728x90 AdSpace

Saat Kau butuhkan tetesan air 'tuk segarkan relung jiwamu yang mulai mengering...

  • Latest News

    Penentang Belanda dari Kediri

    Tjoe Hwie Kiong, tokoh Tri Darma & penentang Belanda dari Kediri

    Jika kita datang ke kota tahu (sebutan Kota Kediri) tak lengkap jika kita tak mampir ke daerah pecinan yang ada di Jalan Yos Sudarso Kota Kediri. Dulunya sebelum tahun 1970, Jalan Yos Sudarso lebih dikenal dengan sebutan Jalan Klenteng.

    Selain jalan sepanjang hampir dua kilometer dipenuhi penjual jajanan khas Kediri mulai tahu takwa dan getuk pisang, ada bangunan bersejarah yang usianya sudah ratusan tahun yakni Klenteng Tri Darma Tjoe Hwie Kiong.

    Klenteng yang sudah terdaftar di Balai Purbakala dan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan sebagai bangunan cagar budaya. Bangunan ini juga memiliki sejarah panjang dalam gerakan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

    Kenapa dinamakan Tri Darma, sebab di klenteng ini juga untuk tiga penganut yakni penganut Tao, Budha dan Konghucu. Salah satu buktinya adanya altar Tri Nabi di Klenteng Tri Darma masing-masing berisi arca Lao Tze bagi para penganut Tao dengan lambang Yin Yang. Altar kedua berisi arca Budha Sakyamuni bagi penganut Budha dengan lambang Swastika. Dan yang terakhir adalah arca Nabi Kong Hu Cu bagi penganut Konghucu dengan lambang Genta.

    Sebagai orang minoritas yang sudah berada di wilayah Kediri sejak abad 9, orang-orang China setidaknya memberi warna bagi kota bersejarah dan dikenal sebagai Bumi Prabu Airlangga ini. Hal ini dibuktikan dari sejarah Sungai Brantas era Mpu Sindok (penerus era Mataram Hindu) sebagai penguasa di Anjuk Ladang (Nganjuk). Mpu Sindok mempunyai laksamana penjaga Sungai Brantas yang lebih dikenal dengan Laksamana Sarwajala.

    Laksamana Sarwajala adalah penjaga Sungai Brantas sekaligus pengatur lalu lintas perdagangan dari kaum pendatang yang didominasi dari orang-orang China dan Keling (India).

    Bukti yang lain dari penelusuran, banyaknya ditemukan koin gobok era Dinasti Song, Liao dan Jin (960-1279) di sepanjang Sungai Brantas. Selain itu di tempat yang sama juga banyak ditemukan tombak China dengan ciri selongsong panjang sebagai tempat landean pusaka.

    Tidak hanya di Sungai Brantas, di beberapa tempat bersejarah salah satunya Situs Semen yang ditemukan di Pagu Kediri juga banyak ditemukan gerabah China. Bukti-bukti ini membuktikan militansi orang-orang China sebagai 'warga penguasa dunia' dan dinasti tertua di dunia yang memiliki peradaban terbagus sudah ada di Jawa sejak lama.

    Dalam perkembangannya, orang-orang China yang sudah mendarah daging dan tinggal di Indonesia menganggap bahwa Indonesia dalam hal ini Tanah Jawa sebagai tumpah darahnya.

    Tak terkecuali tokoh penting di awal abad ke-19 Tan Khoen Swie. Pria kelahiran 1833 di Wonogiri yang kemudian mendirikan penerbitan yang dikenal dengan Bhoekandel (penerbitan) Tan Khoen Swie (sebelum Balai Pustaka) adalah tokoh penentang Belanda sekaligus tokoh yang menyatukan ajaran Tri Darma untuk bersatu di Klenteng Tri Darma Tjoe
    Hwie Kiong.

    Di awal abad 19 Tan Khoen Swie mendirikan perkumpulan Kioe Kok Thwan. Sebuah organisasi masyarakat Tionghoa di Kediri yang menentang Belanda. Pada 1935 dia juga menjabat redaktur sekaligus pemimpin redaksi sebuah majalah bulanan di Kediri yang memuat paham kebatinan Konghucu, Tao, Buddha Tionghoa berbahasa Melayu.

    Selain menggeluti dunia bisnis, Tan Khoen Swie juga aktif di dunia kebatinan dan perkumpulan Kioe Kok Thwan, organisasi masyarakat Tionghoa di Kediri yang menentang Belanda.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Item Reviewed: Penentang Belanda dari Kediri Rating: 5 Reviewed By: Blogger
    Scroll to Top