat to grow”-Anda tidak perlu menipu untuk tumbuh dan berkembang.

    Di awal karier, Joe hanya mendapatkan komisi atas penjualan. Kondisi itulah yang menantang dirinya. Pada tahun 1969, dia mendirikan perusahaan penjualan alat kantor dengan nama PD Matahari. Namun, 10 tahun kemudian, nama itu berubah menjadi PT Datascrip–perusahaan pemasaran dan distribusi peralatan perkantoran yang berkembang pesat hingga sekarang.

    Sementara PT Matahari Alka didirikan tahun 1975, perusahaan pelat besi (sheet metal) yang memproduksi perabot kantor seperti kursi, meja, atau dipan di kawasan Cikarang-Bekasi. PT Matahari mempekerjakan sekitar 700 karyawan.

    Saat ini, PT Datascrip adalah perusahaan pemasaran dan distribusi yang menjual berbagai produk, sarana dan sistem yang diperlukan untuk kegiatan perkantoran dan bisnis dengan visi “To be the One Stop Business Solution Company”. Melalui visi tersebut perusahaan ini memasarkan sekitar 5.000 produk berupa sarana, mesin, dan peralatan kantor. Ada tujuh kantor cabang di kantor besar di Tanah Air dengan total karyawan sekitar 850 orang.

    Datascrip menjadi distributor dari berbagai produk yang diperlukan dalam bisnis dan perkantoran, baik hardware maupun software. Hingga kini, Datascrip telah cukup lama menjadi mitra bisnis produsen Canon, Sanyo dan beberapa produk terkenal lainnya.

    Ketika menuturkan kisah mengelola bisnisnya, Chairman PT Datascrip itu tampak bersemangat. Sesekali berdiri dan berjalan kecil di ruangan kerjanya yang berada di lantai 12 gedung Datascrip di kawasan Kemayoran, Jakarta, baru-baru ini.

    Dengan posisi terakhirnya, penggemar scuba diving kini memilih menjadi mentor. Sementara operasional perusahaan telah didelegasikan kepada generasi muda. Joe cenderung memantau dan menyemangati anak-anak muda yang bertanggung jawab atas operasional perusahaan. Dia menyadari kelangsungan hidup perusahaan tidak boleh bergantung pada pribadi seseorang melainkan pada ketangguhan dan efektivitas sistem.

    Pria kelahiran Bogor ini meyakini upaya pencapaian tujuan perusahaan perlu dikaitkan dengan keberhasilan setiap individu dalam menjalankan tugas.

    “Perusahaan hanya bisa berhasil kalau karyawannya berhasil. Pimpinan hanya berhasil kalau bawahannya berhasil. Untuk itu, tugas perusahaan menyiapkan lahan yang subur, tempat karyawan dapat mengembangkan dirinya untuk maju dan berhasil,” ujarnya menegaskan.

    Tidak Korbankan Orang

    Kesuksesan, menurut Joe, tidak diraih dengan mengorbankan orang lain atau mencari kepuasan di atas penderitaan orang lain. Kesuksesan yang hakiki adalah sukses bersama. Perkembangan zaman menuntut pula perubahan gaya manajemen dan kepemimpinan. Ketika mulai berusaha, Joe melakoni sendiri sehingga menyebut diri sebagai I am The Superstar-dengan semua kewenangan ada di tangannya.

    Dalam periode itu, perusahaan dikenal sebagai PD Matahari-the Stationary Shop (alat tulis kantor). Dengan kemajuan perusahaan dan pertumbuhan karyawan, variasi barang, peralatan dan mesin kantor yang dijual, bertambah pula pekerjaan. Manajemen yang dipakai menjadi Team with a Superstar dan perusahaan Datascrip diposisikan sebagai Datascrip- Office Systems.

    Di era karyawan sudah mulai mengenal tugas dan pekerjaan yang harus dijalankan masing-masing yang memudahkan bagi seorang manajer menjalankan fungsinya serta bertambah banyaknya macam ragam barang yang diperdagangkan, perusahaan diposisikan sebagai Datascrip-System for Business dan gaya manajemen pun diubah menjadi Delegated Responsibilities.

    Merespons tuntutan zaman, Joe menerapkan gaya manajemen No One is A Superstar yakni suatu pekerjaan yang tadinya dilakukan oleh seseorang sekarang dikerjakan oleh banyak orang dan memposisikan perusahaan sebagai Datascrip–Systems for Business. Sementara, perusahaan beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan teknologi, perilaku bisnis da kebutuhan pasar. Oleh karena itu, perusahaan tidak hanya menawarkan produk tetapi juga solusi, maka gaya manajemennya pun menjadi Intrapreneurship. dimana seorang yang menjalankan kegiatan usaha komersial yang bertanggung jawab dan ambil risiko keuangan atas terjadinya kerugian atau keuntungan.

    Dua anak Joe, Irwan Kamdani-Presdir Datascrip dan Winda Kamdani Mear-Presdir Matahari Alka merupakan regenerasi yang telah disiapkan lama sebagai pewaris. Ketika mengawali karier di kedua perusahaan tersebut, mereka diperlakukan sebagaimana karyawan lain dengan awal karier sebagai sales. Proses perjalanan karier mereka dianggap mulus sehingga dipercaya Joe memegang posisi penting di kedua perusahaan tersebut.

    Meskipun kedua anaknya telah disiapkan menjadi pewaris, mantan anggota Advisory Board of TNC (The Nature Conservancy) (TNC) selalu menekankan estafet manajemen kepada the next generation. Hal itu berarti para eksekutif dan orang-orang yang masih bekerja menjalankan manajemen perusahaan, ada atau tidak ada anggota keluarga yang bekerja. Generasi penerus perlu mengenal bisnis, industri serta persaingannya dan harus bisa merespons pada situasi atau keadaan yang berubah.

    Kepiawaian mengelola usaha, menempatkan Joe sebagai salah satu nominasi 10 pengusaha yang mendapatkan Entrepreneur of The Year 2002 dari Ernst & Young. “Bagi saya life is a play, hidup ini bagaikan panggung sandiwara yang besar. Saya menikmati peran ini dan bermain dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu, saya menikmati segala bagian dari hidup ini, dengan gaya “make fun and fund,” ujarnya bersemangat.

    Kisah sukses Joe Kamdani tidak terlepas dari kisah perjuangannya dalam memotivasi diri mempertahankan kesehatan Joe bahkan dijuluki gila karena Joe Kamdani, melakukan bongkar pembuluh jantung, pada usia 71 tahun . Pendiri  PT Datascrip masih tercatat sebagai peselancar, penyelam, penyusur gua dan pendaki gunung tertua di Indonesia. Bahkan pada awal tahun 2008 lalu, pada usia 71 tahun, Joe mengikuti kegiatan trekking ke hutan di Kalimantan Timur selama 3 minggu bersama tim Expedition Metro TV. “Saya merasa masih berumur 40 tahun” kelakar Joe saat menjelaskan motivasi “kenekatannya” itu.

    Kuat di niat dan pikiran, tak selalu sejalan dengan kekuatan organ tubuh. Dipaksa bekerja melampaui batas, jantungnya protes. Aorta atau pembuluh jantung utamanya mengalami pembesaran hingga pada tingkat sangat berbahaya untuk pecah. Tak mau menyerah, Joe mencari informasi untuk pengobatan sakitnya. Hingga akhirnya di Minnesota, Amerika Serikat, Joe berhasil melewati masa kritis operasi bongkar jantung dan penggantian pembuluh jantungnya. Kini, baru setahun pasca operasi, berbekal pembuluh jantung, Joe sudah bersiap untuk melakukan ski di salju gunung Fuji Jepang.

    sumber
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Tidak Perlu Menipu dan Ngorbanin Orang Lain Untuk Sukses Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top